"Tidak ada yang lebih menyakitkan disaat kebahagiaan kita datang disambut dengan sebuah perpisahan."
---
Kini meiko sedang berada didalam ruangan zen. Hanya ada meiko, zen dan suara denting alat mesin jantung yang masih melekat ditubuh zen.
"Aku tau sekarang kamu akan mendengarkan ku zen." ucap meiko.
"Aku mohon bangunlah, buka matamu zen jangan tinggalkan aku sendirian. Bukannya kamu berjanji tidak akan meninggalkan aku sendirian? Jadi aku mohon buka mata kamu zen!" lirih meiko.
Nana yang melihat ini dibalik jendelapun seperti merasakan sakitnya yang meiko rasakan.
"Zen aku mohon bangun, tunjukan sama mereka kalau kamu baik2 ajah zen, tunjukan sama mereka diluar sana kalau kamu sudah sembuh kamu akan sembuh zen, bangun!!!!!" kini perasaan meiko tidak bisa terkontrol lagi.
Meiko mengguncangkan tubuh zen dengan sedikit keras dan menaikan nada suaranya berusaha untuk membuat zen membuka matanya.
Meikopun memejamkan mata dan menundukan kepalanya diatas dada bidang zen berharap disaat dia membuka mata zen sudah sadar.
Namun, pemandangan yang meiko lihat tetap sama. Zen yang masih menutup matanya dan terbaring terlihat begitu sangat lemah.
"Kamu bilang kamu jatuh cinta sama aku, kamu bilang kamu akan menjagaku. Lalu bagaimana kamu akan menjagaku jika kamu terus menutup matamu seperti itu zen. Sudah cukup lama bagi aku hidup tanpa kamu, kamu tidak tau kan apa yang aku lakukan? Kamu juga tidak tau apa yang aku rasakan bukan? Jahatnya kamu disaat kamu pergi hari itu meninggalkanku dan tidak pernah memberi kabar kepadaku, dan disaat kamu kembali kamu tidak sedikitpun meminta maaf kepadaku. Apa itu bisa disebut dengan cinta zen,hah? Jawab zen jawab!!!" kini meiko terlihat begitu rapuh diapun terkulai lemah dilantai.
Nana yang melihat keadaan meikopun langsung masuk kedalam ruangan rawat zen dan berusaha membangunkan meiko.
Namun setelah nana mendekat kearah meiko. Ternyata meiko tidak sadarkan diri, nanapun langsung memanggil dokter dan membawa meiko keruangan rawat yang lainnya.
---
Kini nana berada didalam ruangan meiko yang sedang terbaring dengan beberapa selang infusan ditubuhnya.
"Bangunlah meiko!" ucap nana.
Tidak lama kemudian meikopun membuka matanya dan terlihat seperti kesakitan.
"Meiko, kamu baik2 saja?" tanya nana.
"Zen, bagaimana keadaan zen?" meiko tidak menjawab pertanyaan nana melainkan pikirannya tertuju kepada zen.
Meikopun langsung mencabut infusan ditangannya tanpa bisa dicegah oleh nana. Dan disaat meiko ingin keluar dari ruangan nana menahannya.
"Zen sedang berada diruangan operasi!" ucap nana.
"Apa?! Ke..kenapa zen dioperasi? Di..dia baik2 saja bukan?" tanya meiko dengan ucapannya yang terbata bata.
" Disaat kamu tidak sadarkan diri beberapa waktu yang lalu, karna melihatmu tidak mengizinkan dokter mencabut semua alat penopang hidup zen, dokter mengambil tindakan lain yaitu operasi, berharap zen bisa diselamatkan dengan cara itu. Aku yang mengizinkannya, maafkan aku sudah lancang." jelas nana.
Tanpa membalas penjelasan nana, meikopun langsung berlari keruang operasi dimana zen berada.
Nanapun langsung mengejarnya dan melihat meiko sedang bersandar dipintu ruangan tersebut. Dan nanapun langsung mendekati meiko.
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRACLE IN LOVE
Teen FictionSeorang gadis yang memperjuangkan cinta sejatinya meskipun dengan seribu luka yang ia terima setiap waktunya. MEIKO gadis cantik yang masih berusia 18 tahun, dia baru menginjak kelas 2 SMA di sekolah favorit, dia hanya tinggal bersama ayahnya, karna...