4

84 20 7
                                    

Mochi terpana pada aksen tua-natural kental. Terlihat megah, tetapi terasa sederhana. Paduan warna dinding tua, merah bata ditata apik dengan mengutamakan keindahan, persis pengertian seni rupa murni. Membentuk dandelion dengan potongan bata sisi yang berbeda warna.

Kayu jati tinggi menjulang, menyangga lantai dua. Mochi menginjak batu pualam putih yang termasuk jajaran batu malihan. Semerbak kenanga menguar bagai mengungkit memoar. Nenek tua ini ... ternyata orang berada! Tidak salah Mochi kemari untuk meminta makanan.

Nenek tua tersebut terus saja mengajukan pertanyaan tanpa jeda semenjak memasuki rumah megah yang lebih mirip kastil ini. Dia meminta seorang pelayan menyeduh jeruk peras untuk gadis yang semula bersepatu merah.

Ya, semula ... karena kini tidak lagi, setelah sang nenek meminta secara khusus agar gadis tersebut menanggalkan sepatu merahnya ketika berada di kereta. Mochi berjalan mengendap, hidungnya siaga. 'Asam!' batin Mochi lepas mengendus gelas yang dibawa seorang pelayan pria. Cacing perutnya yang meronta, bukan tenggorokan. Mochi kelaparan, bukan haus.

"Jadi namamu Karen?" tanya sang nenek kepada gadis tersebut. Karen mengangguk pelan. "Aku turut berduka atas kepergian ibumu .... Tinggallah bersamaku di sini, akan kurawat kau seperti cucuku sendiri."

Perut Si Kucing Persia a.k.a Mochi bergemuruh, dia melenggang santai ke arah nenek tua. Eongan nyaring pertanda lapar, tubuh montoknya sengaja digesek-gesekkan pada kaki sang nenek.

"Hei, dari mana kamu datang? Lapar, Kucing Manis? Akhir-akhir ini banyak kucing kelaparan. Kemarin aku menemukan kucing lucu sepertimu, entah bermain kemana sekarang setelah kuberi makan siang tadi."

Tentu saja, nenek sebaik dia pasti mudah memancing binatang untuk menjadi piaraannya. Mochi masih melancarkan aksi, duduk bertopang pada kaki depan. Sorot sayu terpancar berusaha memincut hati dermawan itu. Tubuh si persia bergetar keenakan ketika diusap pada bagian leher, favoritnya. Juga kepala, karena bagian itu kadang luput dan susah dicapai. Mochi tetap duduk di sana, sampai nenek tersebut meminta pelayannya membawakan sepotong ikan serta susu segar.

Di sana tidak ada yang pernah menyangka, kucing manis ini ... Si Persia Jingga ini merupakan kucing ajaib yang dapat mengubah bentuk. Apa yang kiranya terjadi jika Mochi mengubah bentuknya saat ini? Ha, patut dicoba lain kali.

Tempat ini begitu menenangkan, aroma kenanga merileksasi. Proporsi tata letak semua perabot meminimkan gangguan mata. Terlebih lagi pot mawar yang diletakkan pada beberapa meja menambah kesan sejuk.

Melihat makanan yang diantarkan seorang pelayan wanita, Mochi merasa gatal. Gatal ingin lekas memindahkan semua ke dalam perut.

Pertama, pelayan meletakkan mangkuk susu dan sepotong ikan berwadah piring ke lantai. Kedua, Mochi tetap berusaha menjadi kucing anggun. Ketiga, nenek dengan dermawan mendekatkan makanan itu ke arah kucing jingga. Ke empat, suara gemuruh terdengar menimbulkan keheningan. Ke lima, Mochi ikut kebingungan ... itu bukan suara miliknya.

Mochi refleks menatap pada Karen. Nenek ternyata lebih dahulu memergoki. "Oh, astaga ... maafkan aku." Nenek itu nampak menyesal. Terburu ia mengusap Mochi dan berjalan mendekati ruang penuh kursi berjejeran.

"Karen, kau juga harus makan. Ayo ikuti aku, kita makan bersama untuk pertama kali." Terlihat tulus suara tua itu ketika menawari makan siang. Karen mengikuti dengan ragu.

Sudut mata Mochi mengikuti arah kepergian dua manusia itu. Ah, Mochi rindu Nenek! Sangat rindu!

Mood-nya sedang tidak bagus. Mochi makan dalam keheningan, menatap sendu. Amat miris. Bukan hanya nenek, Mochi juga rindu saudaranya yang lain. Topaz yang takut belalang, Madoka pecinta makanan, Shinju, Lian, Fuma, Chocola, Chiya, Purple, dan Kuro. Mochi rindu mereka semua.

Setelah selesai makan, Mochi berniat menyusuri rumah bak kastil tersebut. Tak henti mata bulatnya menatap takjub, sungguh rumah idaman. Namun, cuping lebarnya lekas menegak ketiga derap langkah kecil mendekat. Sesuatu yang bergerak tergesa dan melompat-lompat. Mochi menoleh ... tidak ada apa-apa. Mungkinkah rumah indah ini berhantu?

Mochi terkejut merasakan benda empuk menempel di kaki berbulunya. Bulunya menegang, perlahan menoleh ke belakang.

"Kuro!" teriak Mochi.

Sebelum sempat berkata, Kuro terlanjur menerjang Mochi hingga mereka berguling di lantai.

"Kemana saja kau kucing manja?" tanya Kuro menyentuh wajah Mochi. Si kucing jingga meringis geli. "Coba lihat! Apa kau tidak punya teman makan? Atau harus mencari tikus untuk mengisi perutmu? Pipimu kurus sekali?"

Mochi tidak percaya pada ucapan Kuro. Sungguhkah dia semakin kurus?

"Sungguh? Eh, kau benar. Perut mungilku ini memang tidak pernah makan tepat waktu semenjak kita berpisah," ujar Mochi melas.

Kuro terkekeh. "Sudahlah, ayo masuk. Di sini ada nenek baik hati yang punya banyak makanan. Aku yakin kau akan menyaingi berat badan Madoka bila tinggal di sini."

Mochi merasa beruntung bertemu Kuro di sini. Sayangnya, Kuro belum mengetahui bahwa kucing yang kerap dia sebut 'Manja' ini, telah merasakan kelezatan masakan nenek baik hati.

To be continued.

Ikuti petualangan para kucing di:
1. Topaz wattpad @benitobonita / joylada @wulan benitobonita
2. Kuro Wattpad @hannimaharani / joylada @Hanni Maharani
3. Chiya wattpad @harianimey/ joylada @harianimey
4. Fuma wattpad @Shikanoo / joylada -
5. Erlenmeyer wattpad @William_Most / joylada @WilliamMost
6. Chocola wattpad @Pyorong07/ joylada @reinke
7. Purple wattpad @ree_puspita/ joylada @Reepuspita
8. Shinju wattpad @Alvacchi_grey / joylada @Alvacchi
9. Lian wattpad @aoihachimitsu/ joylada @Aoi_hachimitsu
10. Mochi wattpad @Dyah_putri19/ joylada @Dyahputri
11. Madoka wattpad @kanonaiko/ joylada @kanonaiko

Petualangan Mochi [ Seri Kucing-Kucing Ajaib ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang