1

286 46 147
                                    

Mochi memainkan ekor, mematut diri pada cermin besar. Kumisnya menjuntai turun dengan mata bulat antusias. Terlihat indah bulu-bulu jingganya ketika rembulan menyorot sebagian helai itu. Mochi menggeleng dan berputar ala balerina, berusaha berdiri di atas kedua kaki belakangnya. Tubuhnya meliuk ke belakang tanda kaki tak mampu menahan bobot. Ringisan terdengar ketika bokongnya beradu lantai. "Aduh."

Sadar semua yang dilakukannya sia-sia, suara letupan kecil terdengar di sela hening. Bayangan pendek seekor kucing pada cermin, berangsur meninggi hingga berakhir setinggi satu meter. Mochi memperhatikan tiap inchi tubuh manusianya. Rambut Mochi sepenuhnya jingga. Iris abunya berubah menjadi coklat keemasan. Sebuah kacamata hitam bertengger di titik hidung. Jangan lupakan mantel jingga bertelinga yang membuat Mochi terlihat lucu.

 Jangan lupakan mantel jingga bertelinga yang membuat Mochi terlihat lucu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kembali, Mochi berputar ala balerina. Bedanya, kali ini tubuhnya tidak jatuh ke belakang. Lihatlah dia, begitu bahagia menari disoroti sang bulan.

Andai Madoka melihatnya di sini, tamat riwayat Mochi. Seharusnya kucing berbulu lebat ini sudah berbaring pulas di atas kasur empuk. Sayang, kadang sifat kekanakannya muncul. Ada yang mengatakan bahwa seseorang akan mendapatkan kebahagiaan sesungguhnya ketika menari lepas di hadapan bulan. Katakan saja Mochi tengah membuktikan kebenaran itu.

Berbicara perihal kebahagiaan, sebenarnya alasan lain Mochi berada di sini adalah menunggu nenek. Nenek belum kembali sejak makan siang berakhir tadi.

Tatapan bahagianya berubah sendu dengan sorot iris hampa. Sebelum kelopak mata tertutup rapat karena lelah, Mochi beranjak menuju kamar. Mengendap-endap agar tidak terdengar oleh kakak tertua.

***

Mentari berangsur turun ketika Mochi terbangun dari tidur lelapnya. Benar, semalam kucing berbulu lebat ini berhasil melewati penjagaan Madoka ketika kembali ke kamar tidur. Terlewatlah masa-masa indah ketika Mochi menatap bulan dengan mata bulat. Masih teringat bagaimana tubuh mungilnya berputar bahagia semalam. Kini, sekonyong-konyong nyeri menghampiri lambung. Mochi kelaparan. Perutnya bergemuruh tak menentu.

Memalingkan wajah ke samping, terlihat Kuro tertidur pulas mendengkur. Entah kisah apa yang mendongengi kepala si hitam itu saat ini. Namun, satu hal yang pasti, mimpinya tidak akan jauh seputar makanan. Kuro pecinta makanan.

Mochi menggerakkan kaki manusianya menuruni ranjang, lalu menghampiri kasur Kuro. Mochi melakukan gerakan lompat dan menghambur ke sisi Kuro. Tubuhnya terpantul-pantul di atas kasur empuk. Sesekali tangannya menarik-narik rambut Kuro membangunkan. Mochi merebut guling dalam pelukan Kuro.

"Kuroooo, bangun!" ujar Mochi setengah merengek menggoyang-goyangkan tubuh Kuro.

Mochi menghembuskan napas. Kuro susah dibangunkan. Kucing itu nampak menggeliat di kasur dengan mata menyipit. "Apa Nenek sudah pulang?" tanyanya.

"Ayo temani aku turun! Kita harus sarapan!" ujar Mochi lekas menarik lengan Kuro hingga terduduk cepat. Terlihat raut protes yang tidak dihiraukan Mochi. Mereka bergerak dengan tergesa. Namun, dalam perjalanan mereka berubah menjadi wujud kucing untuk mempercepat waktu. Ketika mencapai dapur, Mochi berjengit kaget. Perabotan dapur tergeletak berantakan di lantai.

Petualangan Mochi [ Seri Kucing-Kucing Ajaib ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang