BAB 3

22K 2.3K 169
                                    

"Jangan lagi nakal di halaman rumah sebelah." Laura berkata pada dua anaknya di dapur, ketika ia sedang membuat makan malam untuk mereka. Sejam lalu, dia memantau dari jendela dapur, memerhatikan Ava dan Patrick yang menyelesaikan tugasnya membersihkan kekacauan mereka di halaman rumput pria tetangga sebelah rumah. Laura bisa melihat bahwa pria jangkung itu mengeringkan tubuhnya dengan handuk dan memakai pakaian normal di bagian tubuh atasnya, yang mana hal itu membuat Laura mengembuskan napas lega.

Laura tak habis pikir apa yang ada di pikiran pria itu bertelanjang dada di halaman rumah sepanjang hari di kota kecil seperti Washington Square West, di mana setiap jendela rumah selalu terpentang lebar, membawa pemiliknya bebas menatap ke mana saja dan menggosip apa yang mereka lihat sesuka hati. Ya, itu memang halaman rumahnya sih? Pikir Laura pasrah. Tapi bukan berarti pria itu bisa berlaku layaknya di pantai.

Dan kini anak-anaknya sudah membuat masalah dengan pria seperti Ben Cavanaugh, yang diyakini Laura hal itu akan terulang kembali selama mereka bertetangga. Ia melirik dua anaknya yang duduk diam di meja makan, menikmati masing-masing ice cream milik mereka, diam mendengarkan teguran Laura.

"Oke? Mommy ingin mendengar jawaban kalian." Laura bersandar di tepian konter, tersenyum lembut pada Ava dan Patrick. "Ava? Patrick? Aku tidak mendengar suara apapun?"

Patrick menjawab dengan meringis. "Aku hanya penasaran, mommy." Dia menjauhkan ice creamnya. "Pelanggan mommy di toko menceritakan bahwa tetangga baru kita memiliki Golden Retriever."

"Paman Joey dan Nick juga memiliki anjing yang sama," desis Ava. "Kau hanya ingin mengganggu anjing itu karena dia mengambil halaman rumput bermainmu selama setahun rumah itu kosong." Ava menendang kaki Patrick di bawah meja.

Patrick meringis. "Ayolah, Ava. Aku mengatakan yang sesungguhnya. Golden Retriever milik Paman Joey dan Nick bahkan bernama Mimi, padahal dia anjing jantan. Euww..." ia merinding sendirian dan Ava mau tak mau ikut merinding. "Kurasa Mimi takkan pernah menemukan betinanya."

Laura menahan tawa yang siap terlontar mendengar pembicaraan kedua anaknya. Membahas Joey dan Nick memang tak ada habisnya. Pasangan itu manis tapi terkadang kelakuan mereka membuat Laura geleng-geleng kepala. Dia berdehem menghentikan pembicaran konyol anak-anak itu.

"Baiklah, apapun alasan kalian, pokoknya tidak boleh mengganggu pria di sebelah. Deal? Walaupun anjingnya menarik." Laura bertepuk tangan. "Kasus selesai." Dia membalikkan badannya, siap kembali membuat menu makan malam.

Ava menggerutu. "Mr. Cavanaugh itu seperti raksasa. Kurasa Mommy yang tak boleh membuat masalah dengannya."

Laura mengerutkan dahinya dan menoleh Ava melalui bahunya. Dia tertawa geli. "Mengapa kau berpikir bahwa mommy harus seperti itu?"

Ava mengangkat bahunya dan melompat dari kursi, membantu Laura membersihkan daun salada, menjawab pertanyaan ibunya dengan santai. "Entahlah, dia seperti...apa ya..." Ava mendongak, mencari kata-kata yang tepat untuk menggambarkan Ben.

"Dia seperti pria viking yang membawa pentungan. Dia menatap Mommy seperti tawanan."

Ava melempar sepercik air ke wajah Patrick. "Viking berambut panjang! Dia berambut pendek. Kurasa dia pantas seperti perompak."

Patrick melahap habis ice creamnya dan turun dari kursi, berdiri di samping Laura yang membuka pintu lemari pendingin. "Viking ataupun perompak, Mommy tak boleh menginjak halaman rumahnya. Aku sudah mengancamnya."

Laura membelalakkan matanya. Dia membungkuk tepat di depan Patrick yang membusungkan dada dengan bangga. "Wah, putra mommy sudah seperti jagoan. Kau mengancam Mr. Cavanaugh yang seperti raksasa?" ia memicingkan mata dengan mengulum senyum. "Mommy rasa tak perlu takut apapun jika ada penjaga seperti kalian." Laura mencium puncak kepala Patrick dan pipi Ava yang merona senang.

THE MAN NEXT DOORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang