InshaAllah iklas

7.9K 378 36
                                    

Ketegangan berada dikediaman syifa. Semua mata tertuju pada syifa yang menundukkan kepala sambil meremas ujung jilbabnya gugup. "Ehmm kedatangan kami sekeluarga selain untuk mempererat tali silatirahmi kedua keluarga juga untuk meminta Syifa menjadi bagian dari keluarga kami yaitu menjadikan Syifa istri untuk Radit." Ucap ayah Radit. "Bismillah Syifa apakah kamu mau menjadi wanita yang menemani ku dunia akhirat, menjadi yang pertama kali ku lihat dipagi hari, menjadi bagian dari hidup ku dan menjadi ibu dari anak-anak ku kelak?" Ujar Radit lembut sambil terus menatap Syifa yang gugup. Syifa menatap Ibu nya yang dibalas senyuman untuk menguatkan Syifa. Menarik nafas sebanyak-banyaknya dan dikeluarkan perlahan untuk menenangkan diri. "Bissmillah dengan izin Allah Syifa menerima pak Radit menjadi Imam Syifa." Jawab Syifa dengan gugup. "Alkhamdulillah.." ucap seluruh yang ada di ruangan. "Syifa tenang saja pernikahan ini akan dirahasiakan hingga Syifa lulus nanti. Dan pernikahan akan dilaksanakan 2 hari lagi." Papa Radit mengambil kaputusan dan diangguki setuju oleh ayah Syifa. "Ayahh" rengek Syifa pada Ayahnya. "Nak bukankah hal baik harus disegerakan? Bukan begitu nak Radit?" Tanya ayah Syifa. "Iya yah." Jawab Radit yang tak henti-hentinya tersenyum. "Wahh lihatlah Radit begitu nampak bahagia. Bagaimana jika sekarang saja akad nikahnya dilakasanakan biar tidak terjadi zina dikeduanya?" Kekeh ayah Syifa yang membuat Syifa membulatkan mata tak percaya. Ini tidak mungkin, tidak mungkin malam lamaran menjadi malam pernikahan. Lagi pula Syifa sangat kesal pasalnya Pak Radit malah senyum-senyum sendiri. "Kalaupun malam ini InshaAllah siap yah." Ucap Radit yang membuat Syifa kaget tak percaya. "Baiklah nampaknya nak Radit sudah tidak sabar untuk menjadi Imamnya Syifa" jawban ayah syifa yang membuat semua orang terkekeh kecuali syifa yang mendengus kesal kepada Radit. 

Apa-apaan sih pak Radit. Masa iya akad malam ini? Kan syifa masih belum siap dan ini juga terlalu cepat. YaAllah kenapa secepat ini? Batin syifa.

"Bagaimana yang lain jika kita langsungkan malam ini akad nikah Syifa dan Radit?" Tanya ayah Radit. "Kalo Radit ikut baiknya gimana yah. Emmm Syifa sendiri gimana apa bersedia jika malam ini akad nikah dulu? Soal kartu nikah dan sebagainya kita urus besok. Bagaimana?" Syifa yang bingung menatap ayah dan ibunya meminta bantuan. Anggukan dari kedua orang tuanya adalah kekuatan baginya.
YaAllah apa ini jalanku? Apa iya aku harus menikah saat ini juga dengan pak Radit? Ayah dan ibu juga tampak bahagia dengan rencana ini. YaAllah semoga keputusan ku tidaklah salah. Aamiin.
"Emm Syifa ikut gimana ayah ibu aja pak." Radit tersenyum melihat semburat merah dipipi chuby Syifa. Ingin rasanya mencubit pipi chuby itu. Sabar Radit belum halal. "Baiklah semua sudah setuju malam ini akan diadakan akad nikah antara Syifa dan Radit. Kita akan urus sekarang acara akad nikah sederhana ini." Semua orang telah menyiapkan acara akad nikah untuk ku dan pak Radit. Ayah dan abang ku menemui pak Uztad pengurus masjid dan juga pak RT dekat rumah. Juga mengundang beberapa tetangga untuk menjadi saksi akad nikah sederhana ini. Sementara aku dibawa ibu menuju kamar ku. Ibu memberiku sebuah gaun putih yang cantik namun tetap elegan dan simple. Ibu menyuruhku mengganti pakaian dengan gaun yang ibu berikan. Juga memoles sedikit make up diwajahku agar tidak pucet. "Sebentar lagi Syifa akan menjadi seorang istri. Tanggung jawab yang ayah dan ibu punya terhadap syifa sebentar lagi akan diambil suami mu. Begitu pula Ridho dan Surga mu sayang. Ingat jadilah istri yang penurut, senangkanlah hati suami mu. Do'a ibu selalu mengirimu sayang." Air mata ku tak dapat ku bendung saat ibu memberiku wejangan. Ku peluk erat ibu ku.
YaAllah sebentar lagi aku akan jadi seorang istri. Semoga ini yang terbaik.
"Ehhh kok nangis sayang. Malu ih mau jadi istri masih aja cengeng." Kekeh ibu ku. "Ihhh ibuuuu, maafin Syifa ya bu jika selama ini Syifa belum bisa kasih yang terbaik buat Ayah dan Ibu. Inshaallah Syifa iklas menerima perjodohan ini." Kutersenyum dan memeluk ibu erat. "Udah acara meweknya fa? Tuh calon Imam mu mau ngucap janji dihadapan Ayah. Perasaan yang udah lamaran aku deh kok nikahnya duluan kamu sih fa?" Ternyata abang ku sudah bersandar di samping pintu. "Ihhh abangggg, nanti kalo Syifa kangen sama abang giama? Ngga ada yang ngrecokin Syifa kalo lagi masak dong?" Kupeluk abang ku yang paling kusayang. "Udah ih itu suami kamu mau ijab qobul" kakak ku berlalu meninggalkan ku. Disusul ibu keluar dari kamar ku. Saat ini aku sendirian dikamar sambil menunggu cemas. YaAllah aku mau jadi istri orang.

.

.

.

.

.

Udah nih Syifa sama Raditnya :-) gimana? Suka ngga? Suka yah :-* Happy reading :-* 

Guruku ImamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang