Perpisahan

338 7 0
                                    

Pertemuan pertama ini seperti sebuah hantaman keras bagi seorang gadis mungil berparas ayu ini.
Jantungnya masih belum berhenti berdegup saat menatap wajah tampan namun tatapan tajam dari lelaki di hadapannya itu.

"Ega, baik-baik ya nak. Ibu pergi dulu, jaga diri kamu. Jangan kecewain mami Inul, jangan nyusahin kak Irwan mu juga"

Ya, gadis mungil itu bernama Ega. Bisa dibilang, dia adalah korban broken home. Kedua orang tuanya telah bercerai,dan kini ia harus berpisah dengan bunda tercintanya itu.
Ega akan diasuh oleh sepasang suami istri yang juga merupakan calon mama dan papa mertuanya. Mereka mempunyai anak bernama Irwan.

"Bunda hati-hati, maafin Ega ya Bun. Gara-gara Ega, semua jadi begini," air mata itu sukses sudah membasahi pipinya.

.
.
.

"Irwan, lihat Ega. Dia keliatan murung sekali, coba temui dia dan tenangkan hatinya" suara itu muncul dari balik pintu kamar, ia adalah ibu irwan. Atau yang dibilang mami Inul oleh Ega.

"Iya mi" tatapan tajam tak hentinya tersorot. Entah apa yang Irwan rasakan saat ini, tapi keadaan membuatnya begitu membenci Ega. Bukan benci, tapi sedikit tak suka.

Ia bergegas ke taman menemui gadis yang telah resmi menjadi tunangannya itu.
Irwan duduk di kursi dan menatap ke arah dimana banyak tumbuhan disana.
Sedangkan Ega, ia hanya diam dan belum menyadari kehadiran Irwan disitu.

"Apa yang kau tangisi?? Bukankah semua akan lebih baik ketika orang yang telah menghancurkan keluarga menghilang??"
Ega menoleh. Ia baru sadar akan kehadiran Irwan. Bergegas ia menghapus airmata nya. Egaenatap Irwan yang tengah menatap ke depan dgn tatapan datar. Bahkan suara yang Irwan keluarkan sama sekali tak ada nada lembutnya.

"Dia bukan penghancur kak, Ega bukan menangisi kejadian ini. Tapi Ega sedih dengan kepergian bunda,"

"Apapun itu, jelas aku tak akan peduli. Kau tau kan, kalau pertunangan ini terjadi tas dasar paksaan??"
Entah kenapa, hati Ega berdenyut perih mendengar tuturan Irwan yang begitu menusuk dadanya.

"Lalu kenapa kak Irwan bertanya??"

Irwan menoleh dan tersenyum miring.

"Aku kesini juga karena suruhan orangtuaku. Aku bertanya bukan berarti peduli kan?? Sudahlah, apapun itu semua ini jelas tak pernah aku inginkan"

Ega menatap mata Irwan yang penuh dengan ketajaman. Tak ada sama sekali tatapan meneduhkan yang keluar dari sorot matanya. Bahkan, Ega yang jelas-jelas tunangannya saja sama sekali tak diperlakukan manis sebagaimana pasangan pada umumnya.

"Ega tau kak, Ega juga sadar. Bahkan tahta dan kehidupan kita sangat berbeda. Bagaikan langit dan bumi bukan?"

"Bagus jika kau tau, jadi aku tak perlu membuang energiku untuk menjelaskannya"
Hati Ega terus berdegup kencang, bukan tanpa alasan kali ini dadanya terasa begitu berat saat harus menerima kenyataan bahwa sesungguhnya ia dan Irwan takkan pernah bisa bersatu. jika bisa, itupun hanya sebuah tipuan belaka.
.
.
.

#Irwan_POV

Irwan adalah seorang pria tampan yang memiliki bakat dalam menyanyi. Saat ini, ia sedang memulai karirnya di bidang tarik suara.
Irwan pernah memenangkan lomba menyanyi tingkat Kota saat ia masih duduk di bangku SMA. Bakat menyanyi itu baru bisa ia salurkan setelah lulus SMA. Dan sekarang, ia sedang merintis karirnya dengan mengikuti beberapa kompetisi bernyanyi di sekitar kota tempat tinggalnya.

Irwan memanglah tampan, tapi siapa sangka jika saat ini ia tengah menjomblo. Dan yang lebih mengesankan nya lagi, Irwan tak berpikiran untuk mencari kekasih, Karna menurutnya punya kekasih hanya membuang waktu saja. Jika siap, ia akan segera menikah tanpa harus berpacaran.
Irwan lebih senang berteman dgn teman wanita, tak jarang banyak perempuan cantik yang telah mengungkapkan perasaan nya pada Irwan. Namun, tak pernah Irwan gubris.
Ada seorang wanita yang tengah dekat dengan Irwan, dan itu aja tengah menjadi bahan pembicaraan di kampus tempatnya kuliah.
Wajar saja, Karna bisa dibilang Irwan adalah lelaki paling tampan yang ada di universitas itu. Bahkan, bisa separuh lebih dari kampus itu, kebanyakan punya rasa pada Irwan.

#Authors_Pov

"Irwan, temenin aku belanja ya, hari ini juga aku ada janji sama temen bisnis aku. Kita mau ngomongin soal usaha ya g bakal aku rintis dalam waktu dekat ini" ucap seorang gadis yang bergelayut manja di lengan Irwan. Gadis itu cukup cantik, cocoklah dengan Irwan.

Disisi lain, ada hati lain yang tercubit melihat kedekatan mereka berdua. Siapa lagi kalau bukan Ega.
Bagaimana tidak, Ega ini adalah tunangan Irwan. Siapa wanita yang tahan melihat tunangannya berduaan dengan wanita lain??
Ya.. walaupun status pertunangan ini memang tak pernah dianggap ada oleh Irwan.

"Iya, Aul. Tapi hari ini aku capek banget, sebentar aja ya kita perginya. Aku mau istirahat"

"Yah..Irwan. kok sebentar sih?? Hari ini tuh hari penting aku loh, emang kamu ga care lagi sama aku? Tega biarin bisnis aku gagal kalo dikerjainnya ga maksimal??" Ucap gadis itu bernama Aulia yang bertingkah manja di depan Irwan.

"Tapi Aul,.."

"Yaudah..!! Aku pergi aja, tapi jangan harap kita bakalan ketemu lagi" Aulia hendak pergi namun tangannya ditahan oleh Irwan.

Irwan menghela nafasnya panjang. Gadis ini, memang begitu manja. Ia harus ekstra sabar menghadapi Aulia.

"Iyaiya, jangan ngambek gitu dong"

Ega terus memperhatikan Irwan dan Aulia. Dadanya terasa perih, nafasnya sesak menatap keadaan yang begitu menyiksa ini.
'begitu berartikah gadis itu bagi kak Irwan?'
Matanya berkaca-kaca melihat adegan mesra yang dikeluarkan Aulia kepada Irwan. Ada hubungan apa antara Aulia dan Irwan?? Tak mungkin jika hanya sebatas teman.
.
.
.
.

"Jadi, dari tadi kau disini?? Untuk apa?"

"Kak Irwan sadar dengan perkataan kak Irwan barusan?? Kak Irwan sadar gak kalo Ega ini tunangan kak Irwan? Ada harganya ga sih Ega disini kak?"

Irwan terdiam. Ia merenungi keadaan. Benar. Ega adalah tunangannya. Dan tak seharusnya ia bersikap seperti itu pada wanita lain. Tapi pikiran itu segera ditepis, ia tak ingin menyalah artikan. Untuk apa juga ia merasa bersalah? Toh kehadiran ega memang tak ada gunanya.

"Lalu, apa urusannya?? Aku tau kau tunangan ku, tapi tak harus seperti ini. Status kita tak perlu dipublikasikan sebelum waktunya,"

Ega terperanjat tak percaya. Bagaimana jalan pikiran Irwan? Sebenarnya ia punya hati atau tidak??
Mungkin Tuhan menciptakannya memang tak didasari rasa peka. Bahkan, Irwan tak pernah mengerti dan sadar bahwa saat ini Ega tengah cemburu dengan kedekatan Irwan dan Aulia.
.
.
.
.
Hari berlalu begitu juga dengan bulan yang berganti tahun. Hingga tak terasa, Ega sudah 1 tahun menetap di Jakarta. Tepatnya bersama dengan calon suaminya, yaitu Irwan.
Ia tinggal di kos yang lumayan jauh dari rumah Irwan. Tapi itu bukan masalah, Karna jarak dari tempat kos dan kampusnya tak begitu jauh.
Ega dan irwan memang satu kampus, hanya beda jurusan dan sering beda jadwal dan jam mata kuliah.
Dan selama setahun itu pula, Irwan dan Aulia terlihat dekat bahkan lebih dekat jika dipandang dari sudut pandang Ega. Selama itu pula, Ega harus makan hati Karna sikap Irwan yang belum bisa menjaga hati dan perasaannya.

Hari itu, Ega dan Irwan bertemu di BEM tempat kumpul beberapa organisasi yang ada di kampus itu.

"Kak Irwan" Pekik Ega saat melihat Irwan tengah bercanda ria dengan beberapa gadis cantik dan satu orang lelaki tampan.

"Siapa? Kamu kenal,ga?" Ucap Rara, teman kampus Ega.

"Emh, ngga. Iya aku tau doang, itu kan kak irwan ketua BEM disini. Ya kan?"

Rara mengangguk paham.

"Ga, nanti sore mau ikut kita gak? Anak BEM mau ngadain konser tunggal multitalenta nanti malem, kamu ikut ya?" Ucap Lesti,
Ega berfikir sejenak. Jika anak BEM mengadakan konser, sudah pasti ada Irwan disana. Apa iya Ega harus datang, bagaimana jika Irwan dan Aulia bermesraan lagi? Ega tak mau makan hati lagi, tapi jika tak ikut, tentu temannya akan menganggap nya tak asik.

"Ga, kok malah bengong?? Mau ikut gak??" Ucap Rara.

"Ikut aja ya ga, nanti kita bakal seru seruan disana, kita bisa request lagi dan nyanyi bareng anak BEM yang ganteng2 itu, aku jadi ga sabar pengen liat kak Rizky kali nge band gimana?"

"Emm, yaudah aku ikut tapi sebentar aja ya. Aku soalnya ada janji, jadi ga bisa lama2"
Ega berbohong dengan temannya. Bukan tanpa alasan, ia seperti itu hanya ingin menghindari kekecewaan ya g sudah cukup menumpuk di hati dan dadanya. Belum lagi jika ia harus melihat kedekatan Irwan dan Aulia yang semakin membuatnya tak nyaman.

#bersambung

KETIKA IRGA BERTASBIHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang