"Hmm...Aku berharap ini bukan sesuatu yang salah. " kata Dara sambil mengusap wajahnya dengan kasar
"Sudahlah Dar semuanya sudah terjadi, saran ku kau jalani saja dulu dengannya," aku mulai memberi saran pada gadis berambut coklat yang sudah terlihat frustasi itu.
"Baiklah akan ku coba untuk menerima semuanya, lalu bagaimana kau dengan Olvin? Apa kau benar menyukainya?" Saat Dara menanyakan hal itu pada ku aku selalu berusaha menghindar.
"Hmmmm Dara aku pergi dulu ada yang harus ku urus," aku ingin cepat berlalu dari Dara karena aku tak mau membicarakan masalah Olvin untuk saat ini.
"Kenapa kau selalu menghindar setiap aku menanyakan masalah Olvin padamu? Apa kau takut memulai lagi? Tolong jawab pertanyaanku Alexandria Belva!" Aku bingung harus menjawab apa dan ku rasa Dara sudah marah sekarang karena pertanyaannya tidak ku jawab.
"Kalau kau tau jawabannya kenapa kau masih menanyakan hal yang sama Dara?" Aku mulai memberi penjelasan padanya.
"Kalau seperti itu terus kau tak akan pernah memulai lembaran baru dihidupmu jika kau terus memeluk luka lama mu Lexa." Dara, dia mulai menasihatiku untuk mulai membuka hati untuk orang lain.
"Akan ada saat nya nanti Dar tapi bukan sekarang, aku pergi dulu hati hati kau di jalan."
Setelah berbicara seperti itu aku pergi meninggalkan Dara sendirian di depan gerbang sekolah.
Aku berpamitan dengan dara karena ada beberapa urusan yang harus ku urus salah satunya adalah harus mengurus hatiku yang terasa tergores lagi ketika dara menanyakan hal itu
Aku pergi ke taman dekat sekolah. Taman ini sepi bahkan sangat sepi sampai sampai bisa dihitung dengan jari berapa jumlah orang di taman ini.
Senja mulai menampakan dirinya itu artinya hari semakin sore, aku duduk di kursi taman dekat danau dengan sejuta pertanyaan yang aku takkan pernah tahu jawabannya."Tuhan.... Apa aku harus merasaka ini lebih lama lagi? Aku lelah Tuhan, Bisakah aku egois untuk kali ini saja biarkan aku pergi dari masalah ini Tuhan." Sebulir kristal cair berhasil lolos dari mata indahku senja pun mendukung agar aku mengeluarkan kristal cair ini lebih banyak lagi.
Ketika aku sedang berusaha membendung air mataku walaupun sudah jatuh beberapa kali tiba tiba ada uluran tangan yg memberikan sapu tangannya padaku.
"Nih... Pake, gua tau lo pasti perlu ini."
Aku pun mendongak ke arah orang itu betapa kaget nya aku ketika
melihat seseorang yang menjadi salah satu pertanyaan dihidupku."Ka Olvin? Kaka kok ada disini?
"Lo ga perlu tau ngapain gw disini, yang penting gw paling ga suka liat cewe nangis apa lagi lo, nih apus air mata lo" Tidak seperti biasanya ia agak ketus ketika berbicara padaku saat ini.
"Makasih ka"
"Hmmm, mau cerita?" Ia menatap ku dengan mata penuh dengan segudang pertanyaan namun aku hanya diam menatap langit yang sangat sendu.
"Ok gw ga akan maksa buat lo cerita, sekarang pulang aja udah mau malem gw anter lo balik."
"Iya ka, makasih."
***
LANJUTTTT GUYSSSS!!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
CRYING IN THE "RAIN" ☔
Teen Fictionketika penantianmu tidak membuahkan hasil ambil lah keputusan apa kau ingin tetap tinggal dengan luka yang terus mendalam atau pergi dan mengejar kebahagianmu yang lain.