"Jiyeon dengerin aku dulu,please"
Pria berkemeja kotak-kotak itu menahan tangan pacarnya sambil memohon.
"Apa? Kurang jelas sama apa yang aku bilang tadi? Johny, aku gak bisa lanjutin hubungan ini lagi, tolong ngertiin aku!"
"Enggak! Aku gak mau putus sama kamu. Jiyeon, please kasih aku kesempatan buat perbaiki semuanya. Aku gak bakal ikut balap liar lagi, tapi please tetep sama aku,"
Jiyeon menghela nafas kasar, lelah melihat kekasih-ralat maksudnya mantan kekasihnya ini terus-terusan meminta diberi kesempatan dan memberikan janji yang sama setiap kali dirinya mengatakan untuk menyudahi hubungan mereka.
"Lagi? Kata-kata itu lagi yang kamu ucapin. Johny, aku udah capek sama kelakuan kamu yang terlalu liar. Satu lagi, kamu pikir aku gak tau setiap kamu menang balap selalu main sama cewek taruhan itu? Kamu gak mikirin gimana perasaan aku? Aku gak bisa ngasih kesempatan lagi buat kamu,"
Dengan cepat Jiyeon menepis tangan Johny, setelahnya dia pergi meninggalkan Johny.
Dengan nafas yang menderu, Jiyeon menahan tangisnya.
Munafik jika dikatakan kalau dirinya tidak mencintai Johny lagi. Hanya saja dia terlalu lelah untuk melanjutkan hubungan yang semakin menyesakkan baginya. Sudah banyak masalah yang ia hadapi selama setahun belakangan ini karena Johny.
Dilihatnya bangku taman yang kosong, dia berjalan kearah kursi itu lalu mendudukinya. Pikiran tentang Johny terngiang di kepalanya.
Hubungan yang sudah mereka jalani selama 4 tahun itu kandas. Jiyeon sudah tidak mengerti lagi dengan jalan pikiran Johny. Semenjak Nara, adiknya meninggal dunia, Johny mulai menggeluti dunia balap liar dan sering mendatangi club yang merupakan tempat yang sangat di benci oleh Jiyeon.
'Pick me pick me pick me up~ Pick me pick m-'
"Iya kak, ntar lagi gue pulang"
"Cepetan, Papi uda mau nyampe rumah. Ntar gue yang kena ceramah kalo lo belum nyampe rumah dalam waktu 10 menit!"
"Bawel ah, iya ini mau otw."
Jiyeon mematikan sambungan telefon dengan kakaknya lalu bangkit dari duduknya dan melanjutkan jalan ke halte bus.
Jalanan sangat sepi, tidak ada satu orang pun yang lewat. Ditambah dengan lampu jalan yang sayup membuat Jiyeon sedikit merinding.
Brakk!!
"AAAAHHH SIAPA LO?!"
Jiyeon kaget ketika melihat seorang laki-laki terjatuh dihadapannya.
"Sstt diem.. Tolongin gue,please.."
Dengan perasaan takut,Jiyeon mendekati laki-laki itu.
"Astaga!"
Jiyeon kaget ketika melihat wajah laki-laki itu penuh dengan luka dan lebam. Ditambah tangan kanan yang memegang perutnya yang mengeluarkan darah.
Dengan panik, Jiyeon mengeluarkan ponselnya dan menelfon Jinyoung-kakaknya.
"Kak tolong jemput gue, di deket halte taman biasa kita jogging. Cepetan!"
"Hah? Ada apa? Lo gak kenap-"
Tak peduli dengan jawaban kakaknya, Jiyeon langsung mematikan hpnya.
Dilihatnya lagi laki-laki itu, mengerang kesakitan. Jiyeon berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan posisi laki-laki itu. Dipegangnya pundak laki-laki itu.
"Lo kenapa? Kok bisa berdarah gini?"
"Tolongin gue, please ini sakit banget.."
"Astaga, bahkan gue gak kenal sama lo. Gue juga takut buat nolongin lo," Jiyeon mengusap wajahnya frustasi, kenapa harus dia.
"Ahh Kak Jinyoung lama banget sih!"
Selang beberapa menit akhirnya Jiyeon melihat mobil yang di duga milik kakaknya.
"Jiyeon!! Astaga, dia siapa? Dan kenapa kok bisa banyak darah gitu? Lo kenal dia?" Tanya Jinyoung sambil berlari menghampiri adiknya.
"Ahh berisik lo, cepetan bantuin gue masukin dia ke mobil, uda sekarat nih orang!"
Tanpa basa-basi Jinyoung merangkul tubuh laki-laki itu dan menuntunnya ke mobil dibantu dengan Jiyeon.
"Rumah sakit. Cepetan nyalain mobilnya, kita harus nganter dia kerumah sakit!"
Jinyoung langsung menstater mobilnya dan melajukan mobilnya ke rumah sakit.
🍀🍀🍀
Perempuan berjas dokter itu keluar dari ruang rawat-inap.
"Kalian wali dari pasien?"
"Iya dok, sayaa.. Saya temennya dok" Jiyeon langsung menghampiri dokter yang baru saja menanyai wali dari laki-laki tadi.
"Pasien mendapatkan luka yang cukup serius, maka dari itu itu pasien harus dirawat dirumah sakit selama beberapa hari agar cepat pulih." Jelas dokter perempuan itu kepada Jiyeon
"Terima kasih dok."
"Silahkan urus administrasinya didepan." Ucap suster yang dibelakang dokter dengan sopan.
"Iya, akan saya urus. Terima kasih dok." Jiyeong membungkuk sopan ketika dokter itu pergi dari ruangan.
Saat Jiyeon akan masuk ke dalam ruangan, Jinyoung menahan tangan adiknya itu.
"Gue butuh penjelasan, dia itu siapa?"
"Gue gak kenal kak, tadi gue nemu di jalan. Dia jatuh di depan gue dengan kondisi kayak gitu, waktu gue nanya dia kenapa malah jawabannya tolong mulu."
Jinyoung menghembuskan nafas kasar, "Gue aja yang urus administrasinya, lo liat dia gih."
Jiyeon ngangguk dan masuk keruangan rawat-inap itu. Dia menghampiri laki-laki itu dan duduk di kursi sebelah ranjang khas rumah sakit itu.
Dilihatnya wajah damai dengan luka-luka di sekitarnya tertidur dengan pulas.
Lo.. Siapa?
🍀🍀🍀
Hai haii....
Jangan lupa vote sama komennya ya, hargai karya orang lain:)
Selasa, 24 Maret 2020
It's Me Pan
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta & Rindu
Ficção AdolescenteSebuah rasa itu akan datang seiring berjalannya waktu. Jika awal dari semua karena keterpaksaan, maka jangan biarkan sebuah keterpaksaan itu kamu jadikan alasan untuk tidak memberinya kesempatan. Karena dia sudah cinta... "Jaehyun, aku cinta sama ka...