16

3.3K 513 31
                                    

Sudah lebih dari sejam yang dijanjikan. Aku sudah berlari dengan nafas yang terputus – putus. Jika saja aku tak pulang ke dorm terlebih dahulu, aku mungkin tidak akan terlambat.

Tapi, jika aku langsung menemuinya dengan penampilan seperti hantu sudoku seperti itu, dia akan menghujamku dengan jutaan pertanyaan.

Aku tiba di depan toko perhiasan elit seperti apa katanya. Ku lihat dari luar melalui kaca transparan toko ini, sosok yang sedang menatapku dengan sebal. Aku hanya tekekeh yang membuat dia semakin menatapku dengan tajam.

Aku memasuki toko itu dengan santai. Memasang senyum andalanku.

"kau terlambat 13 menit 6 detik."

Deg.

Langkahku terhenti. Aku langsung teringat dengan pria yang sedang terbaring sakit di tempat tidurnya. Aku langsung teringat bagaimana dia mengatakan aku terlambat sama seperti yang Kim Taehyung katakan.

Aku langsung teringat bagaimana dia mencurahkan perasaannya tadi malam dan lebih parahnya lagi, aku langsung teringat bagaimana dia menyentuhku tadi malam.

Aku benar – benar gila.

"Kim Yerim"

Panggilannya langsung membawa semua rohku kembali ke tempatnya.

"mian oppa. jalanan macet sekali."

Dia menggeleng melihatku.

"cepat, bantu aku pilihkan cincin yang cocok untuk Irene. Aku ada syuting lagi 1 jam kedepan."

Aku hanya mendengus kesal. Dasar workaholic!

"kalau memang niat menikah, kenapa tidak datang dengan Irene eonni saja. Yang nikahkan oppa dengan eonni kenapa.."

Taehyung oppa membungkam mulutku dengan tangannya. Dasar menyebalkan sekali!

"cerewet. Kau ingin Oppamu dan calon istrinya ini tak jadi menikah karena di serbu para fans-fansnya."

Yeah. .yeah.. beginilah kalau pasangan actor dan workaholic menikah. Aku saja bingung kenapa Taehyung oppa mengotot untuk menikah di masa pekerjaan mereka sedang ramai – ramainya. Keadaan sedikit diperparah dengan cuti mereka yang hanya satu hari. Pas hari pernikahan mereka.

Aku melihat dari box kaca yang memajang berbagai macam cincin yang berkilau jika dilihat dari atas.

Tapi, ada satu pasang yang mencolok di mataku. Aku langsung menunjuk itu kepada pegawainya.

Cincin itu sangat sederhana. Cincin itu terdiri atas dua warna, emas tua dan emas muda yang dipilin menjadi satu.

"bagaimana oppa? apa terlalu sederhana?"

Taehyung meneliti tiap cincinnya.

"kita ambil itu saja." Ujarnya.

Aku melihat ke arahnya.

"oppa tidak berkata apapun? Kalau tidak menyukainya, tidak usah dipaksa ambil"

Dia tersenyum kecil sembari mengacak rambutku.

"aku menyukainya. Aku dan Irene tidak terlalu berbeda. Warna coklat tua dan coklat muda cukup mewakili kepribadian kami. Dipilin menjadi satu berarti kami sudah terikat menjadi satu."

Aku tersenyum. Dia bisa membaca sedikit pemikiranku.

"ada satu hal yang sedikit mengangguku." Katanya.

Aku mendelik.

"kita bicarakan di cafe sebrang saja." Lanjutnya.

Taehyung oppa meminta pegawai toko untuk langsung membungkusnya setelah mencoba memasang di jariku atau jari Taehyung oppa.

Si pegawai tersenyum saat kami mencoba memakai bersamaan. Dia bilang kami cocok dan mirip. Katanya kami jodoh. Aku dan oppa tertawa menanggapi hal itu.

ini bukan kesekian kalinya kami dianggap seperti sepasang kekasih. Dan topik ini sering menjadi bahan Irene eonni melepaskan kecemburuannya pada oppa ckckc.



~~



Kami saling duduk dan menatap. Tidak ada suara kecuali kami saling menyeruput coklat hangat masing – masing.

Dia meletakkan cangkirnya kembali lalu melepas syal yang melilit lehernya.

Apa dia tak takut sakit? Di dalam cafe ini sudah cukup dingin apalagi sekarang sedang beralih menuju musim salju.

Dia memberikan syalnya padaku. Aku menatapnya bingung.

"pakailah. Jika tertiup angin, bekas permainanmu akan terlihat."

Dia mengedipkan mata sementara aku membulatkan mata.

Oh my god, padahal aku sudah memakai sweeter yang menutupi leher. Ternyata masih terlihat juga.

"kau sudah melakukan berapa kali? Bersama siapa kau lakukan itu ha?"

Aku menunduk. Aku mengacungkan jari telunjukku.

dia menaikkan daguku.

"kau sudah menemukan pria yang kau cintai? Kau tidak mungkin dengan gilanya bermain dengan pria yang tidak kau sukai bukan?"

aku mengangguk.

"hah, ku pikir kau benaran mengorbankan dirimu dengan menerima penawaran aboji seperti yang dikatakan Yoongi Hyung."

Aku berdehem.

"itu oppa, aku memang benar sudah menerima penawaran appa. Aku akan pulang ke rumah dan tidak bekerja di cafe. Aku akan bekerja di butik Wendy eonni"

"kau bodoh atau gimana? Aboji bukan hanya ingin mengenalkanmu begitu saja tapi akan menikahkanmu. Jika kau pikir ini soal hutang, biarkan kami yang membayar. Kau pikir kami tidak punya uang?. Jika ini soal bakti, bukan hanya kau saja yang ingin berbakti. Kami juga"

Aku semakin menunduk mendengar hal itu. aku serasa ingin menangis.

"hal yang paling diinginkan oleh semua, kau menyukai seseorang. Kau bisa membawa orang yang kau sukai ke rumah. Itu cukup adikku tersayang."

Dia mengelus kepalaku.

"lagian, bagaimana kalau kau hamil? dasar bodoh. Kau pikir si pria Taiwan itu mau menikahimu?!."

Aku hanya menggaruk kepalaku yang tidak gatal itu.

"sepertinya dia punya pacar oppa." kali ini aku mulai bersuara.

Dia menatapku dengan tak percaya.

"aku tidak tahu jika punya adik yang begitu bodoh." Cibirnya yang membuatku memukul lengannya dengan keras.

Aku mengambil nafas.

"sepertinya aku tidak akan hamil. Ini bukan masa suburku. Aku akan mengubur perasaanku terhadap pria itu. aku akan menuruti appa. Aku ingin menyenangkan appa untuk kali ini. memang aku sudah mengecewakannya. Tapi, jika memang aku harus menikah dengan pria itu. aku akan menikah. Aku akan katakan sejujurnya jika aku sudah tidak virgin lagi. Kalau aku menikah dengan pria itu, bukannya bagus? Hutang appa akan lunas. Aku punya suami. Semua masalah selesai."

Taehyung oppa yang mendengar penjelasanku memukul jidatnya lalu menggeleng.

"kalau kau pikir itu yang terbaik, lakukanlah. Aku sudah memperingatkanmu. Aku hanya akan membantumu saat kau sampai hamil."

Aku menggenggam tangan Taehyung oppa. dia tahu, aku ingin dipahami. Dia tahu, dia tidak bisa mengalahkan rasa keras kepalaku sampai aku terjatuh sendiri dan butuh dia untuk bangkit.

"terima kasih oppa."

Dia mengelus punggung tanganku juga.

"oppa.."

"hmm.."

"boleh tidak aku meminta sesuatu"

"apa?"

"boleh tidak aku memesan makanan? Aku lapar."

Dia melepaskan tangannya dari tanganku. Dia langsung menjitakku.

"bodoh! Pesan sana!"

tbc

Love Scenario✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang