Petrified

1.6K 126 20
                                    

Vee mengenakan leather armor yang ia ambil dari desa dan melompat naik ke salah satu karavan Martin yang berada di depan penginapan. Ia merasakan hawa mencekam yang membuatnya tidak nyaman, hawa tersebut berasal dari 4 orang tentara bayaran yang sedang duduk di dalam karavan.

Seorang pria berbadan besar dan kekar, dilengkapi dengan Great Sword beserta baju zirah besi yang menyelimuti hampir seluruh jengkal badanya, duduk disebelah kanan. Disampingnya ada seorang elf perempuan bermata hijau muda berambut coklat pendek yang menggunakan panah kayu yang sepertinya telah diimbuhi dengan sihir.

Pria besar itu nampak tidak ramah dan memasang wajah seakan tidak percaya melihat Vee yang hanya menggunakan pelindung tubuh kulit dan pedang perunggu dengan kualitas murahan.

"Hei nak, sebaiknya kau tidak membuat kami susah. Tugasmu hanya duduk saja dan jangan menghalangi jalan kami." ujar pria berbadan besar tersebut.

Kedua orang yang duduk di depan si pria besar dan wanita elf itu menggunakan jubah coklat tua dengan kerudung yang menutupi wajah mereka. Nampaknya mereka adalah assassin atau pembunuh bayaran. Mereka biasanya tidak akan bicara maupun memberikan identitas mereka, tetapi salah dari satu orang itu menjawab.

"Ayolah Gregorius, jangan terlalu kasar pada anak muda ini." dengan nada meremehkan.

Vee bicara dalam hati, "Sialan, dasar orang-orang brengsek. Paling mentok juga mereka level 30an, berani-beraninya mereka merendahkanku. Kalau saja aku tidak membutuhkan tumpangan, sudahku cincang mereka semua."

Vee menelan harga dirinya dan niat membunuhnya bulat-bulat agar skill Gift of Death miliknya tidak keluar.

"Semoga saya bisa membantu dan mendapatkan pengalaman dari perjalanan ini." ujar Vee sambil membungkukan badan, tanda hormat.

"Semoga kau betah disini selama 2 hari. Abaikan saja Gregorius, dia terkadang memang suka bersikap kasar dan dingin. Oh iya namaku Rennyn Norlie, tapi kau bisa memanggilku Ren." ujar wanita elf dengan ramah sambil mengajak Vee bersalaman.

"Terimakasih, nama saya Arryn. Saya baru saja memulai bertualang dan ingin mendaftarkan diri ke adventurer guild di Erstonia." jawab Vee berbohong.

"Semua siap? Kita berangkat.'' ujar Martin sambil memecut kedua kuda yang menarik karavan miliknya.

* Setelah kira-kira 1 Kilometer karavan berjalan.*

"Semoga kau aman Vee, karena aku hanya bisa mengawasimu hingga titik ini." ujar Christa sambil tersenyum melihat keluar penginapan.

*Penginapan Big Bear Inn lenyap seakan tak pernah ada.*

*Jam 9.00 malam*

Saat penjaga karavan lainya tertidur pulas. Vee ditugaskan sebagai alaram bila ada bahaya dan membangunkan para tentara bayaran. Kereta kuda yang terus-menerus berguncang membuat Vee merasa mengantuk. Martin yang sadar akan hal itu mengajak Vee berbincang-bincang.

"Jadi namamu Arryn ya?" ujar Martin dengan lembut agar tidak membangunkan para tentara bayaran.

"Ah iya, maafkan aku tidak memberi tahumu namaku yang sebenarnya saat pertama kali bertemu." ujar Vee sambil melompat pindah ke depan untuk duduk bersama Martin yang sedang mengemudi.

"Tidak apa-apa, kita memang harus hati-hati terhadap orang asing. Tapi mengapa kau memilih nama Vee? Itukan nama Dewa Bencana. Kau bisa kena masalah serius nantinya bila ada orang yang tidak suka padamu." jawab Martin dengan khawatir.

"Jujur saja, aku tidak tahu Vee itu adalah nama Dewa Bencana, aku memilihnya karena ingat pernah membaca surat kabar yang berisikan tentang nama itu." ujar Vee sambil mengusap-usap kepala bagian belakangnya.

"Hehe, karena sekarang kau tahu sebaiknya kau tidak memakai nama itu lagi. Kudengar Dewa Bencana itu sangat kejam. Jika ia tidak menyukai perbuatanmu, bisa-bisa satu kota yang kena batunya. Pertama-tama sungai akan mengering lalu gandum gagal panen dan penduduk akan jatuh sakit." ujar Martin seakan menakut-nakuti Vee.

Vee mengerenyitkan alis kananya sambil tersenyum, "Memangnya aku punya kekuatan-kekuatan itu ya? Lagi pula rasanya aku tidak sejahat yang mereka deskripsikan." ujar Vee dalam hati.

Mereka lalu kehabisan pembicaraan dan diam sekitar 2 menit, tiba-tiba saja suara-suara seperti teriakan cempreng anak kecil yang semakin lama semakin mendekat.

"avake gith ro avheir belonginguk, drepa gith avhe gajal agh fornicaave avhe womanuk !!"

Bahasa yang tidak dapat Vee mengerti itu diikuti dengan Mahkluk-mahkluk pendek hijau menjijikan yang melompat keluar dari semak-semak dipinggir jalan. Suara langkah-langkah kaki dan teriakan-teriakan itu membuat kuda-kuda yang menarik karavan meringkih ketakutan dan kabur. Kedua karavan lainya oleng kesamping kanan dan rusak.

"Tidak tolong ampuni aku, aku akan berikan apapun yang kalian mau." teriak salah satu dari pedagang yang karavanya terbalik .

"Ambil semua emasku, tapi jangan bunuh aku." ujar yang satunya.

Dengan cepat para Goblin mengeroyok kedua karavan itu tanpa menghiraukan permintaan ampun para pedagang. Mereka mencabik-cabik daging pedagang yang satu dan memotong serta mencincang anggota tubuh pedagang yang lain.

Tanah bersimbah darah dengan anggota-anggota bagian tubuh yang sudah tak berbentuk.

"geav avhem !!!" teriak salah satu goblin dengan tongkat yang dihiasi tengkorak kepala kerbau diatasnya sembari menunjuk kearah karavan Martin.

"Apa yang terjadi? Oh tidak, mengapa kau tidak membangunkan kami lebih awal !!?" ujar Gregorius dengan sedikit panik.

"John !!! Mark !!! Tidaaaak, mengapa ini bisa terjadi ?!" Teriak Martin histeris penuh kengerian.

Semua orang disitu membatu menyaksikan kuda-kuda mereka dibunuh dan kedua teman Martin yang telah tak bisa dikenali. Salah satu Goblin melompat kearah Martin yang pasrah diikuti oleh lima Goblin lainya. Gregorius dengan sigap melompat kedepan dan menebas 3 Goblin yang melayang di udara dengan pedang besar miliknya. Ren melesatkan 2 anak panah dengan kecepatan tinggi dan mengenai 2 Goblin tepat di kepala mereka sembari masih di udara. 2 Goblin yang lain berhasil mendarat tepat dipangkuan Martin yang masih membatu. Kedua Goblin itu tertawa dan tiba-tiba saja kepala mereka lepas terpotong dari tubuh tanpa mereka sadari. Kedua pembunuh bayaran yang ikut bersama karavan Martin muncul dibelakang kedua Goblin yang telah mereka bunuh.

Sekitar 20 Goblin lagi tersisa, semuanya agak ragu maju setelah melihat keahlian musuh mereka. Goblin dengan tongkat yang nampaknya adalah memimpin suku mereka berteriak.

"Donav be ukcared, bugd ouav avhe orge!!!"

Dari belakang mereka muncul sesosok bayangan hitam besar yang membuat Gregorius terlihat seperti anak kecil.

"Ya Dewa, apa yang sebenarnya sedang terjadi ?" ujar Gregorius tak percaya dengan hal yang baru saja ia lihat.

How Not to be an Evil God Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang