Senyum sinis
"Aku sadar, jika aku terus mengharapkanmu untuk kembali dan menangisi kepergianmu, maka aku akan terlihat sangat bodoh. Karena jelas-jelas, kamu sudah tidak lagi menginginkan aku"
Author :
Matahari sudah naik tepat dipuncangnya. Teriknya seperti membakar kulit gadis yang tengah berdiri di depan gerbang sekolahnya. Dia menyipikan matanya karena terik matahari, ditambah debuh kendaraan yang terasa perih dimata.
Sudah hampir setengah jam, Nada berdiri di depan gerbang namun supirnya masih belum datang juga. Gadis itu sedikit kesal, karena suara kendaraan yang berlalu-lalang dijalanan serasa menggetarkan gendang telingahnya.
"Hufss" gadis itu mendengus. Matanya menatap teliti di sekitar area sekolah, berusaha mencari tempat untuk berlindung dari paparan cahaya sinar matahari yang menyengat.
"Hufs...akhirnya" gumamnya saat dia mendudukkan tubuhnya di kursi halte yang sedikit teduh dan dapat melindunginya dari cahaya matahari. Sesekali Nada melirik ke arah jam tangannya dan jam sudah menunjukkan pukul empat belas lewat tiga puluh menit, itu artinya dia sudah menunngu sekitar satu jam.
Mobil BMW hitam berhenti tepat di depan Nada. Awalnya Nada terlihat biasa namun, saat pengemudi mobil itu membunyikan klakson barulah dia menyadari kalau pemilik mobil itu ingin bicara dengannya. Perlahan Nada mendekat kearah mobil dan menundukkan tubuhnya untuk melihat siapa yang ada di balik kaca hitam mobil itu.
Perlahan-lahan kaca hitam itu turun dan memperlihatkan wajah dua orang yang sangat tidak asing bagi Nada. Untuk sesaat, Nada terdiam menatap dua wajah itu. Ada perasaan sakit dihati gadis itu saat melihat kalau orang yang ada di dalam mobil itu adalah mantan pacar dan sahabatnya yang dikabarkan telah memiliki hubungan spesial.
"Mau ikut ?" tegur Vany, sahabat Nada yang sudah dia anggap saudara sendiri. Namun, diam-diam menusuk Nada. Mungkin sekarang Vany menganggap semuanya seakan tidak ada yang terjadi, Namun beda halnya dengan Nada yang masih tidak bisa menghempas nama Delon dalam hidupnya.
"Nad, Lo mau ikut nggak?! Udah mau sore nih. Supir Lo juga belum dateng." tegur Vany mencoba menyakinkan Nada.
Nada menegakkan tubuhnya dengan cepat menggeleng pertanda menolak tawaran Vany. Bukannya Nada membenci kedua orang itu, hanya saja Nada berusaha untuk tidak berhubungan dulu dengan dua orang itu agar dia bisa lebih cepat menyembuhkan lukanya.
Nada sadar kalau sedari tadi, mata biru milik Delon menatapnya dengan teliti. Sebab itulah Nada memutuskan untuk tidak mencanpuri urusan dua orang itu karena seperti dari tatapan Delon, dia tidak suka dengan hadirnya Nada.
Delon melepas pandangannya dari Nada. Kemudian menatap luruh kedepan seraya tersenyum sinis. "Ya elah, gengsi kok dipelihara"
Seketika raut wajah Nada beruba derastis. Kalimat yang diucapkan Delon benar-benar menyobek harapan Nada. Seperti tidak ada lagi perasaan Delon kepada Nada yang masih setia menunggunya.
Berbeda dengan Vany. Dia dengan cepat melototi Delon yang terkekeh kejam melihat ekspresi Nada yang memucat. Meski kini Vany dicap pengkhianat tapi gadis itu masih memperlihatkan kepeduliaannya sebagai manta sahabat.
"Delon! Kamu apa-apaan sih?" bentak Vany, seraya memukul keras lengan Delon. "Nad maaf ya, lo nggak usah dengerin kata Delon. Lo ikut aja sama kita"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Dan Aku
Teen Fiction[ H I A T U S ] (Cover by: @AnhGraphic) "Jika kamu melihat aku nampak baik - baik saja setelah perpisahan itu, maka itu adalah sandiwara terbesarku." Tentang kamu. Kita dan juga dia, sama-sama tidak setakdir.