Vote dan komen!
Aku tidak menjanjikan sebuah kebahagiaan. Aku hanya berusaha untuk memberikan perlindungan jika sedang bersamaku.
••••
Arion melirik jam tangannya, lima menit lagi tepat jam tujuh pagi. Dia menunggu beberapa saat, kemudian barulah turun dari mobilnya. Melangkahkan kakinya memuju sebuah rumah, ini yang kedua kalinya Arion ke tempat itu.
Beberapa kali mengetuk, akhirnya pintu putih di hadapannya tersebut terbuka, menampilkan seorang wanita lanjut usia yang sedang tersenyum ramah ke arahnya.
Arion balas tersenyum. Dengan sopan dia berkata, "Selamat pagi, Nenek. Kailanya ada?"
Nenek Mina menaikkan kedua alisnya mendengar kalimat Arion yang begitu bersemangat di pagi ini. "Dengan siapa, ya?"
"Dengan Arion yang ganteng dan tampannya melebihi Shawn Mendes, Nek. Temannya Kaila."
Pagi ini, nenek Mina dibuat tertawa oleh Arion. Kalimat yang menurut wanita lanjut usia tersebut sangatlah lucu. "Owh, temannya Kaila. Ayo, silakan masuk, Nak." Mempersilakan Arion untuk masuk ke dalam rumahnya.
"Silakan duduk, Nak. Biar Nenek bikinkan minuman dulu." Arion mengangguk sopan.
"Gak usah repot-repot, Nek. Sekalian numpang sarapan, ya, Nek. Lupa sarapan tadi di rumah," ucap Arion diakhiri dengan tawanya. Nenek Mina hanya menggelengkan kepalanya, sambil ikut tertawa.
Arion mengedarkan pandangannya, dia menyunggingkan senyumnya ketika pandangannya menangkap sebuah bingkai foto anak perempuan berumur sekitar sepuluh tahun yang tertempel di dinding. Dengan rambut yang di kepang samping. Terlihat sangat lucu dan menggemaskan.
"Ini minumannya, Nak Arion. Silakan diminum." Arion kembali mengangguk. "Nenek ke atas dulu. Biasanya jam segini Kaila sudah bangun, tapi kok masih gak kelihatan."
Seperginya nenek Mina ke lantai atas, dengan gerakan cepat Arion mengeluarkan ponselnya dari saku celananya. Membuka aplikasi kamera, dan mengabadikan foto anak kecil yang dilihatnya tadi. Arion tersenyum puas ketika mendapatkan gambar itu.
Tatapannya beralih pada sebuah bingkai di sampingnya, menampilkan tiga orang yang sedang tersenyum bahagia di sana. Seorang anak perempuan yang Arion kenali--Kaila, nenek Mina, dan pria dewasa yang Arion tebak itu pasti ayahnya Kaila. Keningnya berkerut, bingung. Kenapa hanya ada potret mereka bertiga? Ke mana ibunya, Kaila? Apa Kaila tak memiliki seorang ibu?
Suara Kaila dan nenek Mina menyadarkan Arion dari lamunannya, dengan cepat dia kembali ke tempat duduknya. Arion menghela napasnya, agar tak merasa gugup.
Tatapan mereka bertemu beberapa saat. Arion dapat melihat, kalau gadis itu habis menangis. Matanya sedikit bengkak. "Habis nangis lo?" tanya dengan sedikit mengejek.
Kaila melebarkan matanya, dia mencoba mengabaikan pertanyaan Arion. Syukurlah, sang nenek tak mendengar pertanyaan dari Arion tadi. "Mau apa kamu ke sini, Arion? Bukankah hari ini gak ada kelas?"
"Siapa yang bilang hari ini ada kelas? Gak ada," jawabnya santai sambil mengangkat kedua bahunya; acuh. Sama seperti hari sebelumnya, Arion begitu menyebalkan bagi Kaila.
Kaila menghela napasnya. "Lalu, ada keperluan apa kamu ke sini?" Gadis itu melihat kedua tangannya di depan dada.
"Memangnya gak boleh gue ke sini?" tanya balik Arion. "Duduk dulu, Kai. Anggap aja rumah sendiri." Kemudian tertawa hambar.
"Kalau gak ada yang penting, sebaiknya kamu pulang aja, Arion." Kaila melirik ke arah dapur, sang nenek sesekali mencuri pandang ke arah mereka. Kaila tak enak pada neneknya, sebab Arion adalah orang pertama yang datang ke rumahnya dan menyebutkan dirinya sebagai seorang teman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare (END)
Romance[Sequel dari Andrenaya] Bagaimana jika hidupmu ditarik-ulur oleh sebuah mimpi? Mimpi yang membawamu berlayar pada lautan kesedihan. Tetapi juga mengajarimu bagaimana caranya bersabar dalam setiap perjalanan, bertahan pada sebuah pilihan, dan akhirny...