BAB 1

23.9K 2.4K 126
                                    

Hal pertama yang dilakukan Laura Smith setiap bangun tidur di pagi hari adalah menyiapkan sarapan bagi kedua anaknya, membuat bekal makan siang, mengeluarkan pakaian untuk ke sekolah serta mendorong mereka ke kamar mandi secara bergiliran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hal pertama yang dilakukan Laura Smith setiap bangun tidur di pagi hari adalah menyiapkan sarapan bagi kedua anaknya, membuat bekal makan siang, mengeluarkan pakaian untuk ke sekolah serta mendorong mereka ke kamar mandi secara bergiliran. Perjuangan terberat adalah menyeret Patrick turun dari ranjang nyamannya dengan usaha membuang selimut yang membungkus anak laki-laki itu ke sudut kamar.

"Patrick! Bangun! Kau akan terlambat, sayang." Laura mencium pipi Patrick dan mengernyitkan keningnya ketika mencium aroma air liur di pipi anak berusia 7 tahun itu.

Patrick menarik tinggi selimutnya hingga membenamkan kepalanya di sana seraya bergumam malas. "Sebentar lagi, mommy." Dia meringkuk seperti ulat.

"Dia bermain game di ponselnya." Ava melompat dari ranjang, berkata lantang agar Patrick mendengar aduannya.

"Aku tidak bermain game!" Patrick mengeluarkan wajahnya dari balik selimut dan berteriak pada kakaknya yang berlari keluar dari kamar mereka sambil tertawa keras. "Mommy! Aku tidak mau lagi berbagi kamar dengan Ava!" Patrick membuang selimutnya ke lantai, melompat dari ranjang dan berlari mengejar sang kakak yang masih tertawa sepanjang rumah.

"Patrick! Ava! Kamar mandinya hanya ada satu!" Laura juga berteriak mengimbangi suara anak-anaknya yang membahana sepenjuru rumah, langkah-langkah kaki mereka yang berlarian saling berebut kamar mandi dapat didengarnya dengan jelas.

Laura menghela napas dan memunguti selimut Patrick, merapikan ranjang anak laki-laki itu dan melipat selimut dengan rapi. Dia melakukan hal yang sama pada ranjang Ava yang berada di seberang ranjang Patrick. Beberapa mainan yang berserakan di lantai, dibenahinya sebelum dia membuka jendela kamar.

Udara pagi yang segar segera menyapanya dan Laura memerhatikan pemukiman nyaman yang ditinggalinya. Berada di Washington Square West, Philadelphia, adalah pilihan Laura bersama anak-anaknya sejak suaminya meninggal 4 tahun lalu, Anthony Smith, akibat kecelakaan di New York.

Setahun tetap berada di New York usai meninggal Anthony, Laura tak sanggup berada di kota yang menyimpan banyak kenangannya bersama Anthony. Setelah menerima seluruh tabungan peninggalan almarhum melalui pengacara yang mengurus perkara kecelakaan tersebut, Laura dan anak-anaknya meninggalkan New York. Ia bahkan menolak kenyataan bahwa Anthony sengaja melempar dirinya sendiri tepat di depan sebuah mobil yang sedang berjalan di jalur yang benar, banyak saksi pejalan kaki yang membenarkan pernyataan itu hingga pemilik mobil tidak disidang sebagai tersangka, bahkan Laura menerima uang duka dari si pemilik mobil yang amat cukup baginya memulai hidup baru.

Tentu saja tidak mudah memulai semuanya dari awal tanpa suaminya. Saat kejadian itu terjadi, bahkan Ava masih berusia 5 tahun dan Patrick 3 tahun. Laura menolak kembali ke Texas, di mana orangtuanya tinggal demikian juga ke D.C, tempat berkumpulnya keluarga Smith. Lebih baik bagi Laura pergi jauh dari New York dan tak merepotkan semua pihak. Maka dengan bantuan Angela, sahabat baiknya saat High School, yang bekerja di salah satu bank di Philadelphia, Laura mendapatkan sebuah rumah kosong di salah satu pemukiman nyaman di Washington Square West.

THE MAN NEXT DOORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang