PROLOGUE

1.2K 70 2
                                    

"Kemarilah, nak!"

Seorang wanita paruh baya dengan senyuman yang tak pernah luntur tengah duduk di salah satu ayunan di sebuah taman di kota itu.

"Yongie ingin bermain"

Seorang anak laki-laki sedang menatap jauh kedalam sebuah bangunan tua jauh diseberang sana, anak itu yang tengah berdiri tak jauh di depan sang wanita paruh baya menoleh pada sang wanita memperlihatkan wajah kesedihannya.

"Bermain dengan eomma?"

Wanita paruh baya yang menyebut dirinya sebagai eomma merentangkan tangannya seolah memberi tanda anaknya yang berusia sepuluh tahun itu untuk mendekat.

"Yongie ingin bermain perang-perangan dan tembak-tembakan seperti appa waktu itu" si anak laki-laki itu melangkah mendekati ibunya.

"Tidak bisakah jika dengan eomma, hm?"

"Eomma mau bermain perang dengan Yongie? Eomma mau Yongie tembak? Eomma mau mati untuk Yongie?" si anak laki-laki dengan polosnya bertanya antusias.

"Apapun, nak" bibir tipis sang eomma semakin tipis kala kedua sudutnya membentuk kurva.

"Yippii!! Eomma harus mati, arra?" si anak laki-laki memperingati ibunya sebelum mereka bermain. Tawa anaknya membuat hati sang eomma bertambah bahagia kali ini.

***
May, 2th 2018

"Ahjumma! Aku ingin menemani anak baru itu, ne?"

Seorang anak perempuan dengan poni lucunya berseru-seru pada seorang wanita yang jauh lebih tua dari bocah itu.

"Kenapa kau ingin menemaninya? Kau tidak takut, nak?" dengan lembut sang ahjumma bertanya sambil membungkukan badannya agar si bocah bisa lebih mudah menatapnya.

"Aku kasihan padanya, dia sama sepertiku, tak punya orang tua, dia sendirian. Apa yang ditakuti darinya? Dia hanya lebih pendiam dari anak-anak yang lain, kan?" dengan cerdasnya si anak perempuan yang berusia hampir sepuluh tahun itu berbicara pada sang ahjumma.

"Lalu apa yang ingin kau lakukan bersamanya, Lalice?" tanya sang ahjumma dengan lembut.

"Aku akan bercerita banyak untuknya" raut ceria tak pernah pudar dari wajah bocah perempuan yang disebut Lalice itu.

"Hem baiklah, ahjumma akan mengantarmu" sang ahjumma tersenyum sebelum kemudian menarik tubuhnya untuk berdiri tegak.

"Yey! Kajja ahjumma!" seru Lalice dengan girangnya menarik tangan ahjumma.

"Hei, hei! Bukan disana, kesana" kekeh ahjumma karena tingkah lucu si bocah itu, menunjuk kebalikan arah yang tadinya akan dituju Lalice.

"Eoh, ehehe, kajja!"

Sang ahjumma tua membawa Lalice ke kamar anak baru yang baru tiga hari lalu menjadi bagian dari panti asuhan ini.

-

Krieett...

Perlahan pintu terbuka memperlihatkan dua sosok perempuan. Yang satu yang sudah tua dan satunya lagi masih bocah. Ya, si ahjumma pengelola panti dan si bocah berponi yang bernama Lalice.

Keduanya masuk, disambut tatapan sendu seorang anak laki-laki yang sedang duduk berselonjor di atas ranjang dengan punggung bersandar pada kepala ranjang.

Tatapan kelamnya sebisa mungkin ia tutupi dengan kurva manis miliknya, tapi mengapa rasanya sulit sekali.

"Hai!" sapa Lalice begitu ia berlari menghampiri bocah laki-laki itu.

GOODBYE [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang