Anything You Need

2K 134 32
                                    

"Selamat datang di Hammer and Anvil Blacksmith, ada yang bisa saya bantu?"

Vee tersenyum sambil menunjukan ekspresi sedikit kesal diwajahnya.

"Memang uang berbicara..." ujar Vee dalam hati.

Atmosfer yang dirasakan saat berada di toko perlengkapan ini sangat berbeda dengan saat Vee diluar. Udara hangat menyelimuti seisi ruang. Terlihat berbagai macam perlengkapan, dari tombak ke paku dijejerkan dengan sangat tersusun membuat mata Vee berbinar-binar. Beberapa mannequin dari kayu juga dipanjang lengkap dengan armor yang lengkap, dengan berbagai macam bahan dan motif.

Sesekali cahaya di toko redup remang-remang karena api pencair logam yang berkobar liar berada tak jauh dari tempat Vee berdiri. Gedung yang lebih banyak terbuat dari batu itu, tampaknya memang kususdidesain untuk toko pandai besi. Meja pelayanan dari kayu yang berkilau juga terawat apik dan bersih.

Dwarf itu berdiri dibelakang meja pelayanannya dengan senyum seperti anak kecil yang tahu bahwa ia akan mendapatkan mainan.

"Aku ingin menjual benerapa barang dan menggantikan mereka dengan perlengkapan yang lebih bagus." ucap Vee pada Dwarf berkulit perunggu kemerahan yang sudah siap melayaninya iu.

"Ah... Tentu-tentu. Jadi Barang apa yang anda ingin jual?" tanya Dwarf pengerajin besi itu pada Vee.

"Oh ya ampun, dimana sopan santunku. Namaku Dhurvin... Dhurvin copperfall. ujarnya sambil memajukan tangan kananya ke arah Vee.

"Namaku Arryn. Senang berkenalan denganmu pak." balas Vee sambil menyambut tangan Dhruvin yang kasar dengan salaman yang mantap.

"Aku ingin menjual 14 pedang perunggu dan empat set leather armor beserta dengan pelindung kepalanya." ujar Vee sambil membuka inventory miliknya.

"Woah, kau nampaknya sangat bebakat anak muda. Di usiamu yang masih belia ini kau sudah dapat membuka inventory."

"Ah kau ini bisa saja tuan." jawab Vee merasa tak enak.

"Hmm... Kondisi pedang-pedang ini sangat buruk. Disisi lain pelindung badan dan kepala yang kau bawakan ini masih dalam kondisi baik. Aku bisa membeli mereka dengan harga 10 koin perunggu untuk masing-masing pedang dan 25 koin perunggu untuk satu set pelindung tubuh beserta kepalanya. Bagaimana?" ujar Dhuruvin sambil membelai janggut kemerahan miliknya yang pendek.

"Tak masalah, toh aku memang berniat membuangnya." jawab Vee.

"Baiklah, apa yang kau butuhkan untuk perlengkapanmu. Kau bisa lihat-lihat senjata dan armor di rak sebelah sana." ujar Dwarf itu sambil menunjuk ke arah kanannya.

Vee berjalan melihat-lihat perlengkapan yang dipanjang di toko.

"Aku itung membuat Bastard Sword tetapi bisakah kau membuatnya paling tidak memiliki rarity epic?" tanya Vee.

"Jangan meremehkan kemampuanku nak. Jika ada bahanya, rarity epic juga bisa kubuat." jawab Dhurvin ketus.

"Baiklah, untuk sekarang aku ingin membeli Armor dan helmet yang itu." ujar Vee sambil menunjuk kearah mannequin berzirah armor berbahan besi yang sudah ditempa berkali-kali agar tibgkat ketahanannya melebihi besi biasa.

"Ini barangnya, harganya 3 koin perak." ucap Dhurvin sambil mengambil barang yang Vee mau dari gudangnya.

Vee memberikanya 3 koin perak dan Dhurvin memberikan perlengkapan yang ia inginkan.Mereka berjabat tangan lalu Vee berjalan keluar sambil melambaikan tanganya.

"Ah, aku hampir lupa. Bisakah kau mengambilkan aku baju putih dan celana panjang coklat itu?" ujar Vee yang terhenti langkahnya mengingat pakaian yajg masih ia gunakan adalah pakaian training.

"Ini ambilah, tidak usah bayar. Anggap saja pemberian untuk pelanggan sekaligus warga baru disini", jawab Dhurvin sembari melemparkan satu setel pakaian putih beserta celana panjang coklat yang Vee minta.

"Terimakasih Dhurvin. Aku takkan melupakan kebaikanmu."

"Baiklah, sekarang saatnya hunting."ujar Vee dalam hati sembari mengenakan armor dan helmet berkilau yang baru saja ia beli.

Vee berjalan kearah pintu keluar yang berada 5 blok dari toko pandai besi itu. Baru beberapa langkah, ia baru menyedari bahwa ia memiliki kereta kuda yang ia beli dari orang sok kaya beberapa waktu lalu.

"Ah iya, kenapa aku jalan? Kan ada kereta kuda disini." ujar Vee sambil menaiki kereta kudanya.

Vee mengendarai kereta kuda mewahnya sampai kedepan pintu gerbang.

"Wah naik kereta kuda sangat enak, tidak melelahkan seperti jalan kaki." pikri Vee sambil menikmati pemandangan jalan kota.

"Bisa saya lihat surat-surat untuk kereta kuda ini beserta kudanya?" ujar salah satu penjaga gerbang sambil memberhentikan laju kereta kuda Vee.

"Ah, saya baru saja membeli ini dari Tuan Elm.Jadi surat-suratnya belum ia berikan kepadaku." jawab Vee.

"Tuan Elm? Orang itu tidak mungkin menjual kereta kudanya secara tiba-tiba. Jangan-jangan kau pencuri ya?" ujar penjaga yang lain.

"Aduh... Tidak, aku berkata jujur." jawab Vee pusing jarena selalu terkena masalah.

Reiner yang sedang keluar kantornya melihat Vee dan dua orang anggota menjaga gerbang sedang berdebat di depan pintu gerbang keluar kota.

"Hoii, sedang apa kalian? Mau membuat macet hah?" teriak Reiner dari kejauhan.

"Ah, Kapten Reiner, orang ini bersikeras berkata bahwa kereta kuda ini miliknya. Tetapi tidak bisa membuktikanya, surat-suratnya saja tidak ada." ujar penjaga gerbang yang nampaknya kebingungan menghadapi situasi ini.

"REINERR! Bisa tolong jelaskan pada anak buahmu kalau aku ini bukan pencuri?" ucap Vee sambil membentak Reiner.

"Hei jaga mulutmu nak, ini bukan irang sembarangan. Dia adalah Kapten Penjaga Gerbang." ujar penjaga yang lain.

"Kalian ini membuatku kehabisan kesabaran..." Reiner berkata sambil menepuk keningnya.

"Sudah-sudah, dia itu warga baru disini. Mohon diwajarkan. Dan kau Arryn, lain kali panggil aku Kapten. K-A-P-T-E-N." kata Reiner kepada mereka bertiga.

"Tapi kapten, dia tak boleh berkeliaran dengan kereta kudanya tanpa izin." jawab salah seorang dari penjaga gerbang.

"Hei ayolah Rein, kita inikan teman. Berikan aku keringanan ya." ujar Vee membujuk Reiner.

"Oh tentu saja tidak Arryn. Peraturan tetap peraturan, sekarang tolong parkir kereta kudamu disebelah sana dan jika kau ingin keluar kota silahkan jalan kaki.

"Sial, yasudah akan kuparkir. Pastikan kudanya makan dan minum. Jangan sampai saat aku pulang kudanya sudah mati dan keretanya dicuri orang." gerutu Vee sambil memarkir kereta kudanya dan melompat turun.

"Maaf kapten, tapi bagaimana jika orang itu kabur dan tidak kembali lagi? Saya takut ia adalah pencuri dan ia akan kabur membawa barang-barang berharga." tanya penjaga gerbang pada Reiner.

"Tenang saja, dia bukan orang yang seperti itu." jawab Reiner meyakinkan anak buahnya.

Vee keluar gerbang dan berjalan ke lereng gunung Frosrok Mountain guna mencari naga untuk menjadi material pedang dan armor yang ia inginkan. Gunung setinggi 8000 meter itu memang menjadi tempat hewan-hewan buas tinggal, salah satunya adalah naga legendaris yang bernama MANAGARM. Vee sudah pernah melawan naga itu sebelumnya saat event natal, karena kebetulan Managarm adalah naga es yang berkaitan dengan tema natal.

Gunung itu berada kira-kira sejauh 80 kilometer. Sebenarnya ini tidak terlalu jauh, mengingat Vee memiliki kemampuan untuk terbang dan kecepatan yang diatas kecepatan manusia.

Satu-satunya alasan ia mau mengendarai kereta kuda adalah karena itu dikehidupan sebelumnya, berkuda adalah salah satu hobi Vee. Yah paling tidak saat ia masih hidup bersama keluarganya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

How Not to be an Evil God Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang