Nadya POV
Kami masih berjalan bergandengan tangan melewati beberapa koridor dan menapaki beberapa anak tangga. Aldo membawaku, menuntunku, seakan-akan aku adalah barang yang mudah pecah, mudah rusak jika tidak dipegang erat-erat, Aldo menjadikanku manusia paling spesial, menjadikanku paling istimewa. Ternyata Aldo, membawaku di penghujung atas sekolah alias rooftoop. Aku langsung berlari ke besi pembatas rooftoop, menyandarkan tubuhku disana menikmati semilir angin yang berhembus menerpa wajahku dengan pelan. Tenang?ya itu yang aku rasakan, damai?tentu saja, seakan beban yang aku alami pergi lenyap, terbang bersama semilir angin yang berhembus.
Aku terlonjak kaget, saat tiba-tiba sesuatu yang berat menimpa pundakku. Kulirikkan mataku ke samping, ternyata Aldo yang menyandarkan kepalanya pada pundakku dengan tatapan tetap lurus ke depan, memandang pandangan di depan sana, dimana terdapat luasnya kota metropolitan ini. Aku memandang wajahnya, menelusuri setiap lekuk wajahnya, manikmati indahnya ciptaan Tuhan yang satu ini. Sungguh, menurutku Aldo sangat sempurna."Nggak capek liatin aku terus?", aku tersentak kaget. Aldo menatapku, hingga tatapan kami bertemu. Ada kelembutan dalam tatapannya. Hingga aku memutuskan kontak mata itu dan berpaling, karena aku merasa sangat gugup dan...malu!.
" Ap...apasih, kak", sial aku tergagap dan sekarang aku benar-benar malu, dan sekarang muka ku sudah pasti memerah.
"Ciee...ciee yang bullshing", sumpah aku malu banget sekarang. Aldo dengan tidak berperasaannya menggodaku.
" Aku terlalu ganteng, ya? Sampe kamu liatin aku gitu banget", Aldo tak henti-hentinya menggodaku.
"Dihh, ge-er banget kamu. Ganteng darimananya lagi? Gantengan juga Cameron Dallas", aku berbalik menatapnya dan mengatainya. Lihat saja ekspresinya sekarang sudah seperti anak kecil kalau lagi ngambek.
" Halah, gitu-gitu juga kan tetap aku yang udah buat kamu jatuh cinta, ya kan?", sumpah aku nggak kuat lagi sekarang, rasanya aku ingin terbang melayang-layang di atas sana, "daripada siapa tuh? Kemaren Delas? Kemeron Gelas? Kam-
" Cameron Dallas, Aldo", ucapku.
"Ya itulah pokoknya. Daripada dia itu, yang belum tentu kenal kamu, belum tentu juga dia tahu kalau ternyata ada jenis manusia kayak kamu di dunia ini. Ya mendingan akulah. Ganteng?iya, cool?iya, tampan?iya, hidup?iya, setia?ya pastilah", cerocos Aldo panjang lebar. Aku hanya tersenyum mendengar ocehannya, sudah seperti seorang ibu bila sedang mendengarkan cerita anaknya.
" Dihh, pacar aku ngapain senyum-senyum sendiri?", mendengar itu aku langsung mendatarkan ekspresi wajahku kembali, "kesambet ya kamu?", aku membulatkan mataku, ya ampun, yang benar saja.
" ALDO, ishhh...", aku menyubit perutnya bertubi-tubi hingga di menankap tanganku, manarik tanganku lembut, hingga ternyata tubuhku dibawanya ke dalam dekapannya, dan aku terpaku disana. Di hangatnya pelukan seorang Aldo, dinyamannya pelukan orang ini."Nad...," panggilnya.
"Hmmm", dan aku hanya bisa berdehem untuk menjawab panggilannya itu.
" Makasih, ya", ungkapnya lagi.
"Thanks for?".
" Everything".
Aku tersenyum di dalam dekapannya. Dengan pasti aku membalas pelukannya, sebagai wujud ekspresi kebahagiaanku dan sebagai wujud terima kasih-ku kembali untukknya. Untuknya yang selalu bisa aku andalkan, yang selalu bisa menjagaku dengan baik dan telah mencintaiku dengan setulus hati.
Dan, kini aku hanya bisa berharap, semoga hubungan ini akan tetal seperti ini, tetap bertahan, dan kami akan selalu bersama menjaga hubungan ini.** ** ** ** **
Author POV
Bunyi celotehan, teriakan, perbincangan, bahkan suara nyanyian yang sangat bising dan riuh pun memenuhi indra pendengaran Nadya. Nadya mengedarkan pandangannya mencari sekumpulan perempuan yang sudah ia rindukan sejak beberapa minggu yang lalu, hingga matanya menemukan titik dimana ada tiga orang perempuan disana. Ia pun melangkahkan kakinya menuju kesana, senyumnya tak lepas dari bibirnya terlihat sekali jika ia tengah bahagia sekarang, dan matanya menampakkan kerinduan yang teramat sangat pada objek yang sedang di tatapnya. Disana terlihat ada dua orang perumpan sedang duduk berdampingan, sedang memakan makanan mereka dengan lahap, sedang yang satunya duduk sendiri dan punggungnya berhadapan dengan Nadya, yang sekarang sudah berdiri di belakangnya.
"HAIIIIII...," teriak Nadya. Begitulah Nadya jika sudah berada satu tempat dengan sahabat-sahabatnya, seperti sekarang ini.
Setelah tadi Nadya bolos bersama Aldo di rooftoop, mereka memutuskan untuk segera pergi setelah mereka mendengar bunyi bel istirahat berkumandang. Aldo tadi sudah mengantat Nadya sampai di depan kelasnya, kemudian Ia pergi. Karena Nadya melihat kelasnya yang sepi, dan ketiga sahabatnya yang tidak ada di kelas, ia pun segera bergegas ke kantin untuk mencari sahabatnya. Dan ternyata benar jika sahabat-sahabatnya sedang berada di kantin. Namun karena ulah Nadya yang berteriak saat menyapa ketifa sahabatnya itu, salah satu sahabatnya yang duduk tepat disamping ia berdiri sekarang pun tersedak makanannya sendiri efek kaget.
"Uhuuk...uhuk..ai..air..to..tolong," pinta cewek itu dengan bicara susah payah. Nadya yang berada tepat di sampingnya pun segera memberikan es teh yang berada di depannya, yang kemudian ia serahkan pada sahabatnya yang tersedak tadi, yang terlihat pada name tag- nya bernama Tiara Putri. Tiara segera meminum es teh itu, sampai habis. Baru kemudian ia merasa lega pada tenggorokannya. Tiara kini menatap Nadya dengan tatapan tajamnya, dan segera memarahi Nadya."Ya Tuhan, Nadya!!!. Bener-bener lho ya, untung aja gue nggak mati duluan. Dasar kutu kumpret lo ya. Kalau gue mati tadi, emang lo mau ganti rugi? Bikin kaget tau nggak?", cerocos Tiara pada Nadya dengan satu kali tarikan napas panjang.
"Hehehe", dan Nadya malah nyengir, dan itu membuat Tiara makin kesal dengan tingkah sahabatnya yang satu ini. Yang benar saja, sahabatnya tadi hampir mati karena tersedak, dan itu karena ulahnya, tapi apa tadi?dia malah nyengir, ingatkan Tiara bahwa Nadya malah NYE.NGIR. OMG GG!! emang dasar Nadya, bukannya minta maaf dia, malah nyengir. Melihat delikan mata Tiara yang semakin membulat, Nadya segera meminta maaf pada sahabatnya itu, " maapin aku ya Ara-ku yang cantik jelita, membahana seantero. Aku kan nggak sengaja", ungkap Nadya yang malah tambah membuat Tiara jijik, "dihh apaan lho, pake aku-akuan kayak gitu. Jijij gue dengernya", Nadya yang mendengar itu pun mengerucutkan bibirnya, membuat pipi chubby-nya makin gembil. Padahalkan ia berniatan untuk meminta maaf secara baik, karena ia tahu ia kelewatan tadi, sampai membuat sahabatya itu tersedak. Tapi bukannya dibalas dengan baik juga, sahabatnya itu malah jijik. Dasar.
"Udah-udah, kalian berantem mulu. Nggak pernah nggak saling debat kalau udah sama-sama kayak gini, coba aja kalau jauh-jauhan pasti saling nangis deh. Pusing gue", ucapa salah satu sahabat Nadya yang bernama Cica.
" Udah Tiara. Nadya juga kan nggak sengaja tadi. Dia juga udah minta maaf kan? Dan lho, Nad,masih mau berdiri di situ dan nggak mau duduk untuk ngejelasin sama kita bertiga, kenapa lho nggak ada di kelas tadi?", ucap sahabat Nadya yang satunya lagi, yang bernama Giselle. Ucapannya yang tegas itu pun membuat Nadya menurutinya dan duduk di kursi di sebelah Tiara. Karena memang tersisa kursi itu saja yang kosong. Setelah duduk dengan nyaman Nadya meminta Giselle untuk memesan makan dahulu, baru dia akan cerita. Karena perutnya sudah sangat lapar sejak tadi, efek ia tidak makan tadi pagi."Pak, baksonya satu ya. Sama minumnya es jeruknya satu", ucap Nadya.
" Sipp, neng," ucap Pak Mamang penjual bakso di kanting sekolah Nadya.
Setelah itu, Nadya kembali berhadapan dengan ketiga sahabatnya. Ia menceritakan semua yang terjadi hari ini, mulai dari keterlambatannya datang ke sekolah sampai ia bertemu kekasihnya Aldo dan kebolosannya bersama Aldo di rooftoop tadi.
Haiiiiiii😁
Semoga tetap baca cerita ini.
Jangn lupa tetap vote dan comment ya.Salam hangat cintaku💙
MutiaraGambur
KAMU SEDANG MEMBACA
DLS 2 : TRIANGEL LOVE
Teen FictionCerita tentang masa lalu seorang Nadya, masa dimana dia pernah bertemu seseorang, masa dimana dia pernah merasakan falling in love dengan seseorang di masa lalunya. Cerita tentang bagaimana dia pernah merasa mempunyai orang yang paling spesial, hing...