Aku dan Yoongi sudah hampir mengelilingi semua koridor di lantai pertama,namun si anak ayam aka Park Jimin tidak juga ditemukan batang hidungnya oleh orang yang sangat mengkhawatirkannya sekarang.
"Apa anda masih tak berniat menghubungi salah satu orang di backstage setidaknya untuk bertanya apabila Jimin-ssi sudah berada disana?"tanyaku untuk yang kesekian kalinya.
Namun ia hanya menunduk seraya menghela napas lelah.
"Baiklah,"ucapnya sebelum berlalu dari hadapanku untuk menelepon salah satu orang yang ada di backstage untuk ditanyainya.
Setelah sekitar lima menit ia menelepon,ia kembali berjalan kearahku yang sedang memandangi lapangan outdoor sepak bola yang sangat sepi karena hampir semua siswa ataupun siswi dan bahkan para guru sedang berada di aula untuk melihat perlombaan dance yang masih berlangsung.
"Bagaimana?"tanyaku padanya dan ia hanya menggelengkan kepala.
"Tadi saat aku menelepon mereka,mereka bertanya padaku kemana saja aku dan Jimin sehingga tidak segera kembali ke backstage. Dan itu sudah cukup membuktikan bahwa Jimin masih tidak berada disana,"jelasnya padaku.
"Apa mereka semua tidak curiga jika Jimin-ssi menghilang?"tanyaku lagi karena rasa penasaran yang mendesakku.
"Mereka penasaran. Tapi aku berhasil meyakinkan mereka jika aku dan Jimin sedang berjalan-jalan saja,"jawabnya.
"Untunglah,"ujarku pelan namun segera diinterupsi oleh ucapan Yoongi.
"Untung apanya. Aku sudah berjanji jika kami akan segera sampai disana dalam beberapa menit,"ucapan Yoongi membuatku terbelalak.
"Bagaimana bisa kau mengatakan itu sedangkan Jimin-ssi saja masih belum ditemukan?"tanyaku padanya karena tak habis pikir.
"Ck,berhenti menyudutkanku seperti itu. Sudahlah,ayo bantu aku lagi,"ujarnya dan segera menyeret pelan lenganku kearah lantai dua -tempat dimana para murid diajari untuk bisa menari.
"Wow,sekolah ini sungguh luas. Apa kau tak kelelahan bekerja disini?"tanyanya setelah kami sudah sampai di lantai dua dan ia sudah melepaskan genggamannya padaku.
Aku tertawa pelan.
"Kenapa aku harus lelah? Ini adalah resiko yang harus kuambil,"jawabku seraya tersenyum.
"Kelihatannya kau sangat menyukai pekerjaanmu,"ucapnya dan aku mengiyakan dengan semangat.
"Sangat,"ucapku dengan senyuman lima jariku.
"Memangnya disini kau bekerja sebagai guru apa? Melukis?"tanyanya dan aku hanya mengernyit.
"Tentu saja tidak. Bahkan hasil lukisanku tidak lebih bagus dari seorang anak kelas satu disini,"ujarku dan ia hanya tertawa pelan.
"Lalu apa?"
"Dance,"jawabku riang sebelum terdengar ringisan keras seseorang dari dalam pintu ruang dance membuatku dan Yoongi segera mempercepat langkah kami untuk menggapai pintu yang tertutup.
"Awh~~"ringisan itu kembali terdengar tepat ketika kami berhasil membuka pintu kayu itu.
"Jimin?"panggilan Yoongi membuatku menoleh kearahnya yang sedang memperhatikan pemuda yang sedang berusaha terbangun dari jatuhnya.
"H-hyung?"ujar Jimin seraya menampilkan senyum kuda tanpa lupa menyelipkan ringisannya kembali.
"Apa yang kau lakukan disini,eoh?"tanya Yoongi seraya berjalan kearah Jimin dan mencoba membantunya.
"Dan apa yang sudah kau pikirkan setelah meninggalkanku seorang diri di kamar mandi?"tanya Yoongi lagi bahkan ketika Jimin belum menjawab pertanyaan pertama.
"Ish,kalau bertanya satu-satu,hyung,"ujar Jimin tenang seraya duduk di lantai ubin.
"Tenang katamu?! Hey,kau tak tahu saja aku telah membohongi semua member bahkan manager hanya untuk mencarimu. Dan kenapa ponselmu tak bisa kuhubungi?"ucapan dan pertanyaan Yoongi hanya dibalas dengan kekehan pelan dari mulut Jimin.
"Seperti biasa,kehabisan daya dan awh,aku tersentuh,"ucap Jimin seraya menaruh kedua tangannya didepan dada seraya membuat aegyo dengan wajah imutnya. Tanpa sadar,ia menatap kearah tempatku berdiri -tepat di belakang Yoongi.
"Hey,kita kedatangan tamu disini,"ucap Jimin seraya tersenyum kearahku. Namun dengan cepat Yoongi memukul lengan kirinya pelan.
"Paboya! Dia yang telah membantuku mencarimu,"ujar Yoongi seraya menatap Jimin yang lagi-lagi hanya dibalas dengan kekehan pelan.
"Mukamu sangat konyol,hyung,"canda Jimin dan dengan segera menatapku sebelum Yoongi sempat membalas perkataannya.
"Kemarilah,"ucap Jimin dan aku menuruti. Aku berjongkok tepat dihadapan Jimin yang tengah menatapku seraya tersenyum.
'Oke. Ini sudah kedua kalinya ditatap oleh artis terkenal dalam satu hari. Selamat,Sinhye,'batinku dalam hati seraya menahan senyum.
Aku menunduk karena Jimin hanya tersenyum kearahku tanpa mengatakan apa-apa.
"Stop! Kau membuatnya malu,Jimin,"ujar Yoongi yang lagi-lagi memukul lengan kirinya pelan.
"Awh,aku tahu,hyung,"ujar Jimin seraya kembali menatapku seraya mengelus lengan kirinya.
"Siapa namamu?"tanyanya dan aku hanya menjawab dengan gumaman.
"Apa? Aku tak mendengarmu. Coba bicara dengan lebih keras,"ujarnya seraya mendekatkan telinga kirinya padaku.
Plak!
"Awh! Kenapa kau memukulku?!"tanya Jimin tak terima.
"Sudah cukup kau membuatnya malu,anak ayam!"ujar Yoongi seraya membantu Jimin berdiri dengan paksa. Aku pun ikut berdiri melihat mereka seperti itu.
"Oke-oke. Aku bisa berdiri sendiri,"ucap Jimin seraya mencoba melepaskan cengkraman Yoongi.
"Jadi,siapa namamu?"tanya Jimin lagi,namun kali ini dengan nada yang terkesan lebih serius.
"Ahn Sinhye,"ucapku pelan,namun aku yakin masih dapat didengar oleh mereka.
"Baiklah,Sinhye. Terima kasih kau telah membantu hyung ku yang sangat cerewet ini,"ucap Jimin seraya menatap Yoongi yang memelototkan matanya.
"Sudahlah,mari kita keluar dari sini,"ujar Yoongi tiba-tiba.
"Oke. Sinhye,ucapkan terima kasih ya kepada siapa saja guru yang telah kupinjam ruangannya untuk berlatih dance,"ucap Jimin tertuju kearahku.
Dan aku hanya mengangguk seraya tersenyum.
"Baiklah,terima kasih telah mau menyampaikannya. Kami pergi dulu,"ujar Jimin dan mereka membungkuk berbarengan.
[ tbc ]
•
•
•- Aulyapm🌴

KAMU SEDANG MEMBACA
Hard Life || PJM
Hayran Kurgu[DISCONTINUED] - Sebuah tangan mulai menjambaki rambut dan juga mencakar kedua lengannya dengan sadis. Ia pegang erat tangan tersebut untuk mengurangi rasa sakit yang orang tersebut berikan. "Astaga, seharusnya ku tahu jika berdekatan dengannya akan...