Jika untuk sebagian orang hidup itu adalah sebuah anugerah dari Tuhan. Yang tak ingin ia bagi atau tukar dengan apapun, maka pemikiran itu akan berbanding terbalik dengan pemikiran seorang Do Kyungsoo.
Kyungsoo, selalu ingin menukar hidupnya meski hanya dengan sesuap nasi. Ia tak akan pernah protes andai Tuhan berani melakukan sebuah barter dengannya. Jika Tuhan mengambil nyawanya dengan imbalan anaknya yang akan hidup layak dan bahagia. Kyungsoo akan rela melakukan itu.
Kyungsoo hanya seorang lelaki berumur 22 tahun yang kini bertahan hidup demi menghidupi anaknya. Ia tak pernah tahu apa kesalahannya. Apa yang membuat hidupnya harus bagaikan di neraka.
Jika banyak yang berpikir bahwa anak tersebut adalah peninggalan istrinya maka itu adalah sebuah pemikiran yang salah.
Anak itu adalah anak Kyungsoo, benar-benar anak yang tumbuh di dalam rahim Kyungsoo dan dirawat oleh Kyungsoo. Mungkin bagi sebagian orang akan berkata jika itu adalah lelucon paling lucu sepanjang masa. Jika itu bukan sebuah lelucon lantas bagaimana bisa seorang pria mengandung? Ya, itu bisa saja terjadi dan itu terjadi pada Kyungsoo. Tak heran jika Kyungsoo merasa dia di buang. Seorang lelaki sepertinya memang merupakan aib bagi keluarga. Bagaimana bisa seorang lelaki di takdirkan untuk mengandung.
Dan yang lebih nahasnya lagi adalah jika kenyataan itu tak di terima baik oleh keluarga Kyungsoo, mereka yang selalu menyebut Kyungsoo sebagai pembawa sial bahkan melarang Kyungsoo untuk menjalin hubungan dengan siapapun terlebih lagi dengan seorang laki-laki. Tapi, bukankah Kyungsoo seharusnya bersanding dengan laki-laki?
.
.
.
.
.
."Mama, huniie lapar."
Kyungsoo menatap netra anaknya, Kyungsoo merasa kecewa pada dirinya sendiri. Seharusnya ia bisa memberikan apapun yang anaknya inginkan, tanpa terkecuali. Tapi nyatanya tak ada yang bisa ia berikan.
"Huniie ingin makan apa?" Kyungsoo menurunkan sedikit tubuhnya agar sejajar dengan putra kesayangannya itu. Kyungsoo mengusap pelan rambut hitam Sehun dan tersenyum hangat. Padahal jauh di dalam hatinya ia merapalkan kata maaf berkali-kali.
"Huniie ingin ayam goreng, boleh?" Sehun menatap Kyungsoo dengan ragu, ia tahu tak seharusnya meminta hal seperti itu pada Kyungsoo. Meski Sehun masih kecil ia paham betul bagaimana kondisi orang tuanya yang selalu berkata 'nanti'.
"Tentu saja, uang hasil kerja mama memangnya untuk siapa? Ini untuk Sehun. Sebagai tambahannya akan mama belikan susu coklat. Bagaimana?"
Mata Sehun berbinar, tak lama senyumnya mulai tertarik. Kyungsoo bernapas lega, beruntung hari ini adalah hari dimana dia mengambil gajinya. Dan dia mendapatkan sedikit bonus karena selalu bekerja lembur beberapa hari ini.
"Setuju." Sehun berteriak girang, memeluk leher Kyungsoo dan mulai menarik tangan Kyungsoo untuk segera membeli apa yang ia inginkan. Kyungsoo tersenyum, mulai mengikuti langkah kecil Sehun di depannya. Sehun segalanya untuk Kyungsoo.
Terkadang rasa sayangnya pada Sehun mampu membunuh semua kewarasan Kyungsoo, ia tak peduli jika harus bekerja berpuluh-puluh jam demi gizi anaknya yang terpenuhi.
Kyungsoo tak pernah peduli lagi dengan cibiran dan hinaan orang-orang tentang dirinya, dia akan dengan senang hati menutup kedua telinga Sehun dengan tangannya sendiri. Ia terbiasa untuk terluka tapi jika itu menyangkut anaknya maka ia akan berbuat diluar nalarnya sendiri. Sehun harus bangga memiliki orang tua tunggal sepertinya. Sebisa mungkin Kyungsoo akan terlihat kuat untuk melindungi Sehun.
Kyungsoo menatap Sehun yang tengah asyik melahap sebuah paha ayam dan dua botol susu di hadapannya. Untuk anak berusia empat tahun cara makan Sehun memang terbilang rapi. Kyungsoo membesarkan dan merawatnya dengan baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merciless Cult [On Going]
Fanfiction[Mature Content] Ini neraka. Kau tak bisa keluar dari sana. Kau terjebak. Tanpa celah cahaya. CHANSOO, BL, Mafia!AU, Dom!Chanyeol, Sub!Kyungsoo | Mpreg | © Ucocimoll 2018