Satu

586 14 0
                                    

Seperti hari hari sebelumnya, Naya bangun dan menyiapkan sarapan untuk suami tampannya ini. Ia sudah bergelut di dapur sejak pukul 5 pagi. Sementara suami tampannya itu masih bergelung dalam selimut di ranjang.

Naya mengikat rambutnya kembali, dan melanjutkan acara masak memasaknya pagi ini. Mereka sudah tinggal di rumah yang Karel siapkan, rumah yang cukup besar untuk mereka berdua.

5 tahun hidup bersama sampai sekarang mereka belum dikaruniai keturunan, tapi Karel tidak mempermasalahkan itu. Semua akan baik baik saja jika mereka terus bersama.

Naya meniup tangannya yang terkena cipratan minyak panas saat menggoreng ayam. Tubuhnya tersentak kaget saat tiba tiba lengannya ditarik ke belakang oleh Karel, posisi mereka seperti sedang berpelukan.

"Kok kamu udah bangun?" Tanya Naya yang sedang dipeluk Karel. Karel tak mengindahkan pertanyaan istrinya itu. Dia langsung memutar tubuh Naya agar berhadapan dengannya.

Diraihnya jari telunjuk Naya yang terkena minyak panas tadi. Karel menatap Naya, tangannya membawa jari telunjuk Naya ke dalam mulutnya. Dihisapnya jari telunjuk Naya dengan pelan.

"Kalo kamu kaya gini terus, aku gak bakal izinin kamu masak lagi sayang" ucap Karel setelah mengeluarkan telunjuk Naya dari mulutnya.

"Jangan lebay deh, luka dikit itu wajar rel" sahut Naya sambil berjinjit mengacak rambut suaminya.

Karel tersenyum ditariknya ujung hidung Naya dengan telunjuk dan ibu jarinya. Kepala nya mendekat ke wajah Naya.

"Tapi aku gak bisa liat kamu luka" bisik Karel. Wajah mereka semakin dekat, membuat Naya sulit bernafas.

"Iya iya aku tau. Kamu suami terbaik pokoknya" Naya membalik tubuhnya, melanjutkan masak masak nya yang belum selesai.

Karel mencebikkan bibir nya, bukannya menjauh, dia dengan jahil melingkarkan lengannya di pinggang Naya dan menyandarkan kepalanya di bahu Naya.
Sesekali dia menghirup aroma vanilla yang selalu menjadi favorit nya.

"Karel jangan mulai deh! Kamu liat kan aku lagi masak"ucap Naya sambil berusaha melepas lilitan tangan Karel dipinggangnya.
Bukannya terlepas, Karel malah mengeratkan pelukannya.

"Aku kangen kamu" bisik Karel. Mendengar bisikan Karel membuat Naya merinding.

"Kita ketemu setiap hari rel, masa kangen" Naya kembali mengaduk sop ayamnya.

Karel tak menjawab, dia asik menyandarkan kepalanya di bahu Naya.

"Kamu mandi gih, abis itu kita shalat" pinta Naya yang mulai susah bergerak.

"Kamu udah shalat?"

"Belum"

"Yaudah ayo mandi" ucap Karel semangat.
Naya yang mengerti apa maksud Karel pun langsung mengangkat sendok nasi nya seolah akan melemparnya kearah Karel.

"Hehehe, biar sekalian gitu nay, kan boros kalo mandi nya gantian" jawab Karel dengan cengiran bodohnya.

"Sana mandi! Aku mau lanjutin ini!" Usir Naya. Karel pun tertunduk lesu.

***

"Segini cukup?" Tanya Naya yang sedang mengambilkan Karel nasi.

"Udah cukup sayang"

"Mau lauk apa?"

"Apa aja yang penting kamu yang masak" jawab Karel terus memperhatikan Naya.

Naya meletakkan piring Karel dan mengambil miliknya sendiri.

Karel masih belum bergeming, dia masih setia menatap wajah cantik istrinya itu.

"Emang kamu kenyang kalo liatin aku?" Sindir Naya.

After Wedding (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang