Myunghyun : Hush 1/?

374 37 34
                                    

“ Tuan muda,, ayo sarapan dulu..”

Myungsoo hanya menatap datar wajah ramah keibuan wanita paruh baya dihadapannya. Kemudian matanya sedikit turun menatap uap tipis yang berasal dari mangkuk bubur dipangkuan wanita itu. Hari ini bubur lagi, kemarin juga ia sudah makan bubur. Lalu Myungsoo ingat kalau selama ini ia memang lebih sering memakan makanan itu.

Myungsoo kembali mengangkat kepalanya menatap sosok wanita paruh baya yang duduk dipinggir tempat tidurnya. Wanita ini selalu bersikap baik padanya, juga merawatnya tiap hari. Tapi sayang, dia bukan ibunya. Dia hanya pengasuh yang digaji ayahnya untuk merawatnya yang selalu sakit-sakitan ini.

Myungsoo menoleh kesisi lain kemudian ia memejamkan matanya sejenak ketika perasaan rindu pada sosok ibunya memenuhi dadanya. Myungsoo menghela nafas pelan ketika sayup-sayup dapat ia dengar suara dari arah luar kamarnya.

“ Apa tidak ada perkembangan ?”
Itu adalah suara ayahnya.

“ Masih sama saja. Ia bahkan sekarang sudah tidak begitu mau makan..”

Dan itu adalah suara seorang perempuan. Perempuan yang ia benci yang bahkan wajahnya saja tidak sudi ia tatap. Perempuan yang membuat ibunya menghilang meninggalkannya tanpa kabar. Hingga membuat hidupnya seperti ini.

Myungsoo hanyalah anak yang baru berusia 10 tahun. Dan diusia seperti itu ia harus menghadapi kenyataan bahwa ibunya tiba-tiba meninggalkannya. Hingga kemudian ayahnya menemuinya dan mengatakan bahwa ia dan ibunya sudah tidak bersama lagi. Bahwa ia juga tidak bisa menemukan dimana ibunya berada. Mendengar itu saja sudah membuat kepala Myungsoo berputar. Mengapa orang tuanya harus berpisah. Memangnya kenapa ? bukankah sejak dulu, sejak ia kecil mereka sudah bersama. Berbagai pemikiran polos khas anak kecil ada dikepalanya. Myungsoo tau ia seakan dipaksa untuk mengerti apa yang seharusnya masih belum bisa ia mengerti. Namun rupanya itu semua belum seberapa ketika tiba-tiba sang ayah membawa seorang wanita cantik meskipun baginya hanya ibunya lah yang paling cantik kehadapannya dan mengatakan bahwa Myungsoo harus menganggapnya ibu mulai saat itu.

Myungsoo semakin dibuat bingung. Apakah bisa seorang ibu bisa berubah dan diganti seenaknya?. Itu adalah pertama kali ia melihat wanita itu. Karena setelahnya ia sudah tak mampu. Tubuhnya, hatinya belum sanggup untuk menerima semua keadaan ini. Hingga hidupnya pun berubah. Ia tak mampu lagi seperti anak-anak lain. Ia tak mampu lagi untuk sekolah, bermain, atau bahkan tertawa. Banyak waktunya hanya dihabiskan ditempat tidur. Beban yang ditimpakkan dibahunya begitu berat bagi anak berumur 10 tahun sepertinya.

Dan Myungsoo hanya pasrah. Terkadang ia begitu membenci ayahnya, atau bahkan wanita asing itu hingga rasanya ia akan meledak. Namun lambat laun ia semakin putus asa hingga tak ada lagi yang ia harapakan selain kehadiran sosok ibunya esok hari ketika ia membuka mata.





***





Langkah kakinya rasanya kian memberat setiap langkahnya. Namun Myungsoo tak menyerah, ia terus melangkahkan kakinya. Sweater coklat tua tampak membalut tubuh Myungsoo sore itu. Sesekali angin dingin menghantam tubuhnya. Tak berapa lama Myungsoo berhenti. Sejenak ia tampak menarik nafas sebelum mendudukkan dirinya diatas rerumputan hijau disekelilingnya.

Matanya terpejam seiring dengan kesunyian yang kian menyelimutinya. Myungsoo begitu menyukainya. Ketika rasanya sudah semakin berat maka tak peduli bagaimana pun kondisinya ia akan secara diam-diam pergi ketempat ini. Tempat dimana ia bisa merasakan setitik ketenangan. Perlahan Myungsoo merebahkan tubuhnya diatas rerumputan hijau yang nampak lembut itu. Dalam benaknya kembali sebuah kenangan terlintas. Kenangan yang selalu hadir ketika ia berada ditempat ini.

Woohyun's Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang