Malam ini adalah malam terakhir berkemah. Malam dimana acara Jurit malam dilakukan.
Sebelum acara dimulai panitia sudah berdebat mengenai jalur yang sudah dibuat, tanpaku ketahui, Jalur yang sudah dirancang di ubah begitu saja oleh Aldi, sang Ketua acara. Aku merasa tidak nyaman, karena apa yang telah ku buat dengan alasan yang jelas bahwa yang kita ketahui larangan dari Mang Asep adalah larangan yang sangat nyata.
Aku tidak membahas tentang hal mystis kepada semua panitia hanya saja yang aku takutkan peserta melalui jalur yang salah dan pada akhirnya mereka tersesat. Aku tidak memberanikan diri untuk membicarakan apa yang aku alami bersama Octo.
Namun, sang Ketua tidak menghargai pendapatku yang meminta untuk mengikuti jalur yang ku buat, akhirnya aku hanya meminta salahsatu dari panitia untuk berjaga di POS Bayangan agar memperhatikan jalur yang dilalui peserta itu jalur yang seharusnya mereka lalui.
Masih saja dibuat geram karena panitia hanya memikirkan diri sendiri. Tak ada yang berani menunggu di POS Bayangan, aku menunjuk Ketua untuk berjaga karena dia yang menginginkan jalur itu. Akhirnya sang ketua meminta temannya untuk menemani dia menunggu di POS Bayangan.
Jurit Malam dimulai, satu kelompok terdiri dari dua orang, perempuan dengan perempuan dan laki-laki dengan laki-laki. Semua berjalan dengan baik. Aku berada di POS terakhir, menghitung kelompok yang datang. Kelompok pertama Laki-laki dan kedua adalah perempuan dan berlaku seterusnya (selang-seling).
Kelompok satu sampai dengan kelompok tujuh aman, dan setelah kelompok 7 selesai, seharusnya kelompok yang datang adalah kelompok delapan, kelompok perempuan namun, yang datang adalah kelompok laki-laki. Sudah memiliki firasat yang buruk yang tersirat di hatiku dan Octo. Aku menghubungi panitia lain menanyakan kelompok enam yang belum sampai di pos terakhir dan tersusul oleh kelompok lain yang sudah sampai duluan.
"tuuuut .... tuuttt....." aku menghubungi ketua namun tidak ada sahutan dari sang ketua.
"tuuuutttt... halo kenapa Gleny?" sahut sonia
"disitu ada kelompok 6 gak? soalnya disini yang sudah sampai malah kelompok tujuh sampai sepuluh" kataku.
"gak ada ko kelompok enam sudah jalan dari tadi" sahut Sonia
"okedeh aku telepon yang lain" kataku.
"iya aku juga coba hubungi Aldo dan yang lain" kata Sonia.
Aku penasaran menelepon kembali Aldo yang seharusnya bertanggung jawab atas kejadian ini.
"tuuuuttt.... "
"tuuut"
"haloo, ada apa ?" akhirnya dapat tersambung
"maneh dimana do?
"lagi di kamar mandi gak kuat gue"
"terus yang jaga pos siapa?"
"si Rudi"
telepon dimatikan dan Aku dengan Octo menyusul Rudi ke pos bayangan.
setibanya di pos tak ada seorangpun yang berjaga. Aku mulai tak tahan dengan situasi mencari ke pos selanjutnya namun kelompok enam tetap tidak ada. Aku dan Octo saling menatap dengan sontak berkata "boa kaluhur.. "
"siap to ..?" kataku, sembari terlihat takut namun Octo memberanikan diri untuk mencari Rani dan Tina anggota kelompok enam yang hilang ke arah atas menuju rumah kayu yang dilarang Mang Asep.
Aku memanggil Rani dan Tina sambil mengarahkan lampu senternya ke arah rumah kayu dan mereka mendapatkan jawaban dari lampu senter di daerah rumah kayu, pertanda ada orang disana.
"tuhkan to.. aya diditu" kataku
sambil menghela nafas dan sedikit berlari, Aku dan Octo akhirnya menemukan mereka berdua. Namun, mengejutkan Rani berteriak sambil menangis " kakak tolong, Tina Pingsan dari tadi aku takut"
Kita berdua sudah mengetahui alasan kenapa Tina pingsan karena cerita Mang Asep tadi siang, namun tidak ingin Rani tau karena akan membuatnya pingsan juga. Namun, pada saat itu juga ada suara wanita tertawa sangat kencang dan membuat suasana hening seketika.
Gedebuuukkkk !!!!
Rani yang sedang berjalan pun pingsan karena semua mendengar suara tertawa yang khas itu. "yahhhhh... akhirnya pingsan juga akhirnya kita gendong juga" kata Octo.
"maneh dihareup nya to" kataku. Akhirnya digendonglah mereka menuju tenda.
YOU ARE READING
MYSTORY
RandomSemua orang memiliki pandangannya masing-masing. Namun ternyata apa yang kita lihat belum tentu benar. Maka, lihatlah dengan kedua pandangan kita bukan dengan kedua mata kita agar dapat melihat kebenaran yang sesungguhnya.