Bulan Matahari : 6

68 5 6
                                    

Hidup itu mempunyai alur, jadi jangan pernah lo ngerubah alur hidup lo sendiri. Karena pasti Tuhan ngasih alur yang terbaik buat lo.

- Julio Bulan -

***
BAGIAN ENAM
***

Pagi kini Athaya sudah siap dengan seragam abu-putih yang melekat di tubuhnya. Athaya pun pergi ke lantai bawah untuk sarapan bersama keluarganya.

"Rajin ya, udah pake seragam lagi aja," ujar Raga yang segang mengambil gelas.

"Harus dong!. Bang, sekarang lo ada kelas?"

"Gak ada, kenapa emang?. Anter gue ke toko buku ya nanti,"

"Gak bisa, gue mau ngerjain skripsi yang masih numpuk. Sama Julio aja sana, atau sama Rika," ujar Raga lalu menyajikkan air minum di gelasnya.

"Yah abang, padahal kali-kali gitu jalan bareng adenya yang cantik ini." Athaya cemberut lalu duduk di depan meja makan.

"Gak usah cemberut gitu kali, makin jelek!"

Athaya mendelik, lalu mengambil roti dan selai, lalu di makannya roti yang telah di baluri selai tersebut.

"Tumben udah siap aja nih anak Mama," ujar Hana sembari mengambil sayuran dari dalam kulkas.

"Jelas dong ma, kan Taya anak rajin gak kaya bang Aga, ya kan ma?"

"Oh jelas dong, anak perempuan mama emang harus rajin, kaya mamanya,"

"Anak laki-laki papa juga gak kalah rajin, ya kan Aga?" ucap Argya yang baru saja datang dengan baju santainya.

"Pastinya dong pa, kan anak papa yang satu ini gentle, berani, gak penakut kaya dia," ujar Raga sembari menunjuk Athaya.

Athaya membelakkan matanya, lalu melempar pulpen ke muka Raga. "Gue lebih berani dari lo kok bang!" ucapnya tak mau kalah.

"Iya! Perempuan juga lebih berani dari laki-laki!" sahut Hana dengan kedua tangan yang melipat di depan dadanya, serat mengangkat dagunya angkuh.

Tawa mereka pun seketika pecah. "Serasa lagi main sinetron ya, hahaha," tawa Hana.

Mereka pun menangguk sembari masih tertawa. Ketika mereka masih tertawa terbahak. Terdengar suara deruman motor ninja, yang sudah pasti motor Julio.

"Eh ma, pa. Taya mau berangkat sekolah dulu, Julio udah di depan tuh," ucapnya lalu mencium tangan Hana dan Argya bergantian.

"Iya, hati-hati ya, Taya. Belajar yang bener," ucap Argya, dan di balas anggukan oleh Athaya.

Athaya pun menghampiri Julio. "Selamat pagi kapten!" ucap nya lalu memukul helm full face Julio.

"Pagi juga tuan putrinya Julio. Biasa aja kali, gak usah mukulin helm gue," Julio terkekeh.

"Apaan tuan putri, hahaha. Tuan putri mana ada yang kaya gue," Athaya tertawa, sembari menaiki motor Julio.

"Karena bagi gue, lo itu tuan putri. Tau kenapa? karena selalu minta anter jemput mulu, udah kaya tuan putri aja!"

"Jayus lo! Udah ah ayo berangkat," ucap Athaya sembari memukul bahu Julio.

Julio pun menyalakan mesin motornya lalu melajukan motornya dengan kecepatan sedang.

***

Alan kini telah siap dengan baju abu-putihnya yang melekat di tubuh tinggi, dan bahu lebarnya.

Bulan MatahariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang