6

257 31 0
                                    

Bagian mana yang belum tertulis? Yang belum tergambar?

Bentuk seperti apa yang aku harapkan saja tidak tahu

Seperti apa keadilan si raja untuk membelah lautnya

Rasanya genggamanku mengerat pada obor pembantai nista

Jangan coba-coba menghalangiku!

Lebihnya saja bayangkan pada luka-luka itu

Apa akan tetap bertahan kasihan sampai ketika seseorang menyadari kemana nyawamu?

Aku tak yakin

Selamat tinggal~ lalu akan ku buat setusuk pedang mengoyak beberapa kulit sampai habis

Kau akan tenang

-

"Aarrgghhh!!"

Jiyong menjambak rambutnya frustasi, menutup dan menarik-narik telinganya hingga memerah.

---

"Oppa~ disini tak ada makanan?" tanya Lalisa. Karena ia sudah lelah berdiam diri bersama Seunghyun yang sedari tadi sibuk dengan anggarnya.

"Oppa, disini tak ada makanan" kata Lalisa sekali lagi, kali ini adalah sebuah pernyataan karena ia sudah membuka isi lemari es dan isinya hanya ada bahan makanan tak jadi yang harus dimasak dahulu. Sementara Lalisa sama sekali tak tahu menahu bagaimana cara menggunakan pemotong kentang sekalipun.

"Kau lapar?" tanya Seunghyun kali ini mengalihkan pandangan pada Lalisa.

Lalisa mengangguk dengan mimik yang sama sekali tak menunjukan gairah.

"Pergilah membeli kimbap atau ramyun- ah terserah kau saja" kata Seunghyun.

"Aku tak membawa uang, ani- aku tak memiliki uang"

"Heish.."

Seunghyun bangkit, menyerahkan beberapa uang won pada Lalisa. Dengan senang hati Lalisa menerimanya lalu kemudian pergi membelanjakan lembaran won itu untuk beberapa makanan pengganjal perutnya.

"Jangan lupakan minumannya, dan tolong satu kaleng softdrink untukku!" pesan Seunghyun sedikit berteriak agar Lalisa yang sudah sedikit menjauh dapat mendengar perkataannya.

"Ne!" teriak Lalisa untuk memastikan bahwa ia mendengar kata-kata Seunghyun.

Drap.. Drap.. Drap..

Suara kecil langkah kaki terdengar mendekat ke arah Seunghyun, ia menoleh.

"Jiyong-ah, kenapa kau kemari? Nanti appa bisa melihat kita" cemas Seunghyun.

Tak ada balasan dari mulut Jiyong yang masih mengatup. Kini atensi Seunghyun beralih pada genggaman Jiyong yang memegang kuat pedang anggar miliknya yang tadi digunakan Jiyong untuk berlatih.

"Oh, kau ingin bermain anggar lagi? Tapi tidak sekarang, oke" terka Seunghyun.

"Kenapa? Aku yang menghampirimu, bukan? Jadi kenapa kau ketakutan, hyung? Appa tak akan memarahimu, kau pasti tahu itu" balas Jiyong. Suaranya memberat memberikan bagian menyeramkan untuk suasananya. Matanya pun tak kalah tajam menatap posisi Seunghyun yang sedang duduk.

"T-ta-tapi.."

"Sekali ini saja, selagi aku sudah bisa beberapa teknik-tekniknya, aku ingin mencobanya bersamamu" pinta Jiyong.

Seunghyun tampak diam.

"Jangan tunggu nanti atau kapan, aku pasti akan melupakan gerakannya" lanjut Jiyong.

GOODBYE [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang