Bertahan di Gurun

206 25 21
                                    

Udara kering berhembus secara cepat, langkah kaki mereka dipenuhi oleh oleh pasir yang sangat banyak hingga mampu meninggalkan jejak di setiap langkah. Starlight dan Profesor Flintheart sedang menyusuri pulau gurun untuk mencari Kuil Angin, namun kurangnya perbekalan membuat perjalanan mereka menjadi sulit.

"Panas sekali, aku haus."

Starlight mengambil kantung air dari tas nya, tetapi hanya setetes air yang tersisa pada kantung tersebut.

"Tak ada lagi yang tersisa, apa tidak ada sumber air di sekitar sini?" tanya Starlight.

"Kita harus tetap berjuang Starlight, karena kita hampir sampai ke Menara Angin disana," ucap Profesor Flintheart sambil menunjuk ke arah sebuah menara yang sangat tinggi hingga bisa menembus awan. Kabarnya Kuil Angin ada di puncak menara tersebut.

"Tapi guru, kita tidak akan bisa sampai kesana jika kita mati kehausan disini," kata Starlight.

"Itu benar, seandainya kita bisa membuat air sendiri."

"Membuat air sendiri? Aku punya ide! Kita bisa memakai mantra elemen air untuk memunculkan air."

"Tidak Starlight, jika kau memakai mantra elemen air saat ini, maka kau akan lebih cepat untuk mati kehausan."

"Oh, kurasa situasi ini benar-benar sulit."

Profesor Flintheart melihat sebuah batu besar yang cukup menghalangi sinar matahari.

"Kurasa kita bisa beristirahat disana," ucap Profesor Flintheart sambil menunjuk ke arah batu besar tersebut.

***

Setelah beristirahat di samping batu tersebut, mereka masih merasa lemah karena dehidrasi.

"Jika kita tidak melakukan sesuatu, kita akan tetap mati disini," kata Starlight.

Profesor Flintheart terus berpikir untuk mencari solusi.

"Tentu saja! Para kuda poni terdahulu memakai cabang atau ranting pohon untuk menemukan air di tempat yang tandus, jika kita bisa menemukan cabang pohon atau kayu yang bercabang, kita bisa menggunakannya untuk mencari sumber air di gurun ini," kata Profesor Flintheart.

"Kalau begitu ayo kita mencari kayu bercabang," kata Starlight.

"Maafkan aku Starlight, tapi aku tidak mampu berdiri sekarang karena aku benar-benar dehidrasi, sepertinya hanya kau yang bisa melakukannya," kata Profesor Flintheart.

"Baiklah guru, bertahanlah."

"Tunggu Starlight, ada satu lagi yang perlu kusampaikan. Jika kau sudah mendapatkan kayunya maka peganglah cabang kayu tersebut dan biarkan kayu itu menunjukkan arah, jika sudah ditemukan tempat yang tepat maka gali lah tempat itu."

"Aku mengerti."

Starlight segera berlari di sekitar gurun untuk mencari kayu bercabang.

***

Sudah beberapa jam Starlight mencari, tapi dia belum menemukannya. Keadaan tubuhnya juga sudah mulai melemah.

"Ayolah Starlight, jangan menyerah demi dirimu, gurumu, dan ambisimu!" kata Starlight kepada dirinya.

Saat Starlight hampir pingsan karena kelelahan, dia melihat sebatang kayu bercabang di depannya.

"Akhirnya aku menemukannya!"

Starlight segera menuju kayu tersebut lalu mencabutnya.

Setelah mendapatkan kayu tersebut, Starlight langsung menggunakannya untuk mencari air

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah mendapatkan kayu tersebut, Starlight langsung menggunakannya untuk mencari air.

"Peganglah kedua cabangnya lalu biarkan kayu ini menunjukkan arah, hmmm... kurasa bisa kulakukan."

Tiba-tiba kayu itu tegang seolah ada yang menariknya, Starlight pun berjalan sesuai arah tarikan kayu tersebut.

Setelah bergerak cukup jauh, kayu itu mengarah ke pusat tarikannya.

"Kurasa disini tempatnya."

Starlight kemudian menggali tempat itu, tak lama kemudian muncul mata air di tempat dia menggali.

"Akhirnya! Aku mendapatkan air!"

Starlight langsung meminum air itu hingga musnah seluruh dahaganya. Dia juga mengisi kantong air yang dia bawa dan segera kembali menuju gurunya.

"Guru! Aku mendapatkannya!"

Starlight memberikan air itu kepada Profesor Flintheart, kini kondisinya pun pulih kembali.

"Terima kasih Starlight, kau sudah melakukan hal hebat berulang kali," ucap Profesor Flintheart.

"Sama-sama guru, semuanya berkat kayu ini, aku akan tetap membawanya karena telah menyelamatkan nyawa kita," kata Starlight.

"Bisa kulihat kayu itu?" tanya Profesor Flintheart.

Starlight memberikannya pada Profesor Flintheart.

"Sepertinya ini adalah kayu yang berasal dari pohon kuno yang sudah punah ribuan tahun yang lalu, kayu ini juga sangat keras, cocok untuk dijadikan tongkat sihir karena bisa mengalirkan sihir dengan baik, dan kau beruntung telah menemukannya Starlight."

Profesor Flintheart mengembalikan kayu itu kepada Starlight.

"Baiklah, karena cadangan air kita sudah cukup, kita bisa melanjutkan perjalan menuju Menara Angin."

Mereka kembali melanjutkan perjalanan demi mencapai tujuan mereka berikutnya.

Bersambung...

Starlight Glimmer : A My Little Pony StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang