"Ketika keajaiban yang aku harapkan hari ini tidak terjadi, dan seterusnya aku selalu berharap esok keajaiban itu akan datang lagi, hingga aku sadar hari esok itu tidak pernah datang"
---
Sekarang sekitar pukul 06.50, meiko sudah rapih dengan seragam sekolahnya yang terlihat begitu lucu di tubuh ramping meiko, dengan rok diatas lutut dan kemeja putih yang berbalut jas berwarna merah muda yang ia kenakan, hari ini dia mengepang rambutnya dan terlihat sangat cantik untuk gadis seumuran meiko. Meiko yang masih membereskan buku bukunya di dalam kamar tiba tiba mendengar suara ayahnya yang memanggil dari luar.
"Meiko, mari kita sarapan ayah sudah menyiapkan makanan untukmu"
"Iyah yah, aku segera keluar sebentar lagi ayah duluan saja ke meja makan nanti aku nyusul" jawab meiko dengan nada suara yang sedikit keras.
Tak lama kemudian meiko keluar dari kamarnya dengan membawa tas berukuran kecil yang hanya cukup untuk 2 buku saja. Selebihnya buku yang dia bawa di pegang oleh tangannya.
"Morning yah, ayah pagi ini masak apa?" tanya meiko kepada ayahnya yang sedang membereskan dapur yang sedikit berantakan karna sudah memasak makanan untuk sarapan.
"Duduklah ayah sudah menyiapkan makanan kesukaan kamu, yaitu nasi goreng buatan ayah, cepat makanlah" sambil memberikan nasi kepada meiko yang sedikit bengong melihat apa yang sudah ayahnya masak.
"Terimakasih ayah, love you" jawab meiko dengan sedikit tersenyum.
Waktu sudah menunjukan pukul 06.20 dan saatnya untuk meiko berangkat ke sekolahnya, pagi ini meiko diantar oleh ayahnya dengan mobil pribadi milik ayah meiko sekaligus ayahnya pun berangkat bekerja di kantor yang lumayan jauh dari rumah.
Setelah sampai depan gerbang, Meiko turun dari mobil mencium tangan ayahnya dan mengucapkan selamat tinggal kepada ayahnya yang mulai melaju dengan kecepatan normal.
Beberapa langkah menuju gerbang meiko mendengar langkah kaki yang tergesa gesa dan tiba2 "Brukkkk," seseorang telah menabrak meiko dan membuat buku2 yang meiko pegang jatuh berantakan."Maap aku tidak sengaja, tadi aku sedang terburu2"
Suara itu tidak asing di telinga meiko, dan ya dugaan meiko benar dia adalah zen teman sekelas meiko yang kadang membuat rusuh seperti sekarang contohnya."Apa kamu tidak bisa melihat saat kamu sedang berjalan?!" tanya meiko dengan nada suara yang ketus.
"Aku tidak melihatmu mungkin karna kamu terlalu pendek dan kecil, lain kali jika tidak mau ini terulang kembali jangan berjalan di tengah berjalan lah di samping jalan aku hanya takut kamu tertabrak orang lain selain aku"
Jawab zen dengan sedikit meledek meiko yang memang tinggi meiko hanya 155cm berbeda dengan zen yang mempunyai tinggi 180cm, pantas saja dia selalu meledek meiko dengan sebutan mungil.
Tanpa basa basi meiko berjalan meninggalkan zen yang berada di belakangnya, meiko memasuki kelas dan mulai duduk di tempat yang biasa dia duduki yaitu di dekat kaca paling pojok belakang, menurut dia tempat itu terasa nyaman karna dia bisa melihat orang2 yang berada di lapangan, ya memang karna kelas meiko berada di lantai 2 pantas saja dia bisa melihat kondisi yang ada di lapangan.
Tidak lama kemudian zen datang dengan membanting tas ke tempat duduknya yang berada di belakang tempat duduk meiko, dan sontak membuat meiko terkejut.
"Yakk! Apakah kamu tidak bisa sedikit berhati2?!" tanya meiko dengan sedikit merasa kesal.
"Apakah pagimu seburuk itu hingga membuat kamu selalu marah2 hari ini? Aku begitu merasa risi dengan nada suaramu itu" tanya zen dengan sedikit heran dan selalu membuat meiko merasa kesal.
"Iyah, dan kenapa kamu tidak PINDAH tempat duduk saja supaya kamu tidak mendengar suara ku" jawab meiko dengan sedikit menegaskan kata pindah.
"Sayangnya aku sudah terlanjur merasa nyaman disini" ucap zen dengan nada suara yang sengaja agar membuat meiko merasa tambah kesal dan dengan sedikit senyuman di bibirnya.
Pagi itu pagi yang sangat menjengkelkan bagi meiko, dia harus bertemu dengan zen orang menyebalkan itu 2 kali dan selalu membuat meiko merasa kesal pagi ini, ya walaupun meiko sadar dia akan selalu bertemu dengan zen karna mereka satu kelas, tapi rasanya dia ingin merasa tenang tanpa zen yang selalu membuat keributan.
...
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRACLE IN LOVE
Teen FictionSeorang gadis yang memperjuangkan cinta sejatinya meskipun dengan seribu luka yang ia terima setiap waktunya. MEIKO gadis cantik yang masih berusia 18 tahun, dia baru menginjak kelas 2 SMA di sekolah favorit, dia hanya tinggal bersama ayahnya, karna...