[1] the truth untold.

epilog

Jisung mengajakku untuk mengikuti bimbingan belajar, tapi aku menolak dengan berbagai alasan. Tapi satu alasan pastinya, biayanya mahal. Di satu sisi aku sangat ingin karena Hyunjin juga berada di bimbingan belajar tersebut.

Aku senang saat mendengar cerita dari Jisunt tentang kesehariannya di tempat bimbelnya karena banyak yang ku ketahui dari Jisung tentang Hyunjin. Hyunjin bermain game yang sama dengan Jisung, Hyunjin membawa mobil ke tempat bimbelnya, Hyunjin ternyata sangat asik di ajak bercanda, Hyunjin sering menganggu Jisung baik di sekolah maupun di luar sekolah, dan Hyunjin Jisung di pasangkan sebagai pasangan terlucu di tempatnya bimbelnya.

Ketika Jisung menceritakan cerita yang terakhir ku sebut rasanya aku tak bisa tersenyum, tertawa lagi. Sakit, sangat sakit saat aku baru sadar fakta Hyunjin sangat suka menjahili dan dekat dengan Jisung.

Sangat bodoh karena baru menyadari jika Hyunjin sering kali mengganggu Jisung. Bukan salah Jisung, karena yang sering memulai memang Hyunjin.

Jisung terus merengek kepadaku jika ia malu dan takut ketika teman-teman bimbel menjodohkannya dengan Hyunjin. Kuberi saran seadanya. Pura-pura tertawa melihat wajah melas dari Jisung. Dan kembali ketenggelam kan wajahku di kedua tangan saat Jisung sudah selesai bercerita.

Rasa iri mulai muncul saat kuingat Jisung mempunyai kehidupan yang sangat sempurna. Di bandingkan denganku...

Sangat jauh.

Jisung juga sangat modern, mengetahui hal-hal terbaru, dan asik. Pantas saja jika Hyunjin suka. Tidak dengan aku yang tidak tahu-menahu tentang perkembangan dunia, teknologi, informasi terbaru, kampungan, dan tidak se-stylish Jisung.

Dan aku kalah lagi.

Kisah kehidupan tak menarik, dan kisah cinta yang tak menarik.

Mungkin sebelumnya aku terlalu memimpi-mimpikan kehidupan sekolah menengah atas seperti yang siaran TV tayangkan, mungkin aku terlalu banyak berharap dan bermimpi dengan sesuatu yang sangat tidak mungkin ku gapai. Dan akhirnya aku mendapatkan semua yang berbanding terbalik dari semua mimpi-mimpiku.

Haruskah ku akhiri hidup ini? Kurasa aku di takdirkan hidup dengan ending yang sad.

END
2019