Kubasuh setiap peluh yang menetes dari kulit keriputmu
Kubasuh setiap kain yang membalut tubuh rentamu
Kuhirup aroma surgawi yang kata orang... itu pesing
Kuhirup aroma surgawi yang kata orang... itu bau
Kuhirup aroma surgawi yang kata orang... itu risih
Setiap hari kubasuh kakimu yang tak lagi wangi
Setap hari kubasuh lenganmu yang tak lagi kuat
Setiap hari kubasuh rambutmu yang telah rontok dan memutih
Aku suka aroma kakimu
Kata orang... seperti aroma keong yang telah membangkai
Tapi bagiku, kakimu adalah aroma surga yang ingin kuciumi setiap waktu
Aku suka aroma rambutmu
Kata orang... seperti aroma kain yang terendam air ratusan hari
Tapi bagiku, rambutmu adalah aroma surga yang ingin kusentuh setiap hari
Aku suka aroma tubuhmu
Kata orang... seperti kerbau yang bermandi lumpur
Tapi bagiku, tubuhmu adalah wangi kasturi surgawi
Ibu...
Kini kau tak wangi lagi
Kini kau tak muda lagi
Kini kau tak menarik lagi
Tapi... dalam dirimu aku cium aroma surgawi
Izinkan aku menciumi bau kaki ini
Izinkan aku menghirup aroma tubuh ini
Aku ingin mendekapmu dalam bahagia
Hingga waktu itu tiba
Bersama menikmati aroma taman surgawi
Di alam yang kekal nan abadi
~Kalimantan Timur, 17 September 2018~
Sumber Ilustrasi : Pixabay.com
YOU ARE READING
Muna Poetry
PoetryKumpulan puisi dari masa ke masa. Puisi-puisi ini juga dapat ditemukan di Plukme dan Kompasiana. Karena berserak di mana-mana, akhirnya harus dikumpulkan menjadi satu. Menjadikan kumpulan cerita cinta yang dirangkai dengan kata-kata indah. Writing a...