"I loved you from the start.
So it breaks my heart when you say I'm just a friend to you -- Just A Friend To You
Yah, kira-kira itulah yang dirasain seorang Gevariel Jev Ian.
Hello! Hmm, kalo si Lia mulai perkenalannya pake pepatah "Tak kenal maka tak sayang" maka gue akan daftar paling depan untuk jadi orang yang lebih kenal tentang dia supaya gue bisa makin sayang sama dia. Cie, bisaan aja lu, Jev.
Tapi serius, gue, Gevariel Jev Ian, sayang banget sama cewe yang namanya Nathalia Anneke. Gue gak paham dia pake sihir apa kok gue gak bisa kabur dari dia. Haha.
Bukannya sombong nih, tapi gue rasa gue cukup populer di sekolah dan banyak cewek-cewek yang ngantri untuk gue anterin pulang atau sekedar makan bareng gue di kantin belakang.
Tapi gue stuck sama seorang cewe bernama Lia.
Lia ini anaknya jutek, galak, pendiem, lemot, gak bisa berenang, keseimbangannya nol besar makanya dia gak bisa naik sepeda atau motor, dan mageran. Parah.
Tapi selain itu, Lia juga beda dari tipikal cewek lain. Dia cewek pertama (dan satu-satunya) yang bisa bikin gue mikir kalau cantik, polos, mandiri, lucu dan ngangenin ternyata bisa masuk dalam satu paket manusia.
Kalau boleh gue bilang, ketemu Lia adalah hal kedua terbaik di hidup gue. Kenapa kedua? Soalnya hal pertama terbaik di hidup gue adalah bisa punya memori bareng dia sampai sekarang.
Jadi seseorang yang kenal dia dari masih bocah sampai sekarang ini, kurang beruntung apalagi gue?
Lia ini ngelengkapin sesuatu di hidup gue. Gue gak tau bagian mana yang dia lengkapin di hidup gue, yang jelas dan yang pasti hidup gue lebih berwarna pas kenal dia.
Cukup ngeliat dia duduk di depan gue sambil makan es krim vanilla favoritnya dan dengan wajah super gembiranya ceritain hal-hal aneh bin receh ke gue aja gue udah seneng.
Can God stop the time? Because I don’t mind to see her happy face all the time.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Gue sahabatan sama dia dari SD, kelas 3 mungkin??? Dia murid pindahan yang ternyata juga tetangga baru gue. Yah, mungkin jodoh? Haha.
Awalnya sih prinsip gue adalah "Lia tuh sahabat lo Jev. Gak bisa dan gak boleh melebihi itu."
Tapi gue mulai sadar kalo eksistensi Lia di hidup gue itu bukan cuma sekadar sahabat, tapi lebih dari itu.
Tapi kayanya gue doang deh yang ngerasa perasaan kayak gini?
Buktinya sekarang dia lagi cerita gimana deg-degan nya dia pas Setya ajak dia pulang bareng. Dia lagi cerita gimana senengnya dia waktu ketemu Setya dijalan dan akhirnya berangkat bareng.
Gue ngerasa loser banget.
Hidup dengan identitas sebagai 'sahabat' dan sadar bahwa identitas lo itu gak akan pernah bisa berubah.
Hal paling brengsek yang pernah gue rasain.
Notes: thanks to eathatlobs for giving me an idea for this plot 😗
