Menyadari kesalahan lebih hebat daripada memalsukan kesempurnaan.
••••
Arion melangkah lebar menuruni satu persatu anak tangga. Laki-laki itu lupa kalau hari ini ada jam kuliah pagi, dan sialnya semalam lupa mengatur alarm miliknya.
"Selamat pagi, Bunda, Ayah." Arion menciup pipi Anaya, kemudian meminum segelas susu vanila yang selalu disediakan sang bunda di setiap pagi.
Arion menarik kursi menggunakan kaki kirinya. Dia mengambil sepotong roti yang sudah diberi selai, memakannya dengan tergesa-gesa--hanya beberapa gigitan.
"Aduh, Arion. Makannya pelan-pelan dong, masa makan kayak kambing gitu?" tegur Anaya ketika melihat cara makan putranya yang tak benar.
Arion melebarkan matanya mendengar kalimat Anaya. "Uhuk ... uhuk. Bunda ngatain Arion kambing?" Arion memajukan bibirnya. Dimasukkannya secara paksa sisa potongan roti tadi hingga memenuhi mulut.
"Gak usah sok imut begitu, Arion. Bukannya imut, malah amit-amit," sindir Andre yang sedari tadi diam, namun tetap mengamati putra sematawayangnya tersebut.
"Ayah pinter banget ngatain anaknya. Marahin dong, Bunda." Sekarang, dia mencoba mencari pembelaan kepada Anaya. Arion tahu kalau sang bunda takkan mungkin membiarkan sang ayah mengatainya seperti itu.
"Jangan mencari pembelaan, Arion. Apa yang Ayah bilang itu memang benar adanya. Kamu sudah dewasa masih manja begini, apa kata teman-teman kamu nanti."
Arion memutar bola matanya malas. "Lagian mereka gak ada di sini, bebas mau ngapain aja."
"Kapan kamu membawa pacar ke sini, Arion?" tanya Anaya membuat Arion hampir tersedak--untuk yang kedua kalinya.
"Cinta dan sayang Arion cuman buat Bunda. Gak ada yang berani menempati hati Arion selain Bunda."
"Sebegitu gak lakunya kamu, ya, Yon. Sudah berapa umur kamu, tapi Bunda gak pernah liat kamu deket sama perempuan?" katanya keheranan, kemudian segera menatap Arion dengan memicing. "Kamu normal kan, Arion?"
Arion hampir saja menyemburkan air mineral yang ada dalam mulutnya. Bagaimana bisa sang bunda meragukan kenormalan anaknya sendiri?
"Bund--"
Ucapan Arion terpotong ketika Andre ikut menyahut, menengahi pembicaraan mereka. "Sudah, jangan banyak omong kamu, Arion. Cepat habisi makanan kamu, berangkat ke kampus. Belajar yang bener, jadi kebanggaan Ayah sama Bunda." Itulah pesan yang selalu Andre ucapkan pada Arion 'Jadi kebanggaan Ayah sama Bunda'.
Arion anak yang pintar seperti Andre dan Anaya. Tak jarang dia mendapatkan penghargaan atas prestasinya tersebut. Dan, Andre selalu memberikan apa saja yang Arion butuhkan--sebagai hadiah atas prestasinya.
"Siap, Bos!" Arion sudah selesai dengan sarapannya. Dia melirik jam tangannya. Tiga puluh menit lagi masuk kelas.
Mata Arion melebar ketika melihat sang ayah memberikan kecupan pada sang bunda. Di depan matanya.
"Ayah, Bunda, jangan bermesraan di depan Arion dong!" kesal Arion yang tak pernah terima dengan apa yang baru saja dilihatnya--sialnya hampir setiap pagi dan malam dia melihat pemandangan itu.
"Memangnya kenapa, Arion? Wajar kok Ayah nyium Bunda, yang gak wajar itu nyium istri orang!"
Anaya melebarkan matanya. "Awas aja kalau berani!" ancamnya ada sang suami
"Tapi jangan pas ada Arion juga dong, Ayah." Arion telah selesai mengingat tali sepatunya. "Nanti Arion penasaran sama rasanya," sambungnya pelan. Memang benar. Arion laki-laki normal, sedikit banyaknya dia juga pengin mencobanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare (END)
Romance[Sequel dari Andrenaya] Bagaimana jika hidupmu ditarik-ulur oleh sebuah mimpi? Mimpi yang membawamu berlayar pada lautan kesedihan. Tetapi juga mengajarimu bagaimana caranya bersabar dalam setiap perjalanan, bertahan pada sebuah pilihan, dan akhirny...