Semoga kebencian yang didasari tanpa ilmu dan iman tidak membuat seseorang menjadi kehilangan nurani dan menumpulkan akalnya dalam melihat benar/ salahnya satu hal, dan membuatnya berakhir menjadi pecundang keadilan hanya dikarenakan isu murahan dan beberapa lembar kertas yang hari ini bisa dia genggam tanpa perlu bersusah payah.
Dan semoga yang haq adalah Haq dan batil tetaplah batil, bisa Allah nampak kan, sehingga tidak ada lagi masyarakat pintar yang membodohi masyarakat bodoh dan yang bodoh dijadikan sebagai budaya bangsa.
Tapi ye, bagaimana bisa seseorang mengetahui mana batil dan mana Haq jika dirinya masih saja disibukkan dgn mencari materi/ mencari ilmu dunia saja? Bagaimaan bisa seseorang merasa ketinggalan zaman saat dia tidak bisa mempelajari satu ilmu dunia, sementara dirinya masih saja merasa tenang dan aman saat tak satupun ilmu agama yang dia pahami?Bukankah sudah seharusnya kacamata yang digunakan oleh seorang muslim adalah kacamata Islam?
Maaf, jika untuk sekedar hidup, sekedar mencari materi, sekedar menjadi terkenal, sekedar menjadi sorotan! Topeng monyet dipinggir jalan juga bisa, tapi tentu. Manusia adalah manusia yang diberikan akal, dan topeng monyet tetaplah topeng monyet yang tak berakal.
Mari pikirkan ulang! Apakah hidup ini hanya akan kita habiskan dgn hal-hal tidak berguna??
Mengaku tak ingin dibodohi! Marah ketika dibodohi! Tapi tidak bisa memperbaiki kebodohan itu sendiri dgn ikhtiar mencari ilmu? Itu sama saja dgn mengumpankan diri menjadi orang-orang yang mau dibodohi!
KAMU SEDANG MEMBACA
LO-GI-KA SEDERHANA
SachbücherLebih butuh fakta daripada opini? baiklah kita akan beropini dengan fakta. Kritiklah-- karena yang menulis adalah manusia dan tentu ada saja kemungkinan salahnya.