chapter 2

8 5 1
                                    

Budayakan vote dan coment sebelum dan sesudah membaca.

Happy reading all....

Udara pagi ini terasa sejuk untuk di hirup, sinar matahari juga belum sepenuhnya menghangat. Kicauan burung masih terdengar saling bersautan melengkapi suasana pagi hari ini. Aku tersenyum senang menatap bangunan megah di depan ku. Wijaya university. Begitulah kira-kira tulisan yang ku baca tadi. Menurut informasi yang ku dapat wijaya university merupakan universitas populer di kota Jakarta ini. Universitas ini selalu siap melahirkan generasi mahasiswa mahasiswi yang berprestasi. Bahkan kampus ini telah terakreditasi A secara internasional. Keren bukan.

Aku tak menyangka bisa lolos tes dan menjadi mahasiswa di sini. Ini merupakan pencapaian yang luar biasa untuk ku. Menjadi bagian wijaya university adalah impian ku sejak lama. Kaki ku melangkah riang dengan dekapan buku di tangan ku, memasuki kampus baru dengan penuh semangat. Ku telusuri lorong demi lorong guna mencari pakultas kedokteran. Saking asyiknya memperhatikan sekitar, tanpa Kanaya sadari seorang pemuda dari arah berlawanan tengah menuju ke arahnya. Terlihat pemuda tersebut tengah terburu-buru namun pandangan matanya terfokus pada handphone di genggamannya. Sehingga tabrakan pun tak dapat di elakkan lagi.

Bruukk....
Semua buku yang di pegang Kanaya jatuh beserakan di lantai. Tak terkecuali dengan handphone yang di pegang pemuda itu. Handphone itu jatuh mengenaskan di lantai dengan batrainya yang terlepas entah kemana dan kacanya juga retak.
"Kalau jalan liat-liat dong!!" gertak pemuda tersebut sambil berusaha mengumpulkan serakan handphone di lantai.
Kening Kanaya berkernyit mendengarkan bentakan pemuda di depannya. Seingatnya tadi ia sudah berjalan dengan sangat hati-hati.

"Bukannya kamu ya, yang jalannya gak hati-hati. Makanya kalau lagi jalan jangan terlalu fokus sama handphone, apa lagi di koridor kaya gini. Bahaya tau!" sahut Kanaya lembut. Ia berbicara tanpa melihat wajah pemuda tersebut yang merah padam menahan emosi setelah mendengarkan ia berbicara. Kanaya terlalu fokus membereskan buku-buku yang berserakan di lantai.

"Apa lo bilang! Maksud lo, ini semua salah gue gitu." sahut pemuda itu marah. Pemuda itu langsung menarik Kanaya berdiri secara paksa.
"Awwww...." teriakan kesakitan Kanaya mengundang perhatian orang-orang yang tengah berada di sekitar koridor. Hingga kini keduanya menjadi pusat perhatian. Kanaya meringis malu melihat tatapan sinis dan penuh tanya orang-orang yang tengah berlalu lalang. Dengan keberanian dan rasa kesal yang kentara, Kanaya kentara pemuda di depannya dengan tajam. Hingga netra hitam legam milik pemuda itu menabrak netra hezel coklat milik Kanaya. Aksi tatap menatap dengan intens itu berlangsung cukup lama. Hingga ringisan kesakitan pemuda di depannya membuat ia tersadar dari keterpakuan mengagumi si hitam legam itu.

"Arghhh....."
"Eh kamu gak papa? Tanya Kanaya kaget. Refleks Kanaya memegang bahu pemuda di depannya itu.
"Gak usah pegang-pegang!!" di hempaskannya tangan Kanaya dengan kasar.

"Ya udah sih biasa aja, orang nanya baik-baik juga."
Keringat dingin keluar dari pelipis pemuda itu. Jantungnya benar-benar berdetak dengan cepat. Apa mungkin penyakitnya kambuh lagi. Tapi sepertinya itu mustahil. Pikir pemuda itu dalam hati sambil terus memegangi dadanya.

"Kamu benaran gak papa? Muka kamu pucet banget." tanya Kanaya khawatir.
Tanpa menjawab apa pun pemuda itu langsung berlalu dari hadapan Kanaya tanpa menoleh sedikit pun. Tangan pemuda tersebut selalu memegangi dadanya seperti menahan sakit. Setelah pemuda itu lenyap dari pandangan matanya, Kanaya kemudian kembali berjongkok untuk melanjutkan membereskan buku-bukunya yang masih berserakan di lantai. Setelah di rasa beres, ia langsung bangkit dan hendak berlalu. Namun retina matanya menangkap serakan handphone di lantai yang sepertinya milik pemuda tadi. Di ambilnya handphone itu lalu di masukan ke dalam tasnya. Kanaya segera berlalu meninggalkan tempat itu untuk melanjutkan mencari kelasnya.
                        *****

Dear diary......
Kamu tahu, hari ini aku bertemu seseorang.
Menurutku ia aneh.
Matanya sangat tajam menatap ku.
Membuat ku terpaku seketika.
Membuat ku hanyut pada netra hitam legamnya yang menenangkan.
Bisakah kamu memberi tahu ku sesuatu?
Siapakah dia sebenarnya?
            Kanaya Aprillya Himawan
                    21 Oktober 2018
                             10.00

"Dooorrr......"
"Astaga, ih Mila kamu ngagetin aja sih. Kalau aku jantungan gimana coba?"
"Ya mati lah gimana sih lo, ngakunya aja calon dokter, masa gitu aja gak tau."
"Ih apaan sih Mil, gak lucu tau."
"hahaha..., sumpah muka lo konyol banget Nay, kaya pengen di tabok gitu. hahahahaha....."
"Iisssss....." Kanaya benar-benar kesal melihat kelakuan teman barunya yang ajaib itu. Ya, Mila Adreson, ia merupakan teman yang beberapa jam lalu baru ia kenal. Namun meskipun begitu, ia dan Mila sudah seperti sepasang sahabat yang sudah lama saling kenal. Terbukti dengan melihat seberapa dekatnya Kanaya dan Mila. Tak ada rasa canggung yang meraka rasakan ketika saling mengejek. Yang ada hanya rasa nyaman yang mereka rasakan.

"Lagian, gue panggil dari tadi juga gak nyaut-nyaut. Lagi ngapain sih lo? Tanya Mila kepo
Buru-buru Kanaya menyimpan buku diary ke dalam tas. Bisa gawat kalau Mila tau. Ia bisa di ketawain habis-habisan oleh sahabat ajaibnya ini. Mau si taruh di mana coba mukanya kalau itu sampai terjadi.
" apaan sih, kok keliatannya mencurigakan banget?" tanya Mila heran. Pasalnya sahabatnya itu terlihat buru-buru menyimpan buku bersampul pink itu ke dalam tasnya. Wajar dong ia curiga, pasti ada apa-apanya deh sama buku itu, pikir Mila.

"Bukan apa-apa kok Mil, kepo banget sih kamu."
Beneran, kok gue gk percaya ya"
"Iisss......ia Mila, beneran deh. Bukan apa-apa kok." sahut Mila meyakinkan.
"Mendingan sekarang kita ke kantin yuk, aku laper nih"
"Yuk gue laper nih" jawab Mila semangay.
Kanaya akhirnya bisa sedikit bernapas lega karena bisa mengalihkan perhatian Mila. Walau pun ia tak tahu setelah ini apa yang akan terjadi. Tapi setidaknya ia bisa mempersiapkan jawaban yang tepat dan logis jika Mila kembali menanyakan perihal tadi. Supaya ia tak di ledek habis-habisan.

Kedua gadis cantik itu perlahan meninggalkan kelas menuju kantin untuk mengiai perut merek yang keroncongan minta di isi. Selama menuju kantin ke duanya tak henti-hentinya tertawa, bila salah satu di antara mereka mengucapkan hal yang lucu. Tak jarang juga ke dua gadis cantik itu menjadi pusat perhatian orang-orang yang berlalu lalang melewati mereka, karena tawa keduanya. Namuan, tak banyak juga yang mencibir dan menatap sinis kelakuan mereka yang kekanak-kanakan itu. Tapi mereka hanya merespon dengan memberikan senyum terbaik pada mereka yang suka nyinyir. Mereka anggap angin lalu kata-kata pedas yang keluar dari mulut orang sirik itu.

Jangan lupa tinggalakan vote dan comentnya ya kawan-kawan.
Aku mau ngucapin banyak terima kasih sama kalian yang udah baca cerita aku yang gak seberapa ini.
MAKASIH BANYAK ALL....

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 21, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kamu Dan HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang