FA-1

12 3 0
                                    

"Jika kau Tahu menunggu
itu tidak Enak,
Lalu mengapa kau membiarkanku menunggu
tanpa kepastian seperti ini?"

❇❇❇

Jam sudah Menunjukan pukul 17:20 itu Artinya Flavy sudah menunggu kakaknya didepan gerbang sekolah hampir Satu Jam Lamanya. Ia mengumpat beberapa kali kepada kakak Laknatnya itu, bagaimana bisa ia membiarkan Adik sematawayangnya Menunggu, tanpa kabar seperti Ini? Astaga! Ini sangat keterlaluan!

Matahari hampir Terbenam, Langit berganti menjadi gelap perlahan.  Cewek dengan Rambut dikuncir kuda itu mulai gusar, dilihatnya kembali Benda Persegi panjang berbentuk pipih itu dengan dilapisi Selikon kartun Kucing, berharap Ada notifikasi dari kakaknya, tapi Nihil. tak Notif dari siapapun disana. Ponselnya mulai meredup, dan seketika ponselnya mati. Ingin sekali Flavy Memberhentikan Kendaraan Umum seperti taksi, tapi apalah daya. Flavy terlalu Takut, Akibat banyak berita ditv yang menayangkan Supir taksi yang Menculik penumpangnya Sendiri. Ah sial!

"Astaga! Terkutuklah kau kak!"

Jika begini jadinya, lebih baik Flavy ikut bersama Rhiri, sahabatnya. paling tidak ia tidak akan Merasakan berada diposisi sekarang ini. Menyebalkan!

Ini semua Memang salah kakak Laknatnya itu! Jika dirinya tidak bisa menjemputnya, mengapa ia memberi Notif tak berguna Siang tadi. Dengan mengiriminya pesan seakan-akan Kakaknya bisa menjemputnya dengan pasti, Nyatanya Realita terlalu Menyedihkan untuknya. Arrgghhh!

Disaat Flavy sedang sibuk menggerutu dan mengumpat tanpa Sadar seseorang dengan Motor KLX dan Helm Fullfacenya telah berhenti tepat didepan matanya.

"Ehem"

Flavy Mendongak, terpaku. Kakinya tanpa disuruh malah Gemetar tak karuan. Flavy melaparkan doa didalam hatinya berharap Tuhan Melindunginya dari godaan-godaan Cogan. Eh

Avy masih pengen hidup ya Allah, tolong Lindungi Avy!

❇❇❇

Aku membereskan semua perlengkapan basketku kedalam tas Ranselku, bergegas untuk Segera pulang. Khawatir jika Bunda Akan Menungguku sampai ketiduran disofa, jika aku pulang terlalu Malam. Aku sudah memberikannya beribu Alasan agar tidak Menungguku bila aku belum pulang hingga Larut Malam. 'Avan sudah besar bun, Bunda gausah cemas Lagi kalo Avan Ngga ada dirumah'. Tapi, Bunda berserikeras untuk tetap seperti itu.

"Mau pulang sekarang?" tanya Vedro, Salah satu teman Basketku.

Aku mengangguk Lalu pamit kepada teman-temanku untuk pulang Lebih awal.

Aku keluar dari gedung basket dengan Motor kesayanganku. Kenapa begitu? Karna Motor ini kubeli hasil dari Uang tabunganku selama 2 tahun. Aku menolak ketika Ayah Menawarkannku Motor ini, sebagai Hadiah Ulang tahunku yang Ke-17 tahun kemarin. Dengan Alasan Aku hanya ingin dibelikan Motor Vespa Klasik seperti punya kakekku dulu. Alhasil Ayah Membelikanku Juga Vespa yang Hanya kupakai jika aku Ingin berkeliling kota.

Aku melewati Jalan didepan sekolahku, karna memang ini jalan satu-satunya menuju Rumahku. Saat Aku melintas, tanpa sengaja aku menoleh kearah kiri. tepatnya melihat Seorang Wanita yang masih mengenakan seragam sekolah, didepan Gerbang dengan Wajah sepertinya... Kesal? Mungkin Wanita itu sedang Menunggu seseorang, tapi yang ditunggunya tak kunjung datang? Ah maybe.

Aku berhenti tepat didepannya, Namun sepertinya ia belum menyadarinya. Sepertinya sedikit Deheman Akan Menyadarkannya.

"Ehem"

Wanita itu Mendongak. Aku menatapnya intens. Tanpa membuka helmku.
Ada sirat ketakutan dimatanya, aku bisa Rasakan itu.
Oh ayolah, apakah Wajahku Semenyeramkan Hantu? Atau Preman? Wajah Manis gini kok.

FlavanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang