*Happy Reading*
***
**
*Felix memandang punggung lebar kekasihnya yang mulai menjauh. Ingin sekali Felix menyusul Minho, menenangkan lelaki gila itu yang sedang larut dengan pemikiran rumit yang ia buat sendiri. Tapi, lelaki tampan didepannya kini tengah menunggu jawaban dari Felix.
Felix menghembuskan nafas panjangnya. Memantapkan hati untuk memberi jawaban untuk mantan kekasihnya. Sekali lagi, biarkan Felix untuk menjadi orang tak waras setelah ini.
"Jisung, ku fikir kau sudah tau apa jawaban ku. Maafkan aku" lirih Felix.
Bukan menyesali penolakan untuk mantan kekasihnya yang baru saja mengajaknya kembali bersama lagi, namun karena rasa bersalah sekali lagi telah membuat mantan kekasihnya itu kecewa.
Jisung orang baik. Sangat. Saat mereka berpacaran dulu, Jisung sangat perhatian dan juga pengertian. Tapi hatinya memang tak waras. Hatinya tak bergetar seperti saat pertama bertemu si gila Minho di rumah Jisung.
Felix pikir, itu normal karena untuk pertama kalinya, ia bertemu dengan saudara Jisung. Tapi ketika Minho semakin gencar mendekatinya, Felix baru sadar. Perasaannya pada Jisung adalah perasaan sayang pada teman. Bukan untuk seseorang spesial.
Ada saat dimana hati menolak bereaksi bahkan pada orang yang sangat baik, walau dibujuk atau dipaksa sekalipun. Ada kala juga kita tidak menyadari degub jantung yang bekerja dua kali lebih cepat pada orang dan kesempatan yang tidak tepat.
Jisung tersenyum kecil. Tangannya bergerak mengacak surai coklat pirang lelaki manis didepannya. Bohong jika Jisung tak kecewa. Tapi setidaknya Jisung lega, ada alasan yang tepat untuk rasa kecewanya. Jisung bangga pada Felix yang kini berani menolak saat hatinya berkata tidak.
"Tak apa. Sana susul Minho hyung!" Ucap Jisung.
"Kalau begitu sampai jumpa lagi Jisung!" Fekix melambaikan tangan mungilnya pada Jisung diikuti kakinya yang berlari kecil-kecil.
Bagaimana Jisung bisa cepat Move on jika Felix masih menjadi satu-satunya orang yang sangat teramat spesial dihatinya. Apa lagi melihat tingkah Felix yang selalu menggemaskan dimatanya.
***
**
*"Minho hyung!"
Minho memasukkan ponselnya kedalam saku jas nya setelah mendengar namanya dipanggil kekasihnya yang kini berlari-lari kecil menghampirinya. Terlihat imut untuk mata normal dan terlihat menakutkan untuk mata Minho.
"Jangan lari, kau bisa jatuh!" Minho menarik tangan kecil Felix, agar bisa berteduh di bawah pohon sebelah pintu gerbang.
Felix tertegun. Biasanya Minho akan mengomel ini itu jika melihatnya bersama Jisung. Tapi lagi-lagi hari ini Minho membuatnya merasa semakin ada yang janggal dengan kekasih tak warasnya itu.
"Kenapa cepat sekali bicaranya?" Tanya Minho. Lelaki gila itu kini sibuk merapikan poni acak-acakan Felix.
"Hyung?" Felix menatap lekat mata Minho yang entah sengaja atau tidak, menghindari kintak mata mereka.
"Hng?" Gumam Minho, masih asik memainkan rambut Felixnya, membuat bentuk-bentuk abstrak.
"Aku tak ada apapun dengan Jisung" Felix menahan tangan Minho yang kembali bergerak memelintir rambutnya.
"Hmm" gumam Minho, membalas ucapan kekasihnya.
"Kau tak percaya? Kenapa tanggapan mu hanya 'Hmm'? Kau marah-marah saja seperti biasanya hyung. Kau yang begini malah membuat ku ngeri hyung!" Omel Felix.
Sangat aneh kan, si gila Minho yang tak bisa tenang sedetik saja kini berubah menjadi setenang air. Yah, walaupun Fekix tak tau, ada gelombang juga di dalam air yang tenang.
"Aku percaya, makanya aku hanya bilang 'hmm' saja. Lagian, udara terlalu panas untuk marah-marah. Buang-buang energi saja kan?" Ucap ngawur Minho.
"Pulang yuk! Aku mengantuk. Ingin cepat-cepat tidur di rumah" ajak Minho.
Minho berjalan mendahului Felix. Tak seperti tadi pagi, saat Minho tak membiarkan tangan mungilnya lepas dari genggaman Minho. Kini lelaki itu sudah berjalan beberapa meter didepan Felix yang berjalan perlahan menyusul Minho.
Felix kini sedang merangkai semua puzzle keanehan Minho sejak dua hari yang lalu. Satu persatu Felix rangkai dengan susah payah dengan otak berkapasitas kecilnya. Yang, pasti, Minho sudah berubah aneh seperti ini sejak Felix pingsan setelah keluar dari ruang kedisiplinan.
Ah! Apa kah itu yang membuat lelaki gila itu semakin tak waras?
"FELIX!"
Bruk!
Felix memejamkan matanya dan tak berani membuka atau hanya sekedar mengintip saja. Sebenarnya Felix tak tahu apa yang terjadi. Dan tak berani mencari tau lebih tepatnya.
"Sampai kapan kau mau memeluk ku seperti ini?" Felix membuka matanya saat mendengar suara kekasihnya berada dekat sekali dengan telinganya.
"Hyung! Apa yang terjadi?" Felix memeriksa kelengkapan anggota bandannya sendiri. Memastikan tak ada yang kurang atau terluka.
"Ada kecelakaan mobil. Kau hampir terserempet juga" Minho menatap kumpulan orang yang mengelilingi mobil hitam yang kini ringsek di bagian depannya.
Mobil yang sama, yang kehilangan kendali dan hampir menyerempet Felix kalau saja Minho telat menarik lelaki itu. Sebenarnya Minho ingin sekali menghajar si pengendara mobil, tapi tak jadi saat melihat si pengendara sedang di gotong orang-orang keluar dari dalam mobilnya yang ringsek dalam keadaan tak sadarkan diri.
***
**
*"Masuklah. Kau pasti masih shock kan? Makan setelah itu istirahat. Hubungi aku jika ada apa-apa. Aku pulang.." lengan keras Minho tertahan tangan kecil kekasihnya. Si koala itu sepertinya ingin mengatakan sesuatu padanya.
"Besok, aku tak mau melihat mu pakai baju rapi lagi, jangan pakai parfum ayah mu lagi, jangan pakai pomade juga, dan jangan seperti ini hyung!" Felix mengambil nafas panjang.
Tangan mungilnya bergerak membuka dasi dan dua kancing atas kemeja Minho. Ia juga mengacak rambut Minho yang terasa kaku. Lelaki itu pasti terlalu banyak memberikan pomade ke rambutnya.
"Yang aku suka itu Lee Minho. Bukan doppleganger nya Han Jisung. Aku suka Lee Minho si gila dari pada sok waras seperti hari ini. Aku suka bau keringat mu dari pada parfum ayah mu. Aku lebih suka cara mu mendekati ku dengan kegilaan mu setiap hari walaupun membuat ku pusing. Dan juga, jangan merasa bersalah pada apapun yang terjadi padaku. Tak semua hal buruk yang ku alami bersumber pada mu hyung. Hari ini saja kau menyelamatkan aku dari kecelakaan! Itu bukti kau bukan sumber kesialan ku kan? Yah walaupun aku tak bisa mengelak sih kalau kau sumber kepala ku yang berdenyut setiap hari!" Felix terkekeh manis melihat Minho tersenyum jahil seperti sebelumnya.
Minho nya sudah kembali!
"Jadi, aku boleh jahil lagi kan besok?" Minho mengerling jahil pada Felix.
"Cih!" Decih Felix.
Lega. Itu yang Minho rasakan. Akhirnya Minho menemukan jawabannya. Lebih teoatnya, Felix yang menemukannya untuk Minho. Minho tak perlu meniru siapapun, menjadi apapun, berusaha yang bukan dirinya sekali untuk membuat Felix bahagia bersamanya.
Bagi Felix, ia hanya butuh si gila Minho untuk membuatnya lengkap dan berwarna.
***
**
*
*TBC*.
.
.
.
.
.
.Akhirnyaa... tinggal satu part lagi udah *FIN* yah :")
KAMU SEDANG MEMBACA
WHY?! {END🍬}
FanfictionFelix tak tau mana yang ia harus lakukan terlebih dahulu.. Bersyukurkah dulu? Atau menjambak rambut acak-acakan kekasih gilanya dulu?