Enam

211 11 0
                                    

Typo bertebaran 😅

Happy reading 😘

.

.

.

Naya sedang berada di cafe nya sekarang, setelah Karel selesai meeting dia meminta Rama untuk mengantarnya ke cafe. Karel bersikeras untuk mengantar nya, tapi Naya menolaknya mentah-mentah.

Naya duduk dikursi nya sambil memijat pelipisnya, kepalanya mendadak pusing. Naya menyandarkan dirinya di kursi. Dia belum memberi tau Karel soal ini, dia tidak ingin Karel khawatir.

Menahan sakit membuat Naya menjadi haus, dia perlahan bangkit dan mengambil gelas kosong yang ada di meja nya, dia berjalan perlahan keluar ruangannya.

"Bu Naya gakpapa?" Tanya Feby yang tak sengaja berpapasan dengan Naya.

Naya memejamkan matanya dan kemudian mengangguk.

"Tapi Bu Naya pucat, saya panggil kan dokter aja ya Bu, atau mau saya telpon kan bapak?" Tawar Feby.

Prang. Belum sempat Naya menjawab dia sudah tergeletak di lantai.
"Bu Naya" Feby langsung berteriak panik

"Bu Naya, bangun Bu" panggil Feby. Naya terlihat sangat pucat.

"Kenapa? Naya kenapa?" Tanya seorang laki-laki, yang tak lain adalah Dirga. Dirga memang sudah menjadi pelanggan tetap cafe ini, semenjak dia tau pemilik cafe ini adalah Naya.

Tanpa menunggu jawaban Feby, Dirga langsung menggendong Naya dan membawa perempuan itu ke dalam mobilnya.

"Hubungi orang terdekatnya, saya bawa di ke rumah sakit yang ada di depan" Dirga langsung pergi dengan Naya digendongannya.

Dirga memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi, dia tidak peduli entah sudah berapa kali melanggar peraturan lalu lintas, yang ada dipikiran nya hanya Naya.

"Lo kenapa Nay? Jangan bikin gue khawatir" gumam Dirga.

Mobil Dirga sampai di depan lobby rumah sakit. Dirga langsung memanggil para suster.

"Cepat sus" pinta Dirga.

Suster itu mengangguk mantap
"Baik dok" ucapnya. Kemudian dia dengan cepat dan hati hati mendorong brankar Naya memasuki UGD.

Dirga menyambar jas dokternya, dia sudah mewujudkan impiannya menjadi seorang dokter. Sudah 2 tahun Dirga bekerja di rumah sakit ini. Tahun tahun sebelumnya, dia bekerja sebagai dokter di Amerika.

Dirga mengecek keadaan Naya, suster yang ada disampingnya pun sibuk memasangkan infus di tangan pucat perempuan itu.

"Sus, hubungi dokter Emi ya. Pasien saya langsung pindah kan ke ruang rawat biasa" ucap Dirga sambil menyimpan kembali stetoskop ke saku jas nya.

Suster itu mengangguk kemudian pergi setelah menyelesaikan kegiatan nya.

"Semoga dugaan gue salah nay" gumam Dirga sambil tersenyum kecut.

*

*

*

"Lo kenapa rel?" Tanya Rama yang masih sibuk dengan laptopnya.

"Perasaan gue gak enak ram" jawab Karel yang sudah duduk dengan gelisah diruangan nya.

"Naya?" Tebak Rama.

Karel mengangguk lalu menghela nafasnya. Sedari tadi pikirannya tertuju pada Naya. Dia sudah mencoba menelpon Naya tapi tak ada jawaban.

"Coba lo telpon lagi, mungkin dia lagi sibuk di cafe" ujar Rama.

After Wedding (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang