7

66 8 5
                                    

Sekitar lima belas menit menunggu, akhirnya bus yang akan ditumpangi Xukun sampai. Tak butuh waktu lama, laki-laki itu langsung naik ke dalam bus. Sejak meningalkan fakultas hingga sekarang, Xukun masih terlihat lesu. Seolah tidak ada semangat. Dia masih mengingat apa yang Jieqiong katakan. Xukun pikir itu semua terjadi lantaran dirinya tak pernah menyadari perasaannya pada Meilin. Dia mungkin tidak lebih tahu apapun tentang Meilin dibanding Minghao. Meilin mungkin menganggap Xukun sebagai seorang teman, tapi Xukun tidak. Perasaan Xukun pada Meilin lebih dari itu. Dan yang lebih parah dia baru menyadarinya setelah Meilin menjadi milik orang lain.

Xukun mengalihkan tatapannya ke arah jendela. Langit malam bertabur bintang, juga hingar bingar perkotaan nyatanya menorehkan luka pada hati Xukun. Kedua kalinya dia seperti ini. Xukun rasa dia adalah laki-laki pengecut yang tidak bisa menyatakan perasaannya pada seorang gadis. Benang-benang masa lalu mulai mengaitkannya pada kencan terakhirnya di malam bulan September. Ditengah musim gugur yang menerpa, Zhou Jieqiong meminta mengakhiri hubungan lantaran obsesinya untuk mendapatkan universitas yang diinginkan. Mau tidak mau, Xukun yang pada saat itu masih menyayangi Jieqiong, harus membiarkan gadis itu lepas darinya demi masa depan si gadis.

Dan saat ini, ketika dirinya hampir menemukan pengganti Jieqiong, dia dihadapkan oleh situasi yang berbeda. Si gadis yang lebih dulu menjadi milik orang lain. Xukun merasakan sesak pada dadanya. Terlambat untuk menyadari bahwa dirinya mulai menyukai Meilin sejak gadis itu datang ke ulang tahun sang ibu. Yang Xukun tahu, dia hanya nyaman berada disisi Meilin.

Yeah, Xukun akui kalau dia memang bodoh.

Mau bagaimana lagi? Toh, kesempatan yang dia miliki telah hilang tersapu waktu. Penyesalan memang selalu datang belakangan.

Yang harus Xukun lakukan ialah jujur pada Meilin, meski hatinya sakit. Setidaknya Xukun telah jujur pada Meilin juga pada dirinya sendiri. Xukun tidak bermaksud untuk membuat hubungan Meilin dan Minghao menjadi runyam dikala mereka baru menjadi sepasang kekasih. Xukun hanya ingin Meilin mengetahui perasaannya, itu saja. Karena Xukun rasa kalau dia tidak jujur, maka dia akan terus memikirkan hal ini.

Bukankah lebih baik jujur walaupun itu menyakitkan?

Dan Xukun rasa, cepat atau lambat dia harus memberitahukan ini pada Wen Meilin.

-οΟο-

"Kau yakin mau pulang besok?" Wajah Elkie terlihat muram saat melihat Meilin mulai mengemasi barang-barang miliknya yang masih tertinggal di kamar Elkie. Meilin memang masih memiliki beberapa barang di asrama, dia tidak mau membawa seluruh barangnya, karena takut sewaktu-waktu dia bisa menginap di tempat Elkie, seandainya ada kerja kelompok atau rapat panitia yang mengharuskannya pulang malam.

Sebenarnya, Meilin tidak pernah merencanakan kabur dari rumah. Hanya saja waktu itu, keadaan yang memaksanya untuk pergi dari rumah.

"Menginaplah disini lagi, barang satu malam saja." Pinta Elkie dengan memelas. Melihat wajah memelas sahabatnya, Meilin pun tersenyum kecil.

"Aku harus kembali. Tadi siang saja ayah dan ibuku menelepon. Mereka sangat khawatir padaku."

Elkie pun duduk di kasur, tepat disebelah Meilin. "Apa kau sudah mengatakan yang sebenarnya pada mereka?"

"Ya. Mereka pun mengerti dengan keadaanku." Jawab Meilin dengan cepat. "Mereka juga tidak setuju dengan perjodohan gila itu." Sambungnya.

"Yah, apapun keputusan mu, aku sebagai sahabat akan selalu mendukung. Omong-omong, bagaimana dengan Minghao gēgē? Apa dia tahu soal ini?" Kilah Elkie berusaha menyembunyikan fakta bahwa dirinya ikut membantu Meilin agar bisa dekat dengan Minghao.

Meilin menghela napas, sedetik kemudian dia menjawab, "aku tidak mau mengatakan ini, tapi... dia membantuku menjauhi orang gila itu."

Orang gila yang disebut Meilin itu adalah Peter, si pria barat yang batal berjodoh dengannya.

Let It FlowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang