Seminggu, sudah seminggu sejak kejadian itu. Myungsoo kini lebih banyak melamun. Hingga detik ini hatinya terus mencoba menyangkal kenyataan yang ada. Setidaknya bisakah Woohyun tidak terlibat. Bagaimana bisa Tuhan begitu kejam padanya seperti ini. Kenapa harus Woohyun? Kenapa harus orang yang ia cintai?. Ia bahkan sudah mencintai pemuda itu selama bertahun-tahun. Pemuda yang sebenarnya adalah kakak tirinya. Pemuda anak dari wanita yang paling dibencinya. Wanita yang coba mengambil posisi ibunya. Wanita yang menggoda ayahnya.
Myungsoo beranjak dari kursinya. Ia meraih jasnya yang tersampir disudut ruangan. Dengan cepat ia memakainya lalu bergegas keluar dari ruangan kantornya itu ketika waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore. Myungsoo memasuki mobilnya dan langsung mengendarainya pulang.
Hujan masih setia mengguyur kota Seoul petang itu. Myungsoo melangkahkan kakinya cepat menuju unit Apartementnya. Ia memencet angka 15 saat memasuki lift. Didalam lift itu ia termenung. Sudah seminggu ini ia tak menemui Woohyun lagi seperti biasanya. Myungsoo menggelengkan kepalanya ketika ia kembali memikirkan pemuda itu. Memikirkan pemuda itu hanya kembali membuatnya mengingat kenyataan pahit yang menimpanya. Namun sekeras apapun, Woohyun akan tetap ada dipikirannya, ada dibenaknya, dan ada dihatinya.
Myungsoo melangkahkan kakinya keluar ketika pintu lift terbuka. Namun ia terpaku saat melihat seseorang sedang berdiri didepan pintu apartementnya. Seseorang itu menatapnya membuat kakinya seolah-olah seperti jeli. Dengan langkah tertatih Myungsoo mendekati sosok itu.
"Eomma.."
Bisiknya parau saat akhirnya ia bisa memeluk wanita itu dengan air mata yang mengalir.***
Myungsoo tak bisa berkata apa-apa selain hanya menatap wajah wanita yang paling disayanginya itu. Ia hanya bisa mendengarkan wanita itu yang terus berbicara padanya sambil sesekali menghapus air mata yang terus mengalir dipipinya.
"Myungsoo.. maafkan Eomma..Eomma bukanlah orang tua yang baik. Eomma sudah jahat padamu."
Ny.Kim menarik nafas sejenak sebelum melanjutkan. Dengan lembut ia usap rambut anaknya yang kini sudah tumbuh besar dengan wajah yang rupawan."Kau sudah besar. Ayahmu pasti sudah menceritakan semuanya, dan kau pasti sudah bisa mengerti bukan?. Myungsoo, Eomma dan Abeoji tidak menikah atas dasar cinta. Kami hanya mencoba namun ternyata gagal. Sungguh tidak ada kecocokan sama sekali diantara kami. Dan Eomma sudah tidak sanggup."
"Kau dulu masih kecil dan tak akan mengerti. Jadi tak ada cara lain bagi kami selain memberikan yang terbaik untukmu. Mencoba bertahan namun ternyata hal itu malah semakin menyakitkan."
"Tapi,, apa Eomma tak pernah memikirkan bagaimana perasaanku ?.." dengan parau Myungsoo bertanya. Air matanya terus membasahi pipinya.
"Maafkan Eomma..hiks..maafkan Eomma Myungsoo.." Ny.Kim tak bisa lagi membendung perasaannya sendiri. Selama ini ia memang hidup dengan rasa bersalah pada anaknya ini.
"Aku sangat membencinya Eomma ! Aku sangat membenci perempuan itu !"
"Myungsoo, kau tidak boleh seperti itu. Kau tidak bisa menyalahkan seseorang atas takdir yang ia jalani.."
"Eomma..hikss.."
Myungsoo semakin terisak. Ia perlahan kembali memeluk ibunya, menyandarkan kepalanya dibahu sang ibu. Layaknya anak kecil ia terus terisak.
"Jangan pernah kau sesali apa yang sudah terjadi. Hiduplah dengan baik. Tatap masa depanmu. Raihlah kebahagiaanmu.Dan hilangkah semua amarahmu. Belajarlah untuk menerimanya dengan hati yang lapang.."
"Kita sudah tidak bisa seperti dulu. Eomma sudah tidak bisa selalu ada disisimu. Eomma hanya bisa mendoakanmu yang terbaik."
Ny.Kim melepaskan pelukannya. Ia menatap wajah tampan anaknya. Kemudian kedua tangannya terangkat untuk menagkup wajah Myungsoo yang penuh air mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Woohyun's Short Story
FanfictionCollection Short story about Nam Woohyun with " ...... "