1.

16 2 0
                                    

Aku turun menapakkan langkah kakiku dibawah anak tangga,  mereka tersenyum simpul di dalam ruang makan dan aku tersenyum sepersekian detik.

"Pagi bunda,  ayah,  mas!" sapaku melangkahkan kakiku menuju meja makan,  mencium pipi mereka masing masing

"Ditungguin, gak turun-turun,  ngapain aja?  Ritual lama banget" dumel mamasku sinis,  aku hanya tersenyum paksa

"Biarin, lagian siapa suruh nunggu,  biasanya kan udah berangkat duluan, pasti ada maunya kan? " tanyaku mengintrogasi

"Enak aja kalo ngomong" satu jitakan mendarat mulus di kepalaku yang diselimuti kerudung berwarna putih

Aku meringis,  menatap tajam mamas yang tersenyum evil "Ah,  bodo aku mau berangkat sekarang" rajukku pada mamasku

"Makan dulu Yumna! " perintah bundaku dengan lembut

"Gausah,  udah mepet nihhh" jawabku melirik jam tangan, aku memperhatikan ayahku yang sibuk dengan sarapannya,  sedetik kemudian melihatku dengan mata tajam

"Makan sekarang! " perintah ayahku,  aku hanya menghela nafas,  ini yang aku tak suka harus meng-iyakan permintaan ayah apapun itu

"Tapi yahh, a... " belum sempat aku melanjutkan kata-kataku, ayahku angkat bicara

"Gak ada tapi-tapian,  kalo gak mau makan,  gausah berangkat sekolah,  buat apa sekolah" Aku hanya menuruti permintaan ayah daripada terus berdebat ujung-ujungnya ayah yang menang.

"Iya ayah" turutku langsung duduk di kursi ruang makan, aku melirik mamas yang tertawa tanpa suara dan aku melihat mimik mulutnya yang berkata "Rasain lo"

Suara dentingan sendok, garpu,  dan piring beradu di meja makan menimbulkan nada yang teratur,  tak ada suara orang berbicara termasuk keluarga ini.

"Aku udah selesai sarapan nya,  Bunda aku berangkat dulu sama mamas" salamku pada Bunda

"Bentar,  ini bekel buat kamu,  dimakan,  gausah jajan ssmbarangan nanti sakit, oh ya,  Bunda nanti pulang malam kamu jangan tungguin Bunda" aku hanya mengangguk patuh

"Yah" aku berjalan ke Ayah "aku berangkat sekolah,  maaf soal tadi yaa,  Yumna gak bermaksud, Yum.. " lanjutku disela oleh ayah

"Tsut,  ayah yang minta maaf,  terlalu keras sama kamu,  hati-hati pulangnya,  pulang langsung pulang,  kalo ada apa-apa telfon ayah,  bunda,  atau mamas,  gak boleh pergi sendiri" nasihat ayahku aku hanya patuh memeluk ayah,  nyamannya pelukan ayah

"Siap komandan," aku memberi hormat selayaknya bawahan dengan atasan,  Ayah lalu hormat dan tersenyum mencium keningku dengan lembut.

"Besok pasti aku kangen ayah,  ayah hati- hati disana,  jangan lupa makan,  ibadah,  oke ayah" ucapku sendu

"Iya,  pasti ayah ingat kok"

"Aku berangkat ya,  yah bund,  Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam" jawab mereka secara bersamaan

*****

Ayah, ayahku seorang panutan dan pemimpin untuk keluarga,  dan menjadi motivasi ku untuk menjadi lebih baik.  Berbicara secara halus namun tegas membuat keistimewaan nya terpancar.

"Mas ayo, duapuluh menit lagi sekolahku masuk" Mamasku hanya mengganggukkan kepala karena masih mejawab telfon entah dari siapa

Dua menit berlalu, waktuku terbuang sia-sia hanya untuk menunggu mamasku bertelfonan

"Aish,  lama banget sihh" gerutuku pada mamas yang sudah selesai bertelfonan

"Sabar kek,  ada urusan mendadak nihh,  jadi nanti pulangnya kamu gak dijemput mamas,  nebeng siapalah temen kamu, tapi jangan sampai kamu naik angkot,  taksi,  atau ojek,  kalau mamas liat, awas tak bilangin ayah" ucapnya panjang lebar sambil berjalan menuju garasi

"Iya,  iya, udah tau kok,  lagian itu melulu yang dibilang mamas"

Aku lalu membuka pintu mobil pertama,  karena kalau yang belakang pasti mamas akan bilang "aku bukan supir, jadi duduk di depan",  lagian aku juga suka didepan,  karena bisa liat yang ada di depannya

*****

5 menit kemudian aku dan mamas sudah sampai di Islamic Senior High School atau disingkat ISHS,  semua orang disini beragama Islam dan untuk perempuan diwajibkan menggunakan kerudung sampai bawah dada.

Ayah dan bunda menyekolahkan ku disini karena anak jaman sekarang minim pengetahuan tentang agama,  maka dari itu ayah dan bundaku menyekolahkan ku di sekolah islam agar lebih baik untuk agamanya.

"Nanti inget pesen mamas,  gak boleh pakai ojek,  taxi,  atau angkot lainnya,  jangan sampai pakai angkutan umum,  awas kamu! " aku hanya mengangguk malas saat ingin membuka pintu mobil tertahankan

"Denger gak kamu? " Aku hanya mengangguk setelahnya menjawab dengan singkat "ya"

"Belajar yang bener, dengerin guru yang nerangin, bekel bunda dimakan,  nanti kalo gak dimakan kamu sakit,  nanti kalo ujian tunjukin bahwa adek mamas bisa dibanggain, adek mamas selalu bisa, inget kata-kata itu"

Mamas mengecup puncak kepalaku,  ada rasa sayang tersalurkan diantara kita, 
kalo gini pasti ujung-ujungnya nangis,  huwa aku kangen babang lima hari gak ngabarin,  awas kalo pulang aku kasih hukuman

"Siap mas dokter,  akan selalu aku inget pesennya kok mas,  tenang aja,  mas ati-ati jangan pulang larut malam,  nanti gak ada yang nemenin aku" ucapku sendu dibalas senyuman mamas, 

"Oke,  sweetheart, aku inget pasti kok"

Aku membuka seatbelt dan membuka pintu mobil,  sedangkan mamasku memanaskan mobilnya,  sebelum pergi mamas memberikan flying kiss untukku,  aku hanya membalas dengan lambaian tangan.

"Cie dianter pak dokter,  gimana rasanya?  Pasti seneng banget kan? " tanya temanku seperjuangan Thalitha namanya

"Apaan sih lo,  emang ada rasa kalo dianter pak dokter,  seneng banget lah, dianter sama mamas sendiri kok gak seneng" jawabku tersenyum berjalan menuju kelas 10 Mipa 1 kelasku, 

Jangan lupakan, Tahalitha adalah sahabatku yang always mengerti aku, susah senang kita selalu bersama,  dan jangan lupakan jika kalian masuk ke kelas ku karena kelas 10 Mipa 1 bagaikan keluarga kedua menurutku, 

Ada Andrian yang menjadi pemimpin kelas yang selalu memotivasi anggotanya,

Walaupun kami berada di kelas unggulan kami memandang sama sebagai teman,  kami pun selalu bekerja sama dalam hal apapun kecuali ulangan atupun ujian. Tapi kalo soal tugas pasti belajar bareng,  itu yang membuat aku pasti akan rindu 3 tahun kemudian.

"Assalamu'alaikum" salamku saat memasuki kelasku, semua mata tertuju padaku kecuali para cowok yang sibuk dengan game-nya dan dibalas semua orang yang ada di kelas

"Wa'alaikumsalam"

"Wa'alaikumsalam, Na" jawaban terakhir dari Adolf temanku penyuka game sekaligus saudaraku dari bundaku

"Telat lo,  dasar Ado,  bola golf, giliran game aja di cepetin untuk menang,  kalo salam telat yang jawab, emang mobile legent, AOV,  bisa bikin masuk surga,  enggak kan,  palahan jerumus masuk ke neraka lo"

Bukan aku yang menjawab panjang lebar tetapi Abizar cowok dengan sejuta pesona mengikat hati kaum hawa,  bukan hanya kegantengan nya yang ia jualkan,  tapi agamanya yang sangat tinggi membuat siapa yang tidak tertarik dengannya.

"Biarin lah,  suka-suka gue lah,  ya nggak Na? " Adolf melirik aku untuk meng-iyakan permintaannya, aku hanya mengangguk lalu berjalan menuju bangku duduk ku.

"Nah Yumna aja ngangguk,  lagian ngapain kalian kepo,  dasar sifat orang" lalu Adolf melanjutkan game nya yang ia pause tadi

"Belajar agar bisa jadi kebanggaan keluarga,  buktikan bahwa kamu bisa menjadi yang terbaik diantara yang terbaik"
Alvian Kaera Soedjoningrat

[SBL1] NaDi?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang