Kepingan Masa Kecil (1)

163 17 2
                                    

Menjadi anak pertama sekaligus anak tunggal mungkin hal yg paling bahagia bagi semua orang, tak dapat dipungkiri bahwa semua orang menginginkan hal itu.

Orang tua akan selalu mencurahkan kasih sayang, waktu, jiwa mereka untuk anak semata wayangnya. Bagi sang anak itu adalah kebahagiaan yg tak terhingga, begitupun diriku.

Kenalkan namaku Billa Nida Zakiya, panggil saja dengan Billa. Aku begitu menyukai namaku, begitu sangat terlihat feminim dan anggun. Tapi itu berbanding terbalik dengan diriku hehe.

Keluargaku serba berkecukupan. Ayah dan bunda memiliki perusahaan property ternama di Jawa Timur. Eyang uti dan Eyang kakung memiliki usaha dibidang pertanian, serta memiliki peternakan ayam dan sapi yang dikelola pribadi dikampung halaman.

Masa kecilku aku habiskan di Lamongan tanah kelahiranku serta ayah, memang benar hidup dikota kelahiran sendiri adalah kenyamanan yang tiada duanya.

Saat perusahaan ayah dan bunda berkembang dengan pesat mereka menginginkan pindah ke ibukota Jawa Timur yaitu Surabaya.

Memang tak begitu jauh dari kampung halamanku tapi cukup membuatku merindu setiap waktu apalagi meninggalkan eyang uti dan eyang kakungku. Itu cukup berat.

Aku yg masih duduk di kelas 2 SMA. Menjadi salah satu murid di sekolah ternama yaitu SMA Negeri 1 Surabaya, aku mengambil jurusan Bahasa disana.

Impianku menjadi salah satu traineer motivator, mungkin cita-cita yg terlihat begitu aneh namun aku menyukainya. Tenggelam dengan kalimat-kalimat motivasi yang membuat banyak orang bangkit dan bersemangat untuk menjalani sesuatu yang sebelumnya membuat dia putus asa dan menyerah.

Saat aku tenggelam dalam novel yang selalu menjadi teman setiaku dirumah. Bi Asih assisten rumah tangga dirumahku mengetuk pintuku.

"Non billa, nyonya memanggil untuk sarapan pagi. Nyonya menginginkan non Billa segera turun karena beliau tidak punya banyak waktu." Ucap bi Asih.

"Iya bi, Billa akan segera turun. Bilang pada bunda 5 menit lagi."

Aku pun segera turun dari bed kesayanganku dan segera ku lipat bacaan terakhir novel agar aku tidak lupa. Maklum aku memiliki sifat pelupa sejak kecil hehe

Aku berjalan turun dari tangga, kulihat bundaku sedang duduk di meja makan.

"Bundaku sayanggg selamat pagi, semangat pagi yaa semangat kerja. Billa sayang bunda"

"anak bunda udah gede masih aja sayang bunda, masa masih gak punya pacar yang bisa disayang?"

Setelah itu aku memanyunkan bibirku tanda bahwa aku sedang ngambek bebek, saat itu juga bunda akan bilang "bunda gak ngebolehin Billa pacaran ya, bunda gak mau Billa sakit hati."

Saat itu juga raut bunda berubah menjadi sendu, aku tau bahwa bunda sedang merindukan seseorang yang juga aku rindukan.

Merindukan kehangatan dan senyuman yang menyejukkan, merindukan kalimat lembut yang menunjukan kasih sayang, beliau adalah ayah. Ayah sekaligus suami terhebat didunia. Sejak kejadian itu Allah menginginkan ayah bersama-Nya, saat itu juga aku seperti kehilangan separuh dari nafasku.

Aku semakin hanyut dalam lamunan masa kecilku, bunda bercerita saat itu usiaku masih 2tahun.

Aku belajar berjalan dengan ayah, beliau tak pernah membiarkanku belajar sendirian.Ayah menuntunku tanpa lelah, suatu hari aku berjalan dengan penuh semangat ingin mendapatkan permen yang ayah pegang. Ternyata sepatuku membuatku terpereset dan jatuh sehingga kakiku berdarah mungkin tidak banyak tapi mampu membuat ayah khawatir setengah mati. Ayah menjemput eyang uti dari sawah agar diajarkan resep ramuan herbal untuk luka, beliau membersihkan serta meramu ramuan herbal untuk lukaku sendiri. Ayahku ayah yang siaga bukan? Hehe...

Tak lama kemudian aku merasakan tangan lembut mengusap rambutku yang tergerai, dengan segera bunda tersenyum.

"Billa sayang kenapa senyum-senyum sendiri, bikin bunda khawatir. Masih muda senyum-senyum sendiri nanti jodohnya pada kabur lagi." Ejek bunda padaku.

"Bunda billa lagi gak ngurusin tentang jodoh, billa gak mau pisah sama bunda."

Kataku sambil memeluk bunda untuk mengalihkan pembicaraan, karena bisa saja jika aku jujur bunda semakin bersedih.

"Billa kebanggaan bunda dan ayah, Billa nafas kami, hidup kami. Anugrah terindah yang Allah berikan, anugrah yang kami tunggu-tunggu. Jadi anak sholehah sayang, bunda menyayangi Billa" tatap bunda sambil mengeratkan pelukan kami.

Tak lama setelah itu handphone bunda berbunyi menandakan adanya panggilan, dengan segera bunda mengangkat lantas pergi dari ruang makan.

Akupun melanjutkan makanku, karena memang aku begitu lapar padahal 30menit yang lalu aku sudah menyantap roti dan susu di kulkas.

💗💗💗

Selesai makan aku pun pergi ke kamar bunda yang memang berada disebelah kamarku, aku begitu dekat dengan bunda. Mungkin karena putri semata wayang yang begitu manja sepanjang sejarah hehe.


Saat pintu sudah terbuka setengahnya, terlihat bunda berada di sisi ranjang dan memangku figora foto.

Foto keluargaku saat aku berusia 6tahun, begitu lucu. Ayah menggendongku dengan posisi ala bridal style serta tanganku melingkar dileher ayah, itu adalah posisi kesukaanku dulu. Nyaman damai yaaa itu yang ku rasakan saat itu juga.

Bunda terlihat mengusap air mata yang berlomba-lomba untuk jatuh, bunda memang lebih suka menangis sendiri didalam kamar.

Bunda senang terlihat tegar, tanpa mau membaginya denganku. Pernah saat itu bunda bilang "bunda yang akan menanggung semua rasa sakit, penderitaan. Asal anak bunda tidak merasakanya, bunda berjanji akan memberikan kebahagiaan meskipun tanpa ayah." Kalimat itu terngiang seraya airmataku luruh, aku merasakan rasa sakit yang bunda rasakan.

Ayah, andai ayah masih disini
Rindu ini tak akan terasa menyakitkan
Tak akan terasa menyayat
Ayah pernah bilang
Saat aku tersakiti ayah akan melindungi putrimu ini
Sekarang rindu ini menyakitiku
Apakah ayah bisa membawa rindu ini pergi?
Agar dia tak menggangguku dan bunda lagi
Ayah, bisa menepati janji itu?
Aku mohon....

.
.
.
.
.
.
.
Cerita pertama yeyyy
Stayy jangan lupa tinggalkan komentar💗
Jangan lupa vote yaaa....

Kepingan RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang