SUV vs Chevy

19 0 0
                                    


Mereka pun turun dari mobil lalu masuk ke motel yang terlihat sepi itu. Mereka memesan dua kamar bersebelahan agar bisa digabung. Wendi membayar semuanya di muka dan meminta tidak diganggu.

"Astaga, berat banget!" Asih mengeluh sambil meletakkan ransel ke kasur.

"Kalau keberatan, buatku saja," goda Sapto.

"Enak saja!" sahut Asih.

"Aku beli makanan dulu, ada yang mau nitip sesuatu?" tanya Wendi.

"Terserah saja, yang penting bikin kenyang," kata Reno.

"Aku nitip bir," pinta Sapto.

"Bir dan rokok," tambah Asih.

Wendi pun pergi membeli makanan.

"Emm ... bukannya jatah Dwi tidak ada yang punya?" tanya Sapto.

"Namanya Iwan, aku sudah janji padanya untuk memberikannya pada anaknya," jelas Reno.

"Iwan punya anak?" tanya Sapto.

"Ini, surat Iwan untuk anaknya. Kau tidak keberatan kan?" Reno memberikan surat Iwan pada Sapto.

"Yah ... nggak apa-apa sich, semoga lukisan ini asli, gitu aja." Menurut Sapto jika lukisan itu asli, kehilangan uang-uang itu juga takkan seberapa rugi.

"Emm, ngomong-ngomong, di mana lukisannya?" Asih sadar lukisannya tak ada disitu.

Mereka saling pandang, lalu tiba-tiba ada suara mobil distarter.

"Wendi!" Serentak mereka berteriak. Namun sudah terlambat, saat mereka mengejar Wendi keluar, Wendi sudah membawa lukisan itu bersama mobil mereka.

"Sial, bangsat!" umpat Reno.

"Kenapa motel ini sepi amat sih? Nggak ada mobil atau motor sama sekali yang bisa kita curi," gumam Asih.

"Coba aku tanya ke resepsionis, mungkin ada mobil yang bisa kita gunakan. Kalian packing saja." Reno masuk kamar sebentar lalu pergi ke resepsionis.

"Sial aku lapar." ucap Sapto.

Berapa menit kemudian, mereka sudah menaiki mobil SUV butut yang Reno dapatkan.

"Mobil butut gini gimana kita bisa mengejar Wendi?" tanya Sapto meremehkan.

"Jangan berisik! Cuma ini mobil yang ada." jawab Reno.

"Kau mencurinya?" tanya Asih.

"Aku membelinya." jawab Reno.

"Pakai uang siapa?" tanya Sapto.

"Uang Wendi lah." jawab Reno sambil fokus mengemudi.

"Oh iya, Wendi meninggalkan ranselnya." Asih baru sadar.

"Wendi merelakan uangnya demi lukisan?" Sapto heran.

"Berarti lukisan itu benar-benar asli," ujar Asih.

"Kemungkinan besar." ujar Reno.

"Berhenti!" teriak Asih.

"Ada apa?" tanya Reno sambil menghentikan mobilnya.

"Dari tadi orang-orang yang menuju ke arah sini selalu seperti memberi kode. Lihat itu!" Asih menunjuk pengendara sepeda motor yang memainkan jari-jarinya seperti memberi kode tertentu.

"Kau benar, ada pemeriksaan polisi di depan. Itu kebiasaan orang-orang sini jika ada pemeriksaan, mereka saling memberi kode." Sapto menjelaskan.

"Sekarang gimana?" Asih bingung.

Menuju Ujung DuniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang