Ketukan pelan dari arah meja tempatku mengajar membangunkanku dari lamunan panjang.
"Apa yang kau lamunkan,Miss?"pertanyaan Lee Taemin membuatku menoleh kearahnya.
"Astaga. Sudah berapa kali kubilang jika tidak perlu memanggilku Miss ketika kelas sudah berakhir?"tanyaku balik tanpa menjawab pertanyaannya.
Ia terkekeh pelan mendengar reaksiku.
"Mungkin karena itu sudah menjadi kebiasaanku,Sinhye. Jadi aku tak terbiasa memanggilmu dengan nama saja,"ucapnya sebelum duduk di bangku terdepan dekat meja guru yang diperuntukkan untuk siswa -tepat dihadapanku.
"Ck,kau selalu menjawab seperti itu. Tak adakah jawaban lain,Oppa?"tanyaku seraya menyindirnya.
"Tak ada dan aku saat ini sedang malas berpikir. Pikiranku hanya berisi tentang gerakan dance siswa yang akan dilombakan bulan depan. Oh ya,kenapa kau masih disini?"ucapannya kali ini diiringi dengan nada serius.
"Hmm,tak apa. Aku hanya ingin menghabiskan waktu lebih lama di sekolah. Omong-omong,aku tak sabar menghadiri acara itu. Akan ada banyak bintang tamu seperti BTS yang menjadi bintang tamu special di acara itu,"jawabku dengan kebohongan serta ucapan yang tanpa sadar guna untuk mengalihkan topik pembicaraan.
"Tak usah berbohong padaku. Aku tahu gelagatmu ini. Sudahlah,jika kau ingin membagi masalahmu padaku,ceritakanlah. Dan jangan mencoba mengalihkan pembicaraan,"ujarnya disertai senyuman tulus. Namun,yang kulakukan hanyalah menunduk menghindari tatapan lembutnya.
Tak lama,terdengar suara rintik hujan dari arah jendela yang masih terbuka. Angin sore yang dingin membuat Taemin oppa dengan sigap menutup seluruh jendela di kelas yang kami tempati.
"Sekarang sudah jam berapa? Kenapa rasanya waktu terasa semakin cepat ya?"tanyaku yang hampir mirip dengan gumaman karena wajahku yang kubenamkan di cerukan kedua lenganku.
Oke. Kenapa kali ini aku merasa sangat bersikap kekanakan? Maksudku,jika dihadapan orang biasa lainnya aku akan bersikap dewasa di usiaku yang sudah menginjak dua puluh satu tahun tapi,jika sudah berada dihadapan Lee Taemin yang usianya dua tahun lebih tua diatasku aku akan menjadi sangat kekanakan. Itu karena aku sudah menganggap ia oppa ku sendiri.
"Jam lima sore. Mungkin karena sedari tadi kau hanya diam,Sinhye. Kau merasa sendirian disini dengan pikiranmu yang kau penuhi dengan hal-hal yang tak kuketahui. Maka dari itu,waktu akan berjalan semakin cepat disekililingmu,"jelasnya panjang lebar.
"Memangnya kau tak merasakan waktu semakin cepat,Oppa?"tanyaku padanya seraya mendongakkan wajah.
"Tidak. Karena sedari tadi aku sedang menatapmu dengan pikiran yang tak kuketahui penyebabnya. Aku berpikir jika engkau marah padaku. Maka dari itu,aku sedari tadi memikirkan itu sehingga waktu disekelilingku terasa amatlah lambat,"ujarnya lagi dan respon akan ucapannya barusan hanyalah kekehan ringan dariku.
"Maafkan aku,"ucapku seraya menegakkan punggung serta menampilkan senyum jahil kearahnya.
Dan ia hanya memutar bola mata malas yang malah kubalas dengan tawa renyahku.
"Shut up!"ujarnya dan aku malah menatap kearah matanya -dengan tawa yang masih ada di wajahku.
"Oke-oke. Aku merasa kalah dengan guru bahasa Inggris terpintar se- Seoul art elementary,"ucapku padanya dengan senyuman. Padahal,maksud senyumanku tadi hanyalah untuk mengejeknya.
"Hei,aku guru dance disini. Bukan guru bahasa Inggris seperti apa yang kau ucapkan,"ujarnya guna mengoreksi ucapanku.
Dan aku hanya terkekeh mendengarnya.
° ° °
"Aku sangat suka bau setelah hujan seperti ini,"ucapku pelan kepada Taemin oppa yang mendorong sepeda kayuhnya di sebelahku. Padahal,aku sudah bilang kepada Taemin oppa jika tak usah mengantarku pulang karena hari sudah menjelang malam. Namun,ia bersikeras jika ia harus mengantarku pulang dengan selamat.
"Kenapa?"tanyanya menyahuti ucapanku.
"Karena bau setelah hujan mengingatkanku pada eomma yang sudah jauh di atas sana,"jawabku seraya menatap langit yang sama sekali tak menampilkan bintang-bintang seperti hari-hari sebelumnya. Malahan langit malam hari ini hanya dihiasi dengan warna merah ke ungu-unguan saja -khas seperti langit setelah hujan.
"Eomma mu pasti bangga mempunyai anak sepertimu,"ucapan Taemin oppa membuatku menolehkan kepala.
"Kenapa?"tanyaku bingung.
"Karena kau sudah berhasil membanggakannya,"jawabannya kali ini membuatku menghembuskan napas.
"Tidak. Aku rasa aku masih belum bisa membanggakannya,"ujarku pelan seraya mengambil sehelai daun yang jatuh karena angin hujan sore tadi.
"Kalau begitu beberapa tahun lagi. Aku yakin kau pasti bisa melakukannya. Hwaiting!"ucap Taemin oppa diakhiri dengan gerakan kiyowo membuatku tertawa. Pasalnya ia sangat jarang -hampir tidak pernah- menampilkan sosok kiyowo nya pada orang lain.
"Kau selalu bisa membuatku melupakan masalahku,"gumamku seraya memfokuskan diri mengelus daun tadi dengan jempol kananku.
"Itulah gunanya teman,"
° ° °
"Bye!"ujarku kearah Taemin oppa yang sudah mengayuh pelan sepedanya menjauhi pekarangan rumah kecilku. Seiring menjauhnya Taemin oppa dari pandanganku,perlahan juga kuturunkan tangan kananku yang semula mengibaskan tangan kearahnya.
Kuulurkan tanganku kedalam tas slempangku dan menemukan dua buah kunci dengan gantungan miniatur menara eiffel cantik sebagai hiasannya.
Ceklek..
Kubuka perlahan pintu kayu rumahku dan seketika,pikiranku terlempar jauh ke delapan tahun yang lalu -tepatnya ketika semua keluargaku masih utuh dan senyuman senantiasa menghiasi wajahku.
"Aku rindu masa lalu. Bisakah kita putar ulang memori dulu?"gumamku tanpa terasa tetesan air mata menghiasi kedua pipi mulusku.
[ tbc ]
•
•Semoga suka ama cerita ini y :)
- Aulyapm🌴

KAMU SEDANG MEMBACA
Hard Life || PJM
Fanfiction[DISCONTINUED] - Sebuah tangan mulai menjambaki rambut dan juga mencakar kedua lengannya dengan sadis. Ia pegang erat tangan tersebut untuk mengurangi rasa sakit yang orang tersebut berikan. "Astaga, seharusnya ku tahu jika berdekatan dengannya akan...