Kala

12 4 0
                                    

Sinar matahari menyorot tajam ke arah Rania. Ia berlari kencang menuju kelasnya, hari ini sekolah dijadwalkan masuk lebih siang. Ia berlari tertatih - tatih saking takutnya dikejar oleh waktu. Ya gapapa lah dikejar waktu daripada dikejar anjing lah malah ribet.

Saat berlari matanya hanya fokus kedepan, tanpa memikirkan apa apa ia terus berlari. Kelasnya yang di pojok harus terima dengan jalan yang panjang ini. Tanpa disadari sosok tubuh tinggi tiba - tiba menyikut pinggangnya dari belakang. Rania sontak kesal dan sedikit memperlambat langkahnya. Dan ternyata..

"Hei, kaku amat. Jangan takut kenapa sih, ini masih lama juga masuk kelasnya." Ternyata pria itu adalah Vero

"Lo gatau alasan gue berangkat lebih awal" dengus Rania kesal

"Kenapa?"

"PR gue belum selesai,"

"Apaan?"

"Tentang profil negara - negara di Asia, oh ya lu kan satu kelompok sama gue. Secara gak sadar absen kita kan sodara ya kan, haha" Kata Rania

"Lah, gitu dong. Kalo lo bilang gitu gue kan bisa santai - santai gitu Ra."

"Yah lu harus sama - sama ngerjain itu lah bareng gue, enak aja lu."

Perbincangan yang mereka lakukan cukup lama, ini juga memberikan kesan sendiri bagi Rania dengan Vero. Bisa saja tanpa ia sadari ia menaruh hati pada pria keturunan Tionghoa itu.

Tak terasa mereka mengobrol sudah terlalu lama, sampai - sampai kelas yang tadinya dihuni oleh bangku dan teman - temannya kini sudah penuh dengan keramaian siswa.
Vero tak sengaja melihat Steve dan gengnya sudah terlihat di ujung jalan menuju kelas, dengan sigap Vero meninggalkan Rania tanpa berbicara apapun, aneh.

Vero meninggalkan Rania dan ia masuk ke kelas. Tanpa berbicara apapun, kemudian Rania menyusul.
Rania duduk dibangkunya dan langsung mengeluarkan lembar kertas HVS yang dibawanya.

"Kak Ve.."

Vero yang sedang asik bermain di bangku belakang dengan gengnya pun langsung menoleh ke arah Rania.

"Apa?"

"Jadi ngerjain gak? Apa gausah aku tulis nama lo di sini?" tanya Rania kesal.

Vero berdiri, dan mendekati Rania.

"Gue lihat, lembar HVSnya"

Rania menyerahkan lembaran putih itu tadi.
Tiba - tiba Naya datang dang menertawakan mereka.

"Yang rukun ya, hehe"

Rania sontak menjawab

"Apaan sih Nay"

"Gak deh, maaf, hehe"

Vero meletakkan kertas dan kembali ke bangkunya untuk mengambil buku.

"Ra, ini yang belum tinggal China sama Jepang aja kan" kepalanya menoleh ke arah Rania.
Rania tiba - tiba jantungnya berdetak lebih kencang, sorot mata Vero langsung menusuk dalam mata Rania.

"A.. Iya"

Tiba - tiba Naya dengan percaya dirinya datang dan meminta Rania meninggalkan kursinya dan ia meminjam kursi itu. Nah, gara - gara Rania duduk dekat dengan Rio yang berdasarkan kelompok ia merupakan kelompok Naya jadi Rania meminjamkan kursinya.

"Ya Raa yaaaa... Please, oke?" Minta Naya memelas.

"Iya deh,"

Kemudian Rania berdiri dan memandangi sekitar kursi sudah penuh. Ada yang dibuat main, ada yang dibuat penyangga foto selfie gengnya Larissa. Larissa yang bernotabene sahabat Rania dari SMP yang baik hati ini tiba - tiba pelit ketika.

"Larissaaaa... Pinjem bangku dong"

"Sorry ya Ra, kali ini gue harus pelit, hehe"

Nah entah gaada hujan gaada geledek juga (emang lagi musim kemarau) tapi entah ini direncanakan apa tidak.
Vero yang sedang serius memikirkan jawaban dan membaca banyak buku referensinya tiba - tiba menoleh ke arah Rania yang sedang berdiri.

"Kak Ve, geser dong" Kata Rania memelas.

Vero menggeser tubuhnya dan itu hal yang di luar pikiran Rania, seorang Vero Andika Dharma yang berkedudukan sebagai wakil ketua Osis sekaligus pria dengan label tercuek di sekolah dengan sigap memberi tempat untuk Rania. Sebentar guys, coba bayangkan bangku satu dipakai dua orang?.

"Hm" ucap Vero

Rania duduk setengah, dan Vero pun sama hanya memperoleh tempat setengah juga.
Tiba - tiba kelas yang tadinya ramai, bagai debu yang bertebaran. Kini diam hanya karena Rania dan Vero. Steve yang pertama kali mengangkat bicara.

"Ciee, pak bos bisa aja" Kata Steve dan diikuti oleh seluruh siswa di ruang kelas.

"Cieee"

Naya yang tadinya serius banget jadi ikut - ikutan gak jelas.

"Ah, Rania lu bisa aja" Kata Naya.

"Untung gue gajadi minjemin lu kursi, kalo gak kan ga bakal terjadi kaya gini ini, ciee Rania" Ujar Larissa

Rania malu, pipinya memerah. Wajahnya menahan tawa, anehnya Vero biasa saja. Seperti tidak ada terjadi apa - apa.

Di suasana yang hening itu, Rania berbisik pada hatinya.

"Ya Tuhan, hati ini layak merdeka dengan tuannya. Jika rasa ini benar - benar akan tumbuh lebih berkembang dan jatuh pada orang yang aku kenal, tolong jaga perasaan ini agar tidak terluka. Ia tak bersalah." bisik Rania dalam hati.

Rania hanya tersenyum dan berdiri mengambil kursi kosong milik Dito di sampingnya.

***

Hi :)
Happy Reading.. Semoga hatimu juga bisa merdeka.

Silahkan bubuhkan komentar di bawah ini :)
---

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 23, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Napas dan KapasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang