*Happy Reading*
***
**
*Minho mengetuk-ngetukkan ujung sepatu barunya sendiri ke aspal dibawahnya. Rencananya ia ingin pamer sepatu barunya pada Felix. Sesekali ia juga mengecek jam tangan hasil curiannya dari Lee Dong Wook yang dua hari dinas ke luar kota bersama Yoo In Na.
Berdoa saja, semoga perbuatannya tak ketahuan dan ia lagi-lagi harus merelakan kepalanya dipukul ujung sepatu heals ibu nya.
Sepuluh menit lagi bel masuk berbunyi, dan sampai sekarang Felix masih saja belum menunjukan tanda-tanda kehidupan. Minho mengambil handphone nya dari dalam tas lalu mengetikan beberapa kalimat ke nomor kekasihnya.
To: Danger 🐨
Kau lupa ini hari senin?Setelah memastikan pesannya pada Felix terkirim, Minho mendongakkan kepalanya ke atas, lebih tepatnya ke arah balkon kamar Felix yang gordennya saja masih belum terbuka.
Ting!
Minho menggeser layar ponselnya yang bergambar foto Felix saat sedang makan, kemudian membuka pesan balasan dari Felix.
From: Danger 🐨
Kau berangkat saja, hyung.
Aku sakitMinho mengeryitkan dahinya. Perasaan kemarin setelah ia mengantar Felix pulang setelah lelaki mungil itu ikut turnamen basket, Felix masih baik-baik saja. Bahkan mereka sempat pergi kencan dulu ke sungai Han. Tak ada tanda-tanda si mungil itu sakit.
Tak memeperdulikan catatan bolosnya yang semakin menumpuk, Minho nekat memanjat pagar rumah Felix, lalu naik ke pohon apel yang ada didepan pagar pembatas balkon kamar Felix. Minho harus menahan nafas saat ia melihat ke bawah. Si gila itu lupa kalau ia takut ketinggian.
Hap!
***
**
*Felix terbangun saat telinganya mendengar suara debuman keras di balkon kamarnya. Dengan sok berani, Felix mengintip dari sela gorden pintu balkon untuk melihat apa yang jatuh di balkonnya.
Mata Felix membelalak sempurna saat ia melihat sosok yang dikenalnya kini meringkuk memegangi kakinya di lantai balkon. Tangan Felix memutar kunci dan pintu balkon dengan tergesa.
"Hyung! Apa yang kau lakukan di balkon ku?" Felix menggoyangkan badan Minho yang masih betah meringkuk.
Si gila itu berjengit kaget saat tangan kecil Felix dengan hebohnya menggoyangkan punggung Minho.
"Fe.. Felix? Aku selamat?" Minho menatap Felix dengan mata berbinar.
"Ish! Kau ini apa sih hyung?! Bukannya sekolah malah meringkuk tidak jelas di balkon rumah ku!" Omel Felix. Kepalanya yang berdenyut semakin terasa berdenyut melihat tingkah kekasih konyolnya."Kau sakit apa? Mananya yang sakit? Mau ke dokter? Atau ku telfon ambulance? Eh? KENAPA KAU KESINI? KENAPA TIDAK TIDURAN SAJA DI KASUR MU, HAH?!" Minho mengangkat badan mungil kekasihnya dan diletakannya lagi ke kasur luas Felix.
Pluk!
Felix memukul kepala Minho dengan plushie kucing kesayangannya. Kadang, kepala Minho harus dipukul untuk membuatnya agak waras. Itu yang dikatakan ayah Minho dua hari yang lalu saat Felix main ke rumah kekasihnya.
"Kenapa kau memukul ku sih?!" Protes Minho.
"Bodoh! Kalau aku tak ke balkon, siapa yang akan membukakan pintu untuk mu?!" Felix memijit pangkal hidungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHY?! {END🍬}
FanfictionFelix tak tau mana yang ia harus lakukan terlebih dahulu.. Bersyukurkah dulu? Atau menjambak rambut acak-acakan kekasih gilanya dulu?