Prolog

135 21 0
                                    

Teruntukumu kesayanganku,

Selamat malam, seluruh alam semesta. Apakah bumi akan terus bergejolak? Membuat semua manusia ketakutan. Apakah itu tanda bahwa bumi sudah kehilangan kasih sayangnya? Namun aku berharap bagaimana pun marahnya bumi, alam semesta bisa menjaga dirinya dalam keadaan yang baik di mana pun dia berada. Amin.

Malam ini aku akan menuliskan sebuah kisah sederhana yang dituliskan dengan tujuan yang sederhana pula. Berharap semua orang membacanya dan mau menjadi saksi perjalanan bisu ini. Tidak, atau lebih tepatnya aku mau dia bisa membaca tulisan ini, agar ia tahu seperti apa bentuk perasaan yang kurasakan pada saat itu. Aku ingin salah satu manusia yang menghuni bumi ini dapat menunjukan cerita ini kepadanya. Lalu menyampaikan bahwa aku merindukannya.

Tentu kisahnya akan menjadi indah jika dua hati yang sama saling bertemu lalu memutuskan untuk tetap bersama selamanya. Namun, akan berbeda jadinya jika hati bertemu dengan hati lainnya dengan bentuk yang tidak lagi sama. Inilah kisah tentang pertemuan aku dan dia, yang aku sendiri pun tidak pernah tahu bagaimana bentuk akhirnya atau jangan-jangan kisah ini tidak pernah memiliki akhirnya. Untuk itulah aku ingin mengajak dirimu menemaniku, melihat bagaimana ujung cerita ini.

Rasanya sulit sekali jika kita harus membicarakan ikhwal hati secara lugas lewat lidah, makanya aku memilih alternatif lain. Menuliskannya melalui kata-kata yang akan mendeskripsikan secara terperinci apakah ada momen yang mungkin terlewati atau terlupakan olehku hingga membuat semuanya seperti sekarang ini. Rumit.

Benar kita memang tidak pernah tahu akan ke mana hati bermuara. Tapi, setidaknya kita tahu apa maunya hati. Hanya saja terkadang keraguan membuat kemauan hati menjadi sedikit abstrak. Lalu kita berubah menjadi orang yang kehilangan warasnya. Membiarkan perasaan mengambil alih hingga kita lupa di mana lagi letak logika itu. Mungkin kita sering bertanya kenapa hati dan pikiran tidak bisa berbanding lurus dengan realita.

Sungguh, terkadang aku tidak mengerti apa maunya takdir. Kenapa membuatku selalu kembali ke awal lagi, lagi dan lagi. Seakan-akan hidup itu seperti putaran bumi yang akan selalu menjumpai pagi, siang, sore dan malam setiap harinya. Waktu memang terus berjalan membawaku terus kedepan, tapi tidak dengan hatiku. Hatiku tidak mau bergerak bahkan seinci pun tidak mau. Hatiku masih tetap berada di tempat semula. Lalu aku bertanya kenapa melupakan itu sulit sekali untuk dilakukan. Meskipun sudah berulang kali aku mengeraskan hati agar mau melupakan segalanya, melupakan dia. Berulang kali pula aku terjatuh ke tempat yang sama.

Seperti apa pun alurnya, takdir selalu mempertemukanku dengan dia tanpa rencana. Tapi bukankah sebuah kebetulan merupakan salah satu skenario terindah dari Tuhan. Sayangnya, aku tidak bisa menghindari skenario itu. Tanpa ada persiapan reading apa pun, aku dipaksa melakoni peranku tidak peduli aku bisa atau tidak. Aku percaya tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini. Semua telah diatur dan dihitung secara sistematis. Tidak ada satu hal pun yang terpeleset dari jalurnya. Mungkin memang iya, bahwa aku-lah yang memiliki kemampuan di atas rata-rata untuk memerankan tokoh pemilik jiwa bernama Zea.

Bantu aku untuk menyelesaikan kisah ini. Aku mohon.

Kezea Sastranegara

Zea & PramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang