Salah Paham

25 1 0
                                    

"Kalian dibebaskan untuk menghakimi orang lain, tapi kalian dibatasi untuk mencampuri urusan orang lain."

Pagiku cerahku. Mata yang lumayan berbiji besar ini mulai terbuka. Perlahan menangkap pantulan cahaya yang berada tepat selurus dengan arah mata yang terbuka. Menyempatkan diri untuk berdiam diri beberapa menit, hingga akhirnya tangan mulai menggeliat mencari handphone. Sekadar melihat jam, jari menekan tombol power pada handphone. Buram. Aku lupa memakai kacamataku. Dengan sigap, kacamata berpindah ke mata. Deretan angka mulai terlihat pada handphone.

07:15 WITA.

Mata besar membulat sempurna dengan hiasan agak kemerahan di sekitar bola mata putih. Layaknya vampir kesetanan hantu indonesia, teriakan nada mayor pembunuh makhluk kecil semut menyeruak. Dengan gerakan yang sangat cepat, aku akhirnya sampai di sekolah dalam waktu 30 menit. Tentunya dengan pakaian yang dipaksa match dan tampilan yang amburadul. Sungguh contoh wanita yang tak pantas dijadikan menantu.

Jam menunjukkan pukul 07:45 WITA. Sudah terlambat. Langkah yang tergesa-gesa tadi berubah pelan. Mau laripun sama saja terlambat. Rekaman itu akan membantuku.

Sampai di depan ruang 36, lokasi kelasku, aku melangkahkan kaki masuk tanpa memerdulikan tatapan-tatapan tajam dari teman ku. Dosen masih asyik mengajar. Samar-samar suara terdengar.

"Anak rektor datang."

Tak kuperdulikan. Kalian percaya? Jangan. Itu hanya bahan candaan. Anak rektor adalah sebutan bagi mahasiswi atau mahasiswa yang sering terlambat atau jarang masuk jam kuliah. Salah satunya aku.

*Back to the class*

Dosen masih asyik berceloteh. Di deret bangku bagian belakang, kusandarkan bahuku pada dinding kelas di sebelahku. Sesekali memerhatikan, sesekali menguap. Pikiranku tak kunjung jadi satu. Kantuk adalah serangan mematikan ketika menuntut ilmu. Pikiran teracuni akhirnya sisi negatif bekerja. Kacamata tidur yang menampilkan mata terbuka kupakai untuk mengelabui dosen. Yang lain pun tak ada yang menyadari. Tidurlah aku sepuasku. Nikmat dunia.

Beberapa menit kemudian, suara bising membangunkanku dari bunga tidur. Aku pikir dosen baru saja keluar dan mereka mulai melontarkan candaan garing versi mereka. Aku mulai meregangkan tangan ke atas. Suara bernada tegas mengembalikan kesadaranku secara keseluruhan.

"Wah, saya hanya bercanda ketika saya bertanya siapa pacar Zikri, dan ternyata yang mengangkat tangan adalah Jiya? Sungguh hal yang mengejutkan!"
Papar Bu Aulia.

"What??? Aku? Pacar Zikri?
Pasti pas peregangan tadi, Bu Aulia ngiranya aku angkat tangan lagi. Hmm.. Tapi, yah bodo amat. Siapa yang peduli."

Kabar hoax seperti itu hanya akan membuang waktu jika ditanggapi. Aku akan tetap jadi diriku sendiri. Yah, aku akui mereka mulai menebar bumbu kebencian padaku. Aku tahu mereka adalah para pengagum sosok Zikri. Nah, aku? Hahah.. Maaf, hal-hal bodoh semacam itu tak pantas mengotori jalan hidupku.

Sepanjang jam kuliah mereka terus memperbincangkan hal tersebut. Risih, akhirnya earphone yang sedari tadi menunggu di dalam tas segera kukeluarkan dan kutanggalkan pada kedua telinga. Sisi lainnya telah bertengger pada handphone. Sigap kubuka sebuah aplikasi dan tombol power kumainkan. Terdengarlah suara celotehan dari earphone. Apa yang sedang kudengarkan? Hahah... Hanya aku yang mengetahuinya.

S.E.C.R.E.TTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang