3

82 12 1
                                    

Meilin pikir Xukun bercanda mengenai kata-katanya tempo hari lalu mengenai ibunya. Nyatanya pada hari minggu kemarin Xukun datang ke toko bunga Meilin untuk menjemputnya, supaya gadis itu bisa bertemu dengan ibu Xukun. Katanya ibu Xukun rindu pada Meilin. Padahal mereka baru bertemu beberapa hari yang lalu. Bahkan saat di rumah Xukun, Ibu Xukun tak hentinya menggoda Meilin dengan bilang 'menantuku'. Hal tersebut agaknya membuat Meilin malu. Namun, gadis itu pun tak mempermasalahkannya, namanya juga orang tua, biarkan mereka bergurau sejenak ditengah rutinitas kerja. Jadi Meilin menganggapnya sebagai candaan semata.

Hari ini, sesuai arahan dari Xukun⸺sang ketua divisi perijinan, Meilin berangkat pagi hari untuk melaksanakan rapat divisi kembali. Sebelum laki-laki itu memberitahukan pada semua anak buahnya, ia lebih dulu berdikusi dengan Meilin di rumahnya mengenai jadwal rapat dan permasalahan yang sedang panitia inti hadapi. Untung saja Meilin segera menonaktifkan diri dalam komunitas kebudayaan, kalau tidak, mungkin Meilin sudah kewalahan mengatur jadwalnya. Dalam komunitas itu juga dirinya selalu dipandang sebelah mata oleh orang-orang. Hal tersebut pula yang menjadi salah satu alasan mengapa Meilin menonaktifkan diri dari komunitas. Padahal Meilin adalah orang yang suka bekerja dengan tim.

Well, pagi ini Meilin sudah berada di halte bus, menunggu angkutan kota itu datang. Meilin melirik jam tangannya, ternyata sudah pukul delapan lewat. Sepertinya bus kota itu sedikit terlambat. Meski begitu, Meilin dengan setia menunggu kendaraan tersebut bersama dengan beberapa orang yang saat ini memadati halte. Meilin sedikit melonjak tatkala mendapati Minghao kini sudah berdiri disampingnya sembari memperlihatkan senyuman⸺entah darimana datangnya pria ini. Meilin langsung membuang wajahnya dan kembali fokus pada jalanan. Meilin baru sadar kalau selama ini, dia tak pernah bertemu Minghao sejak kejadian di fakultas teknik itu. Sebuah fakta tiba-tiba muncul dalam kepala Meilin⸺tidak melihat Minghao selama beberapa hari ini membuat jantung Meilin berdebar ketika menatap senyum itu lagi.

"Ternyata jadwal kuliah kita sama, ya?" Ujar Minghao berbasa-basi, mencoba menghilangkan suasana canggung yang Meilin rasakan. Meilin benci mengatakan ini, Minghao itu seolah-olah sangat dekat dengan Meilin, padahal sebenarnya tidak.

"Aku tidak pergi kuliah. Aku menghadiri rapat divisi." Aku Meilin. Gadis itu masih dalam posisinya memperhatikan jalan, sesekali melihat ke ujung jalan berharap bus segera sampai.

Melihat ekspresi Meilin, Minghao langsung bertanya to the point, "aku boleh bertanya sesuatu?"

Masih dengan tatapan yang sama, tidak terlepas dari sudut jalanan. "Tentu." Sahutnya sambil mengangguk.

"Aku merasa kau menghindariku."

Oke, ucapan itu sukses membuat Meilin mengalihkan tatapannya dan beralih pada Minghao. "Maksud gēgē?"

"Tingkah mu itu terlihat seperti kau menghindariku. Apa aku melakukan kesalahan?"

"Eh?" Meilin mengerjapkan mata beberapa kali lantaran bingung. Jujur saja, Meilin tidak bermaksud menjauhi Minghao. Gadis itu hanya sedang dalam keadaan tidak mood. Entah mengapa setiap melihat Minghao, Meilin jadi tidak mood begini. Padahal kejadian ini paling ditunggu-tunggu Meilin setelah sekian lama, karena akhirnya ia bisa dekat dengan Minghao tanpa harus bersusah payah mendekatkan diri. Well, semua ini akibat ulah Wen Junhui⸺kakak sepupu Meilin.

Tepat pada saat itu, bus yang ditunggu akhirnya tiba. Tanpa menjawab pertanyaan Minghao, Meilin langsung masuk ke dalam bus. Meilin takut suara detak jantungnya terdengar sampai ke telinga orang-orang, apalagi Minghao. Bisa gila dia.

Meilin memilih duduk dikursi paling belakang⸺dekat jendela, berharap kursi belakang itu cepat terisi. Namun, sepertinya Meilin salah. Tempat disampingnya sekarang ditempati oleh Minghao. Benar saja sekarang dia bisa gila. Meilin pun memalingkan wajahnya ke arah jendela, berusaha menyembunyikan seburat merah dikedua pipinya.

Let It FlowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang