Halaman Satu.---
Semua mata terpusat pada sosok pemuda yang baru datang dari sudut kanan koridor jurusan bisnis Universitas Seojeong. Beberapa dari mereka bahkan rela menghentikan kegiatanya hanya untuk melihat kedatangan pemuda itu. Jika kau berfikir yang mereka lakukan atas dasar kekaguman. Maka silahkan kau buang jauh-jauh pemikiran itu.
Dia hanya seorang pria berkaca mata tebal dan berpenampilan culun. Pemuda miskin yang selalu menenteng setumpuk buku hasil pinjaman dari perpustakaan. Ia mahasiswa pilihan di Universitas Sejeong. Mahasiswa yang masuk dengan bermodalkan keberuntungan dan beasiswa dari kampus. Tipe yang paling di benci di kampus elite seperti Sejeong ini.
Tuan pecundang.
Begitulah julukan yang mereka sematkan padanya.
Dengan wajah menunduk pemuda itu berjalan lurus, mencoba mengabaikan tatapan hardik beberapa mahasiswa padanya. Dia sudah biasa dengan situasi seperti ini, yang perlu ia lakukan hanyalah tetap diam dan tidak merespon apapun perlakuan mereka. Pemuda itu cukup sadar, bahwa kaum minoritas sepertinya tidak memiliki suara disini. Maka diam adalah jalan terbaik untuknya, jika ingin menjalani masa perkuliahan dengan tenang.
"Hai pecundang."
Pemuda cupu itu mendongkak, bola matanya melebar saat menangkap sosok pemuda dengan tinggi semampai di hadapanya. Kim Taehyung. Putra tunggal dari salah satu politikus berpengaruh Korea Selatan Kim Dong Gyun. Sama dengan sang ayah, Taehyung memiliki reputasi yang lumayan baik di mata publik. Tapi tidak di Seojeong. Semua mahasiswa Seojeong tahu bagaimana peringai Taehyung yang sebenarnya. Seorang cassanova yang terkenal suka membully. Sasaranya? Tentu saja, orang-orang yang berada di bawah level laki-laki itu. Orang-orang yang tidak mungkin bisa untuk melawan.
"Bagaimana liburan musim panasmu, kau pasti merindukanku bukan?" Tanya Taehyung menepuk keras pundak kiri pemuda cupu tadi. Tawanya menguar kala merasakan tubuh bergetar penuh ketakutan pemuda cupu di depanya. "Oh ayolah, kau masih takut padaku?" Seru Taehyung lagi, beranjak menonjok dada kiri pemuda itu kali ini.
Bersama dua temanya, Taehyung kembali mendorong keras bahu pemuda tadi. Beruntung si pemuda memiliki keseimbangan tubuh yang baik. Sehingga menyelamatkanya dari jatuh tersungkur yang bisa saja terjadi mengingat kekuatan Taehyung dan kedua temanya cukup besar.
Namun, hal baik bagi pemuda itu sebaliknya menjadi hal menyebalkan untuk Taehyung. Ia menggeram marah. Ya, marah karena pria lemah di hadapanya ini berani menangkis tendanganya.
"Kuat juga kau rupanya." Taehyung berseru sinis, smirk jahat terbit di wajah rupawanya. "Kalau begitu bagaimana dengan ini." Kali ini kaki Taehyung lah yang naik tepat di pundak kiri pemuda tadi yang berhasil membuat si pemuda jatuh tersungkur di lantai koridor.
Suara pekikan kaget terdengar dari beberapa mahasiswa yang menonton aksi pembullyan Taehyung. Sebagian dari mereka ikut tertawa bersama Taehyung, sebagian lagi memandang miris pemuda culun tadi. Meski begitu, tidak ada satu pun dari mereka yang maju untuk sekedar menolong. Kekuasaan Taehyung adalah alasan mereka untuk tidak berani menolong.
"Payah sekali kau, baru begitu saja sudah terjatuh." Taehyung bercekak pinggang. Ia sedikit melangkah mendekat, kemudian menendang kaki pemuda yang di panggilnya pecundang itu. "Kau laki-laki tapi tidak ada kekuatanya sama sekali." Taehyung berseru lagi. Baru saja akan melanjutkan aksinya, sebuah suara menginterupsi untuk berhenti.
"Kim Taehyung!"
Bukan hanya Taehyung, panggilan itu berhasil membuat semua orang yang ada disitu menoleh pada si pemilik suara.
Krystal Jung. Gadis cantik pewaris tunggal Sejeong Group, yang secara tidak langsung menjadikan gadis itu sebagai calon pewaris kampus ini. Memiliki darah dari seorang mantan super model ternama Korea Yoo Ji Nah dan CEO tampan Jung Moo Young membuat gadis itu di karunia visual yang luar biasa. Memiliki mata bulat dengan lipatan mata ganda yang tipis di sudut matanya, rambut panjang bergelombang, serta kaki jenjang bak model membuat gadis itu terlihat sempurna bagi siapapun yang melihatnya. Pesona Krystal memang sangat mematikan, tidak sedikit laki-laki yang rela bertekuk lutut di hadapanya. Namun sayang, gadis cantik itu malah jatuh di tangan Kim Taehyung.
"Berhentilah." Krystal mendekat kearah Taehyung. Menarik laki-laki itu mundur dan bergelayut manja di lenganya. "Berhentilah bermain-main dengan pecundang ini, eoh."
Senyum Taehyung merekah mendengar permintaan gadisnya itu. Ia bergerak mengecup sudut pipi Krystal sebentar. "Baiklah sayang jika itu maumu." Bisik laki-laki itu tepat di ceruk leher Krystal, membuat Krystal tersenyum geli.
Pandangan Krystal beralih pada sosok pemuda yang sedari tadi masih betah duduk di lantai. "Dan kau Oh Sehun! Pergilah dan jangan mengaduh." Celetuknya sinis, kemudian membawa pergi Taehyung dari situ.
Perkataan Krystal tadi berhasil membuat pemuda cupu bernama Oh Sehun itu mendongkak. Ia memandang heran punggung Krystal yang berjalan menjauh.
Gadis itu mengenalinya?
----
Sehun tidak berhenti memikirkan perkataan Krystal padanya tadi. 6 semester sudah ia lewati di Universitas Sejeong, dan selama itu pula tidak pernah ada yang memanggil nama aslinya seperti itu. Ia hidup seperti bayangan di Sejeong, selalu diam dan tidak menonjol dalam kelas. Tidak banyak yang mengetahui nama aslinya, hanya dosen dan beberapa karyawan kampus saja. Kebanyakan dari mahasiswa di kampus ini mengenalnya dengan panggilan tuan pecundang, julukan yang di berikan Taehyung padanya.
Ini pertama kalinya ada seseorang yang memanggilnya dengan nama asli. Tidak aneh bukan kalau ia kaget dengan hal itu, apalagi yang memanggil adalah Krystal Jung, seorang ratu di kampus ini. Sehun ingat pernah beberapa kali mengambil kelas yang sama dengan Krystal, tapi tidak ingat Krystal pernah bertanya tentang namanya.
"Wow, aku tidak menyangka akan sekelas lagi dengan tuan pecundang kita."
Sehun mendongkak menatap sosok angkuh yang berdiri bersedekap di samping mejanya. Kang Seulgi, sahabat dekat Krystal Jung. Ada satu lagi, namanya Bae Irene, gadis yang sekarang melangkah mendekat ke sudut meja, mengikuti Seulgi.
"Yak! Berhentilah menganggunya, dia sudah cukup mendapat pelajaran dari Taehyung tadi." Irene berseru, menarik paksa Seulgi untuk pergi dari situ.
Seulgi menepis tarikan Irene padanya. "Benarkah Taehyung melakukanya? Ya tuhan, malang sekali nasib tuan muda kita ini." Seulgi mengejek, tanganya beranjak menepuk bahu Sehun.
Sehun yang awalnya diam saja, akhirnya bergerak menggeser bahu menghindar dari tepukan tangan Seulgi, dan berhasil membuat gadis itu menatap sebal padanya.
"Apa kau baru saja menghindar?!" Pekik Seulgi sembari menggebrak meja, menciptakan kehebohan di kelas.
Sehun sendiri hanya diam, tidak menjawab apapun. Begitulah Oh Sehun, selain sebagai pecundang, ia juga terkenal sebagai sosok bisu di kampus. Tidak pernah ada satu orang pun yang mendegar laki-laki itu mengeluarkan suara kecuali saat mengerang kesakitan. Sehun tidak pernah berbicara, atau pun menjawab perkataan orang lain. Yang dilakukan laki-laki itu hanya menunduk, atau menatap dalam diam lawan bicaranya. Pernah sekali Taehyung menghajarnya habis-habisan karena bersikap berani dengan tidak menjawab setiap pertanyaan Taehyung padanya.
Baru saja Seulgi hendak mendorong bahu Sehun, suara berat dari depan menghentikan aksi gadis itu.
"Kang Seulgi, berhenti berulah dan duduk di tempatmu."
Seulgi mendengus. "Baik, professor." Jawabnya malas.
Sebelum menuju tempat duduknya, Seulgi melempar pandangan sinis pada Sehun dan berujar. "Awas saja kau nanti." Ketus perempuan itu, yang hanya di tanggapi smirk aneh oleh Sehun.
To Be Continued.
Well, cerita kedua, technically ini cerita ketiga sih. Keduanya First Love yang kemaren aku unpub gara-gara kehabisan ide. Anyway, gimana? Apa part 1nya bisa membuat kalian penasaran dengan part selanjutnya? Semoga aja sih bisa hehe. Yasudah, selamat membaca dan jangan lupa tinggalkan jejak luvs.
With love Aurora🌼
KAMU SEDANG MEMBACA
Kiss The Queen
Teen FictionWARNING!! Jangan ditiru/menjiplak karya ini. Terimakasih. Semua mata terpusat pada sosok pemuda yang baru datang dari sudut kanan koridor jurusan bisnis Universitas Sejeong. Beberapa dari mereka bahkan rela menghentikan kegiatanya hanya untuk meliha...