Erstonia

1.7K 120 12
                                    

*Jam 6.30 pagi*

Fajar mulai bangun, burung-burung bernyanyi dan embun pagi membasahi rerumputan seakan habis hujan. Vee terbangun dari tidurnya, ia merenggangkan tubuhnya dan hening sejenak.

"Uugghhhh, sudah pagi ya? Tidur ditempat yang tidak memiliki pendingin udara memang kurang nyaman." ujar Vee sambil merenggangkan tubuhnya.

*Perut Vee berbunyi*

"Ah, aku lapar. Kalo diingat-ingat kemarin aku hanya makan roti keras dari desa itu, kalo begini terus bisa-bisa gigiku ompong sebelum usia 60 tahun."

Vee keluar dari kamarnya yang terletak di lantai 2, ia menyusuri lorong yang agak panjang lalu turun kebawah menggunakan tangga kayu kecil dan langsung menerima sambutan hangat dari Christa.

"Hei Vee selamat pagi, bagaimana tidurmu semalam?" sapa Christa kepada Vee yang masih mengantuk.

"Oh, hei Christa. Yah tidurku nyenyak-nyenyak saja tapi aku agak kepanasan karena kamarku tidak memiliki pendingin udara." balas Vee seakan memberikan protes.

"Pendingin udara? Apa itu?'' ujar Christa bingung.

"Sial aku lupa di dunia ini tidak ada AC !!!" Vee berteriak dalam hati.

"Bukan apa-apa, aku sepertinya masih ngantuk sampai-sampai memikirkan hal yang tidak-tidak." jawab Vee kepada Christa.

"Hmmm, kau ini agak aneh tahu, lihat saja pakaianmu. Apa semua orang di desamu memakai pakaian seperti itu?" tanya Christa penasaran pada gaya berpakaian Vee.

"Ah ya aku datang dari desa di negeri yang jauh, makanya pakaianku pasti terlihat asing bagimu." jawab Vee.

"Sepertinya aku harus mengganti pakaian ini, tidak nyaman juga ternyata diperhatikan orang satu penginapan." ujar Vee dalam hati.

*Terdengan suara bisik-bisik yang berasal dari dibelakang Vee.*

"Hei kau lihat itu, pakaian macam apa yang ia gunakan?" bisik seorang Dwarf pada manusia didepanya.

"Aku tak pernah melihat pakaian macam itu, bahanya juga tidak terlihat seperti kulit hewan, kain maupun benang yang digunakan para bangsawan." jawab si manusia pada Dwarf.

Vee menguping mereka sambil berkata dalam hati dan menghela nafas panjang, "Sepertinya aku benar-benar harus ganti pakaianku."

"Baiklah Christa aku mau ke pemandian dulu, setelah aku memenuhi panggilan alamku dan mandi aku akan sarapan disini." ujar Vee pada wanita penjaga penginapan itu.

"Sip !!! Kau bisa mengandalkanku Vee, menu hari ini adalah daging asap dan kentang rebus." jawab Christa .

Vee pergi ke pemandian penginapan yang terletak di belakang tempat menginap. Jaraknya tidak jauh, kira-kira hanya 50 langkah dari tempat keluar. Vee masuk ke pemandian lalu membuang air kecil, melepaskan baju training dan celana jogger hitam miliknya lalu mandi.

"Ahhh lega sekali, memang tidak ada yang bisa menandingi nikmatnya air hangat dipagi hari." ujar Vee sambil melangkah masuk ke tempat berendam air panas.

Setelah mandi, Vee memakai pakaiannya lalu masuk ke penginapan dimana Christa sudah menyiapkan makanan untuknya.

"Silahkan dinikmati hidanganya, semoga kau menyukainya." ujar Christa sambil memberikan nampan kayu penuh makanan pada Vee yang baru duduk di kursi.

"Ah terimakasih Christa, kau memang seorang malaikat penyelamat." ujar Vee sambil memuji sekaligus berterimakasih pada Christa.

"Hehe, terimakasih, kalau ada perlu apa-apa lagi kau tahu dimana bisa mencariku. jawab Christa sambil melangkah mundur dan pergi ke dapur.

"Makananya si ga enak-enak banget, tapi paling tidak ini lebih baik daripada roti keras milik orang-orang desa tak tahu diri itu." ujar Vee sambil menikmati hidangan yang masih panas.

Vee memakan sarapanya lalu pergi kepada Christa yang sedang membereskan meja.

"Christa, boleh aku bicara denganmu sebentar? Maaf bila mengganggu."

"Tidak apa-apa Vee, bicaralah." ujar Christa manis.

"Apakah kau bisa menjelaskanku tentang kota yang kemarin kau beri tahu padaku?" tanya Vee pada Christa.

"Oh, kota itu adalah kota yang besar, aku setiap seminggu-sekali pergi ke kota untuk membeli bahan-bahan dan peralatan masak yang sudah tua. Setahuku kota itu adalah pusat perdagangan di provinsi ini. Mereka dipimpin oleh keponakanya raja yang bernama Duke Maxwell Brightblood." Nama kota itu adalah Erstonia.

"Apakah ada Adventurer Guild disana?" tanya Vee pada Christa.

"Tentu saja, setiap kota memiliki guild mereka masing-masing." jawab Christa.

"Hmmm, tampaknya tidak jauh beda dengan saat di game" Pikir Vee dalam hati.

"Baiklah aku sebaiknya cepat pergi ke Erstonia, apakah kau tahu dimana aku bisa membeli kuda?" tanya Vee.

"Seharusnya kau sudah melewati desa yang menjual kuda dan hewan ternak, tapi mungkin kau tidak sadar. Mungkin untuk saat ini kau bisa menumpang dengan para pedagang di depan." ujar Christa sambil menunjuk ke arah para pedagang yang sedang mempersiapkan barang-barang, kuda dan karavan mereka.

"Kalau begitu sebaiknya aku bicara dengan mereka, terimakasih Christa untuk semua jasamu. Aku berharap suatu hari kita akan bertemu lagi." ujar Vee mengucapkan selamat tinggal.

"Ya, sudah sana cepat pergi. Nanti kau ketinggalan loh." jawab Christa.

Vee keluar dari tempat penginapan dengan membawa beberapa kentang rebus dan daging asap untuk di perjalanan. Ia menghampiri salah satu pedagang yang sedang sibuk mengangkat kotak kayu berisi sayuran.

"Permisi pak, apakah bapak ingin pergi ke Erstonia?" tanya Vee pada salah satu pedagang.

"Ah kebetulan sekali kami memang ingin kesana. Perkenalkan namaku Martin, lengkapnya Martin Ryck. Jika kau ingin nmenumpang di karavanku boleh saja, kami memerlukan tenaga bantuan untuk melindungi kami dari penjarah. Seperti yang kau lihat, kami semua bertotal 3 karavan, dalam tujuh orang. empat diantaranya adalah tentara bayaran." ujar sang pedagang.

"Tentu saja, oh iya namaku Vee, aku bisa bertarung jika itu hanya melawan beberapa Goblin atau penjarah." ujar Vee sedikit berbohong.

"Hahaha, loluconmu lucu juga anak muda." Tubuh gemuk Martin berguncang-guncang bagai ombak dilaut. "Sudahlah jika kau tidak ingin memberitahu namamu yang sebenarnya aku tak keberatan kok."

"Eh, tapi itu memang namaku." Ujar Vee memaksa.

"Ya ya dan namaku adalah Feliz Eilts. Lagi pula mana ada orangtua yang menamai anaknya dengan nama dewa bencana." ujar Martin dengan nada bercanda.

"Feliz Eilts? Tunggu dulu, nama itu terdengar familiar." ucap Vee dalam hati. "EEEEEHHH TUNGGU DULU DEH, FELIZ ITUKAN PEMENANG TOURNAMENT NEOGARD ONLINE SEASON 5 !!" teriak Vee dalam hati.

"Hei, nak jadi kau ikut atau tidak? Kami tidak punya makanan untuk dibagikan padamu jadi kau harus membawa bekal sendiri oke." ujar Martin yang menunggu keputusan Vee.

"Sial, kalau begitu aku harus menggunakan nama samaran, akan repot kalau orang-orang tidak mau menerimaku karena mereka menganggapku sebagai *Dewa Bencana*." pikir Vee dalam hati.

"Oke pak, saya ikut. Kapan kita berangkat?" tanya Vee pada Martin.

"Sekarang, ayo yang lain sudah pada menunggu tuh." jawab Martin pada si Dewa Bencana.

*Jam 10.00 pagi*

How Not to be an Evil God Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang