Perpustakaan menjadi tempat favorit jeongin setelah ia pindah ke jakarta. Rasanya menyenangkan, membaca buku tanpa ada yang mengganggu dan juga bisa merasakan tenangnya suasana perpustakaan belum pernah itu rasakan sebelumnya.
Selama dibandung, jeongin tidak suka perpustakaan karna beberapa hal. Pertama membaca, kedua karna penjaganya galak. Ia selalu saja mengahabiskan waktu dikantin atau dibelakang sekolah bersama teman temannya, membolos beberapa pelajaran.
Kehidupan nya tidak sebaik dulu. Sejak kehadiran mama tirinya. Ia benar benar merasa tercekik jika ada dirumah. Mama tiri nya memang tidak jahat seperti yang ada di sinetron. Tetapi, dia benar benar tegas. Mirip guru BK disekolahnya dulu. Seumur umur jeongin tidak pernah berbelanja karna mama nya lah yang selalu melakukan semuanya ia hanya duduk dirumah bersantai. Tidak seperti sekarang, Duduk sebentar saja mama tiri nya sudah menyuruhkan beberapa kali.
Memang, Mama nya bilang itu agar jeongin dan baejin menjadi lelaki yang tangguh dan bukan menjadi pemalas. Mengajarkan bagaimana bercocok tanam setiap minggu sore, Mengajarkan caranya memasak, menyuci baju memakai sikat jika suatu saat tidak ada mesin cuci dan pekerjaan lainnya.
Menurut baejin, itu menyenangkan karna adiknya suka dengan semua hal yang mengeluarkan keringat. Tapi tidak dengan jeongin, bangun pagi pagi hanya untuk mengepel lantai, dari lantai satu sampai lantai tiga. Ia lakukan sendiri, karna setiap pagi mama nya selalu membagi tugas.
Baejin menyapu dan mengelap semua barang barang biar tidak ada debu.
Mama nya memasak dan mencuci piring.
Jeongin ngepel lantai dan juga mencuci baju.
Menggunakan sikat. Bukan menggunakan mesin cuci.
Lelah.
Tapi, ada sedikit rasa bahagia dihatinya. Karna setiap sesudah bersih bersih, Mama tiri nya selalu menyajikan makanan yang sangat enak tentunya. Dan juga, berat badannya yang selalu menurun serta terbentuknya otot tangan. Itu semua karna olahraga pagi yang berdasarkan pada bebersih rumah.
Tapi tetap saja. Jeongin tidak menyukai ibu tirinya.
"Kayanya masih lama" Jeongin melirik jam ditangannya, Jam kosong selama 3 jam. Jeongin habiskan 1,5 jam di perpustakaan. Membaca semua materi dan mengingat nya setidaknya ia bisa jadi sedikit pintar.
"Boleh gua duduk disini?"
Jeongin menoleh disaat melihat seseorang yang berdiri disampingnya. Benar benar tampan.
Seseorang yang tidak pernah ia lihat. Sepertinya kaka kelasnya, Lelaki itu juga memakai baju olahraga tangan pendek serta memegang botol air. Dan sedikit keringat didahinya. Tampan.Jeongin hampir saja terbawa ke alam dimana ia bermimpi menjadi orang seperti lelaki disampingnya ini.
"Boleh?" Sekali lagi bertanya.
Jeongin mengangguk ribut. tentu saja! Siapa yang akan rela menolak orang setampan dia? Ayolah, jeongin bukan orang yang bodoh dalam memilih teman.
"Silahkan duduk kak"
Dan Lelaki berbadan bagus itu duduk didepannya. Tepat dihadapannya. Jeongin menelan ludah berkali kali, kapan ia bisa seperti itu.
"Kak, maaf kaka kelas berapa ya? Kok saya ga pernah liat"
Lelaki itu tersenyum. Manis sekali.
"12 A dek. Gua juga ga pernah liat lu, lu anak baru?"
Dia mengedipkan matanya. Entah maksud apa tetapi, jeongin melayang.Mengapa tampan sekali.
"Iya kak. S-saya murid pindahan. Beberapa hari lalu saya pindah ke sini." Jeongin tertawa cangungg, "Oh, kaka ngapain disini?Ga baca buku?"
"Mau liat elu doang"
Blush. wajah jeongin memerah sampai ke telinga. Baper parah. Apalagi senyumnya...
"Gak lah. Mau ngadem aja. Disini deket sama ac. Panas banget tadi"
"Ahh. Iya"
Baru saja jeongin merasa terbang. taunya diphpin. Untung jeongin straight.
Saat itu, Hyunjin tidak sengaja melewati Perpustakaan. Disana ia melihat Daniel bersama dengan jeongin.
"Ngapain daniel sama si cupu?"
Sekelebat ia merasakan sesak di dada nya ketika melihat Daniel dan jeongin tertawa bersama. Tapi untuk apa mmerasakan sakit? Hyunjin tidak kenal dengan jeongin. Jadi behenti bersikap seeolah olah hyunjin lah yang paling mengerti tentang jeongin.
-To be continued-