1. pulang

28.9K 565 8
                                    

Aroma segarnya pagi terkuak tatkala kubuka jendela kamarku. Segera kunikmati udara sedalam mungkin yang mampu kuhirup kemudian menghempaskannya perlahan. Kutatap langit yang tampilan birunya mendominasi disertai warna jingga di ekor cakrawala. Alunan kicauan burung menyertai saat kuedarkan pandangan di sekitar halaman samping rumah. Deretan pohon alpukat, sirsat dan jambu air di ujung halaman mulai berbakti dengan buahnya yang lebat dan mulai ranun. Deretan beberapa tanaman hias di tengah halaman serta anggrek yang ditata apik cukup membuatku tersenyum. Alhamdulillah ya Alloh, akhirnya bisa di rumah juga aku hari ini.

"Ga, kamu sudah bangun ? Ayo sarapan dulu, nduk. ayah, adik dan masmu sudah menunggu di bawah". Segera kupalingkan wajahku dari jendela dan kuberi senyuman manis untuk ibu.

" Iya bu, sebentar lagi. Iga masih mau merapikan pakaian yang ada di koper dulu. Kan baru sampai dinihari tadi".

"Ya sudah, ibu tunggu ya " balas ibu lembut sambil tersenyum.

" Mbaakk..... " teriakan adikku yang langsung memelukku saat aku tiba di anak tangga terakhir.
"Mbak Iga kok kurusan sih, tapi tambah putih deh" , kata adikku.

"He... He... He... Tunggu aja sampe kamu kuliah, Dek. Biar tahu rasanya capek kuliah, praktikum, dan menyelesaikan tugas sampai tak bisa tidur ".

" Hei, jangan ngobrol di situ, ayo kita sarapan", kata ayah sambil tertawa dan nelambaikan tanggannya ke kami.

Aku dengan seketika berlari memeluknya dan menciumnya.

"Yaaah, Iga kangen sekali sama ayah". Ayah pun membalas pelukanku dengan senyum lebarnya sambil ikut merangkulku.

"Duh, sudah mahasiswi semester 6, masih aja suka kolokan sama ayah. Gimana nanti kalau sudah punya suami", sahut ibu.

"Ya. .. Ibu, boro-boro punya suami, pacar aja nggak punya", dengusku kesal.

" Wah, berarti adikku gak laku dong," jawab Edwin kakakku yg tiba-tiba muncul di ruang keluarga, dan disambut suara tawa mereka kecuali aku yang mengerutkan keningku tanda tak suka dan menjulurkan lidah ke arahnya. Acara makan pun dimulai.

"Apa rencanamu hari ini, Ga? " ayah bertanya padaku.

" Masih belum tahu, Yah", jawabku.

"Ya udah, mbak Iga anterin dan jemput aku ke sekolah aja yah", timpal adikku yang masih duduk di bangku kelas 9 SMP.

"Yee.... Enak bener kamu, dek. Aku nih pulang mau liburan, bukan mau jadi ojek pribadi kamu lho," jawabku meledek.

"Hem... Ibu, mbak Iga tuh, " rengek adikku cemberut. Aku tertawa menggodanya.

"Wani piro... ?" Jawabku sambil tertawa dan mengangkat sebelah alis.

"Mbakmu itu masih jetlag, Dek. Baru dini hari tadi sampai. Yo biar istirahat dulu to, masak langsung disuruh anter kamu sekolah. Besuk saja ya," ujar ibu kemudian.

" Nggak apa-apa Bu, biar nanti Iga yang antar Mitha. Ayah kan harus mengajar di sekolah, takut terlambat. Mas Edwin juga harus bergegas. Sudah ditunggu banyak pasiennya di puskesmas."

" Beneran nggak papa? Kamu nggak pusing to Ga?"

" Insya Allah Iga sanggup dan masih sehat, Bu. Lagian kangen mau keliling kota dulu."

" Terserahlah kalau begitu. Hati-hati lho Ga, nggak usah ngebut."

" Iya Bu."

*****

Setelah mengantar adik bungsuku ke sekolah, kuniatkan berkeliling kota kecilku sebentar dengan motor bebek lama milik ibu. Hari masih pagi dan sudah kudapati ramainya jalan. Aku tersenyum mengetahui kotaku belum banyak berubah sejak 3 tahun yg lalu saatku pergi meninggalkannya.

Takdir Jingga (complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang