Tidak mengerti dengan perasaan ini. Semoga saja tak menyakiti salah satu, atau salah dua di antara kita.
••••
"Arion ayo kita pulang. Sudah sore. Takut Nenek khawatir di rumah," pinta Kaila yang terus memohon pada laki-laki bernama Arion tersebut.
Arion menoleh sekilas, kemudian kembali menikmati es krimnya.
"Ayo dong, Arion. Aku sudah capek jalan-jalan daritadi pagi," keluhnya lagi. Dia benar-benar lelah mengikuti Arion yang membawanya ke mana-mana, dari ke kebun binatang, keliling pusat perbelanjaan, dan sekarang sedang berada di salah satu taman kota.
Arion menghela napasnya. Kemudian menoleh ke arab Kaila. "Ini kita lagi duduk, Kai. Apanya yang bikin capek, sih?" kesalnya yang sedari tadi hanya diam mendengarkan ucapan Kaila.
"Aku mau pulang. Gerah. Mau mandi, mau tidur."
"Sebentar lagi. Makan es krim lo sebelum meleleh."
Kaila memajukan bibirnya. Dia tak bernafsu dengan es krimnya. Lagipula dia tidak terlalu menyukai es krim, apalagi rasa stowberry seperti ini. Sedari tadi, laki-laki itu terus memaksanya ke sana ke mari untuk mengikutinya. Sampai pada membeli es krim saja, Arion memaksa untuk membelikannya, padahal Kaila sudah mengatakan kalau dirinya tak terlalu menyukai es krim.
"Mau aku buang es krimnya. Aku gak terlalu suka." Kaila ingin beranjak dari tempat duduknya, namun Arion lebih dulu mencegahnya. Es krim miliknya sudah habis tak bersisa. Dia mengambil alih es krim yang ada di tangan Kaila, kemudian memakannya tanpa rasa jijik karena bekas Kaila.
"Itu ... itu bekas aku. Kok kamu yang makan?" tanya Kaila sedikit terkejut dengan apa yang dilihatnya sekarang.
"Gak apa-apa. Lo baru makan sedikit, masa mau dibuang? Orangtua gue susah nyari uang, bukannya begitu?"
Kaila terdiam seketika. Ucapan laki-laki itu benar.
"Lo mau apa, biar gue belikan yang lain?" tanya Arion menoleh ke arah Kaila yang duduk diam di sebelahnya.
"Mau pulang."
Arion memutar bola matanya jengah. Mengajak Kaila jalan-jalan tak jauh beda dengan mengajak anak kecil. Bawaannya pengin pulang.
"Sebentar lagi. Gue masih mau di sini." Arion menyandarkan punggungnya di kepala kursi yang tengah didudukinya.
"Terus kapan kita pulangnya? Aku takut di cariin Nenek, kita sudah setengah hari lebih jalan-jalannya. Nenek pasti mengkhawatirkan aku, Arion."
"Gue sudah izin sama Nenek. Bahkan tadi gue bilang mau ngajakin lo jalan sampai malam, dan Nenek lo menyetejui aja." Arion menoleh ke arah Kaila yang sedang melebarkan matanya. "Jadi, jangan merengek pengin pulang dengan alasan karena Nenek lo bakal khawatir. Lo aman sama gue, tenang aja."
"Kenapa kamu semaunya, sih? Kenapa harus aku? Kamu bisa jalan-jalan sama perempuan lain, kenapa harus aku?" tanya Kaila yang begitu bingung dengan sikap Arion belakangan ini. Dia tak meminta laki-laki itu mendekatinya. Kaila tak tahu kenapa sikap Arion tiba-tiba baik padanya, entah karena kasihan padanya karena tak memiliki teman atau karena hal lain.
"Karena gue maunya elo. Apa jawaban gue cukup membuat lo mengerti?"
"Kamu aneh, Arion. Kenapa baru belakangan ini kamu mendekatiku? Apa karena kamu kasihan padaku, karena selama ini aku gak memiliki seorang teman?"
Arion menaikkan sebelah bahunya. "Gue rasa lo punya teman. Raka. Bukannya dia temen lo?"
Kaila mendesis. "Aku sama Raka ... gak bisa dibilang teman juga. Aku gak terlalu dekat sama dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare (END)
Romance[Sequel dari Andrenaya] Bagaimana jika hidupmu ditarik-ulur oleh sebuah mimpi? Mimpi yang membawamu berlayar pada lautan kesedihan. Tetapi juga mengajarimu bagaimana caranya bersabar dalam setiap perjalanan, bertahan pada sebuah pilihan, dan akhirny...